SOLOPOS.COM - Kondisi PKL Garuda di Sragen Tengah, Sragen, sepi pengunjung, Sabtu (23/3/2024). (Solopos.com/Tri Rahayu)

Solopos.com, SRAGEN — Kabupaten Sragen memiliki lima sentra kuliner di kawasan kota yang dibangun sebagai fasilitas bagi pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Biasanya pusat-pusat kuliner itu sering dibanjiri pengunjung untuk ngabuburit saat momentum Ramadan.

Namun, tidak pada momentum Ramadan 2024 ini. Pusat-pusat kuliner itu justru tak seramai tahun lalu, bahkan ada yang sepi pengunjung.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Lima sentra kuliner itu terdiri atas kuliner Taman Sacari Sukowati di Sine, PKL Garuda di Sragen Tengah, Sentra Kuliner Katamso di Sragen Tengah, Pusat PKL Taman Kartini di Sragen Tengah, dan Kampung Angkringan Taruna Tamansari di Kroyo, Kecamatan Karangmalang. Situasi pusat kuliner itu kembang kempis.

Dari lima sentra kuliner itu, Sentra Kuliner Veteran Katamso yang paling sepi karena tinggal tiga pedagang yang bertahan. Pusat kuliner yang dulu dibangun dengan konsep kuliner legendaris ternyata sejak awal tidak diminati masyarakat.

PKL di Taman Sacari Sukowati milik Pabrik Gula Mojo Sragen juga banyak yang tutup lapak-lapaknya. Demikian pula di PKL Garuda juga tidak begitu ramai. Taman Kartini yang biasanya membeludak juga menurun pengunjungnya.

Di Kampung Angkringan yang dibangun atas fasilitas Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) masih ada aktivitas setiap harinya meskipun tidak semua pedagang buka.

Salah satu pegadang di Kampung Angkringan Kroyo, Ronggo Gupito, mengaku sempat jualan di PKL Taman Kartini Sragen. Ia meminjam lokasi milik adiknya Sejak awal buka relatif ramai pengunjungnya. Setelah keluar dari Taman Kartini, dia merintis sentra kuliner dengan konsep Kampung Angkringan dan bertahan hingga kini. Saat ini hanya enam pedagang yang bertahan di Kampung Angkringan Kroyo dari awalnya ada 13 pedagang.

“Momentum Ramadan ini lumayan ada peningkatan. Kalau di Taman Kartini, kuncinya ada pada pengurusnya. Mereka sekarang yang aktif, berbeda dengan saat saya masih jualan di sana. Dulu selama jualan kami rajin iklan di media sosial dan bikin event-event terus. Pola itu masih saya pakai dalam menggaet pengunjung di Kampung Angkringan,” ujar Yopi, sapaan akrab Ronggo Gupito.

Yopi mengakui bila Kampung Angkringan Taruna pun tidak seramai dulu dan tak semua pedagang berjualan. Pada momentum Ramadan ini saja, ujar dia, hanya enam pedagang yang rutin buka.

Faktor cuaca menjadi faktor menentukan ramai tidaknya Kampung Angkringan yang berkonsep terbuka. “Kalau pas hujan ya tidak ada pengunjung, tetapi saat cuaca cerah cukup ramai. Saya buka mulai pukul 10.00 WIB sampai pukul 04.00 WIB atau waktu Subuh. Saat sahur pun ada 3-4 orang yang jajan,” katanya.

Selama 18 jam jualan, Yopi bisa mendapatkan omzet bersih Rp300.000-Rp400.000 per hari. Saat cuaca hujan, omzetnya anjlok Rp100.000-Rp150.000 per hari. Baznas masih memberikan suntikan bantuan modal bagi pedagang.

“Kalau saya masih aktif untuk promosi di media sosial. Rencana setelah Lebaran, saya akan gandeng para makelar motor bekas untuk bisa promosi atau bazaar motor bekas di angkringan. Harapannya saling menguntungkan, mereka laku motornya dan kami juga laku dagangannya,” jelasnya.

Dia mengusulkan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sragen agar ikut membantu mempromosikan sentra kuliner. Yopi melihat kontribusi Pemkab sebatas menyediakan lokasi setelah itu tidak ada pendampingan atau dukungan yang lain.

Kepala Dinas Koperasi, Usaha Kecil Menengah, Perindustrian, dan Perdagangan (Diskumindag) Sragen, Cosmas Edwi Yunanto, mengakui persoalan sepinya pusat kuliner itu sempat menjadi pertanyaan DPRD Sragen, khususnya di Sentra Kuliner Veteran Katamso dan PKL Garuda. Dia berencana mengumpulkan para penyewa kios di dua lokasi kuliner itu.

Di kawasan PKL Garuda ada 19 pedagang yang terdaftar namun tak semua berjualan.  Kondisi yang sama di PKL Taman Kartini yang sejatinya ada 53 pedagang.

“Kami akan menanyai mereka untuk lanjut atau tidak. Kalau tidak, maka bisa ditawarkan kepada yang lain supaya hidup. Di Sentra Kuliner Veteran itu tinggal tiga orang yang masih buka dan di PKL Garuda juga tinggal beberapa orang yang buka. Solusi paling efektif ya di-branding ulang agar pengunjung datang,” jelas Cosmas.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya