SOLOPOS.COM - Ratusan siswa MTs Negeri 1 Solo menerbangkan layang-layang di kawasan Umbul Siblarak, Desa Sidowayah, Polanharjo, Klaten, Rabu (27/9/2023). (Solopos/Taufiq Sidik Prakoso)

Solopos.com, KLATEN — Ratusan anak-anak tampak riuh saat bermain layang-layang di tanah lapang kawasan Umbul Siblarak, Desa Sidowayah, Kecamatan Polanharjo, Klaten, Rabu (27/9/2023).

Ratusan pelajar dari MTs Negeri 1 Solo itu membentuk kelompok-kelompok. Setiap kelompok terdiri dari empat siswa. Dipandu para trainer outbound Sidowayah serta guru, mereka mencoba menerbangkan layang-layang hasil bikinan masing-masing kelompok di sekolah.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Ada yang bisa mulus terbang menghiasi langit kawasan umbul, ada pula yang harus berulang kali mencoba. Beberapa siswa juga harus berlarian mengejar layang-layang setelah keasyikan mengulur tali.

Layang-layang yang dibuat dan diterbangkan oleh pelajar asal Solo di Umbul Siblarak, Klaten, itu berbentuk belah ketupat. Namun, hiasan pada masing-masing layang-layang beragam. Ada yang dilukis pemandangan alam, gradasi warna, nama-nama siswa, hingga kepala banteng.

Aulia, 13, menjadi salah satu siswa yang siang itu ikut berpanas-panasan bermain layang-layang di kawasan Umbul Siblarak pada pagi menjelang siang itu. Bersama tiga temannya, Aulia mencoba menerbangkan layang-layang yang dihias dengan gradasi warna.

Dia terlihat kegirangan ketika layang-layang bikinan kelompoknya berhasil mengudara. “Ini buat sendiri satu kelompok. Yang buat teman yang cowok-cowok, kalau saya bagian menghias dengan menempel kertasnya. Baru kali pertama membuat dan menerbangkan layang-layang,” kata Aulia.

Ada sekitar 310 siswa MTs Negeri 1 Solo yang mengikuti kegiatan menerbangkan layang-layang dilanjutkan outbound di kawasan Umbul Siblarak, Klaten. Layang-layang itu bikinan para siswa di sekolah yang dipandu trainer outbound Sidowayah.

Layang-layang hasil bikinan siswa kemudian diterbangkan di kawasan Umbul Siblarak, Rabu. Salah satu trainer outbound Sidowayah, Marno, mengatakan rata-rata siswa baru kali pertama membuat hingga menerbangkan layang-layang.

Dua hari sebelumnya, siswa diajari para trainer membuat layang-layang dari nol. Kegiatan membuat layang-layang dilakukan di sekolah dan pada hari ketiga mereka menerbangkannya di Umbul Siblarak.

“Dari membelah bambu, mengirat, hingga menali kami ajari. Rata-rata baru kali pertama. Bahkan ada yang awalnya belum tahu cari menali. Makanya setelah membuat ini mereka sangat antusias menerbangkan layang-layang yang kali pertama mereka buat,” kata Marno.

Kampung Dolanan Sidowayah

Marno mengatakan membuat layang-layang menjadi salah satu paket wisata di Sidowayah yang memiliki salah satu daya tarik wisata yakni Kampung Dolanan Sidowayah. Marno mengatakan paket wisata membuat permainan tradisional itu terbuka untuk sekolah lain yang ingin menjajal.

“Banyak sekali permainan tradisional di outbound Sidowayah. Selain layang-layang, bisa juga dilatih membuat otok-otok dan permainan tradisional. Tujuan kegiatan di sini untuk mengajak anak-anak tetap melestarikan permainan tradisional di era globalisasi,” jelas Marno.

Guru sekaligus Ketua Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) dan Profil Pelajar Rahmatan Lil Alamin (P2RA) Kelas VII MTs Negeri 1 Solo, Ari Purwani, mengatakan kegiatan siang itu menjadi bagian dari rangkaian implementasi P5 dan P2RA.

“Kegiatan implementasi sudah berlangsung selama 11 hari. Kegiatan ini kebetulan untuk kelas VII mengambil tema kearifan lokal dengan subtema diet gadgetmu ayo dolanan,” kata Ari.

Lantaran hal itu, siswa diajak untuk membuat hingga menerbangkan layang-layang yang merupakan salah satu permainan tradisional. Selain layang-layang biasa, masing-masing kelompok membuat satu layang-layang gapangan.

“Untuk layang-layang biasa diterbangkan hari ini dan untuk layang-layang gapangan akan ditampilkan saat unjuk karya,” kata Ari.

Kegiatan membuat layang-layang lalu menerbangkannya di kawasan Umbul Siblarak, Klaten, itu menanamkan berbagai karakter siswa MTs Negeri 1 Solo.

Selain bijak dalam bermain gadget dan mencintai permainan tradisional, kegiatan membuat layang-layang menanamkan karakter untuk bekerja sama, kreativitas, musyawarah, seni-budaya, serta mengantung unsur ilmu pengetahuan alam.

“Output dari rangkaian kegiatan anak-anak membuat refleksi diri selama 11 hari mereka belajar. Apa itu profil pelajar Pancasila, apa itu kearifan lokal, permainan tradisional, serta komitmen mereka dengan permainan tradisional,” jelas dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya