SOLOPOS.COM - Pengunjung memilih durian pada kegiatan Festival Durian Waduk Gondang di Desa Gempolan, Kerjo, Karanganyar, Jawa Tengah, Senin (6/2/2023). Melalui kegiatan Bazar Festival Durian tersebut diharapkan mampu meningkatkan perekonomian petani durian setempat sekaligus upaya mengenalkan potensi durian lokal di kawasan wisata Waduk Gondang. ANTARA FOTO/Mohammad Ayudha/foc.

Solopos.com, KARANGANYAR — Festival Durian Desa Gempolan, Kecamatan Kerjo, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah terpaksa ditiadakan pada tahun ini lantaran adanya Pemilu 2024. Dampaknya, peluang warga dan petani durian Desa Gempolan mendapatkan omzet hingga miliar rupiah dari penjualan durian pun hilang.

Kepala Desa (Kades) Gempolan, Suhardi, mengatakan peniadaan festival durian itu mempertimbangkan situasi politik yang memanas menjelang Pemilu pada 14 Februari 2024 nanti. Dia tidak ingin festival durian ini menjadi media kampanye baik partai politik (parpol) maupun tim pasangan calon (paslon) presiden dan wakil presiden.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

“Kami njagani itu [jadi media kampanye], makanya festival durian tahun ini kita tidak laksanakan dulu,” kata Suhardi ketika berbincang dengan Solopos.com, Selasa (16/1/2024).

Festival Durian Gempolan sudah dilaksanakan dua tahun terakhir. Animo masyarakat untuk mengikuti festival durian ini sangat tinggi. Festival durian ini juga mampu menyedot ribuan pencinta durian dari berbagai daerah datang ke Desa Gempolan.

Di tahun pertama Festival Durian Gempolan, panitia mampu membukukan omzet penjualan hingga lebih dari Rp6 miliar. Sementara di tahun kedua, omzet penjualan menurun jadi Rp2,5 miliar.

Di tahun ini mestinya menjadi musim panen bagi petani durian di wilayah Gempolan dan sekitarnya. Sebab hasil panen kali ini jauh lebih baik dibandingkan tahun lalu.

“Tahun lalu banyak diguyur hujan sehingga produksi panen kurang maksimal. Tahun ini musim panas panjang sehingga hasil panen maksimal, rasanya jauh lebih enak,” kata Suhardi.

Sebagaimana penyelenggaraan dua tahun sebelumnya, Suhardi mengatakan Festival Durian Gempolan sedianya digelar pada akhir Januari hingga awal Februari. Di bulan-bulan itu merupakan puncak musim panen durian di Gempolan.

Suhardi mengakui banyak warganya yang kecewa dengan keputusan itu. “Kecewa sih iya, apalagi omzet penjualan durian sampai miliaran rupiah akan hilang begitu saja. Tapi semua demi menjaga situasi, maka lebih baik ditiadakan,” katanya.

Meski demikian, Suhardi mempersilakan apabila dari warga dan pedagang jika ada yang akan menggelar festival durian di Gempolan. Pihaknya tidak akan melarang kegiatan tersebut.

Pada bagian lain, harga durian Gempolan mulai dijual murah karena ketersediaan yang berlimpah. “Ya ada dijual Rp10.000 sampai yang mahal juga ada. Tapi kalau sekarang memang sudah mulai murah,” sambung Suhardi.

Ia mengatakan hampir semua warga Desa Gempolan memiliki pohon durian di rumahnya. Mereka menjulan buah berbau menyengat itu di teras-teras rumah.

Durian Gempolan yang terkenal jenis durian ketan, durian susu, durian sukun, durian unggul, durian bawor, durian montong dan dan durian musangking. Musim durian ini bukan hanya menjadi berkah buat petani durian, tetapi juga bagi warga desa keseluruhan.

Bang Madit, salah satu petani durian asal Dukuh Karanguluh, Desa Gempolan, mengatakan bahwa saat ini mulai musim panen durian. Sebanyak 100 pohon buah durian di kebunnya siap dipanen. Ia mempersiapkan penyukai durian untuk datang dan menikmati durian langsung dipetik dari pohonnya.

“Untuk pemesanan dan informasi jalur menuju kampung durian Gempolan Bang Madit, bisa menghubungi nomor WhatsApp 081386730530,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya