SOLOPOS.COM - Dawet Ayu Bu Handayani menyiapkan seporsi dawet untuk pelanggan di Pasar Gedhe Klaten, pekan lalu. (Solopos/Taufiq Sidik Prakoso)

Solopos.com, KLATEN – Dawet Ayu Bu Handayani di Pasar Gedhe Klaten menjadi buruan para pencinta kuliner. Buka sejak era 1960-an, dawet dengan cendol dari tepung beras itu eksis dan dinikmati pelanggan dari generasi ke generasi.

Dawet Ayu Bu Handayani kini berlokasi di lantai II zona B Pasar Gedhe Klaten, yang dulunya merupakan kawasan terminal angkuta. Seporsi dawet berisi santan, cendol, serta cairan gula Jawa atau juruh.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Rasanya menyegarkan. Cendolnya tiga warna terbuat dari bahan tepung beras dan lembut. Ngiras atau minum di tempat, seporsi dawet disuguhkan menggunakan mangkuk. Cara menikmatinya dengan diseruput hingga kerap diberi nama dawet uyup.

Seporsi Dawet Ayu Bu Handayani di Pasar Gedhe Klaten dijual seharga Rp4.000. Untuk dawet bungkus pisah (cendol, juruh, dan santan dibungkus terpisah) harganya Rp6.000.

Warung Dawet Ayu Bu Handayani di Pasar Gedhe Klaten buka mulai pukul 08.00 WIB hingga 16.00 WIB. Dawet itu kini dikelola Handayani. Dia dibantu kerabatnya untuk berjualan dawet di Pasar Gedhe Klaten.

Sejak lima tahun lalu, Dawet Ayu Bu Handayani juga dijajakan di samping gang masuk di tepi Jl Rajawali, Gang Latar Putih, Kelurahan Bareng, Kecamatan Klaten Tengah.

dawet bu handayani pasar gedhe klaten
Semangkuk Dawet Ayu Bu Handayani yang legendaris di Pasar Gedhe Klaten, pekan lalu. (Solopos/Taufiq Sidik Prakoso)

Keponakan Handayani, Sri Siswanti, mengatakan dawet tersebut sudah ada sejak 1960-an diawali dari orang tua Bu Handayani bernama Cipto.

Pakai Bahan-bahan Alami

“Awalnya itu dari Mbah Uti [simbah putri] Cipto. Dulu kondisi pasar belum seperti ini. Tempat jualannya di dekat tangga. Sekarang sudah di sini [lantai II gedung B],” kata Siswanti saat ditemui Solopos.com di lapak Dawet Ayu Bu Handayani Pasar Gedhe Klaten, pekan lalu.

Dia menjelaskan cendol dibuat sendiri oleh Handayani dan disajikan dalam kondisi segar menggunakan bahan-bahan alami. Saban pagi, Handayani membuat cendol di rumahnya sebelum dibawa ke tempat jualan.

Sri Siswanti mengatakan penggemar dawet Handayani berasal dari berbagai kalangan. Tak jarang, penggemar merupakan para perantau yang mudik dan kangen dengan cita rasa dawet tepung beras bikinan Bu Handayani.

“Kalau rata-rata sehari itu habis 100-an mangkuk ada,” kata Sri Siswanti. Beberapa penggemar dawet itu mengaku sudah menjadi langganan sejak kecil.

Seperti Erna, 51, yang sudah menikmati Dawet Ayu Bu Handayani di Pasar Gedhe Klaten itu sejak kecil. “Mantap, tidak ada tandingannya. Kalau saat puasa sering beli sini untuk buka puasa. Biasanya beli cendolnya saja. Saat kecil itu sering diajak orang tua. Rasanya tidak pernah berubah dari dulu sampai sekarang,” kata warga Kecamatan Cawas tersebut.

Pembeli lainnya, Dian, juga mengaku sudah menikmati dawet uyup itu sejak kecil saat dia sering diajak ibunya ke Pasar Gedhe Klaten. “Ini yang bikin enak itu cendolnya dari beras,” kata Dian.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya