Soloraya
Kamis, 7 September 2023 - 23:46 WIB

Temui Kasus Henti Jantung, Begini Cara Menolongnya menurut Dokter di Boyolali

Nimatul Faizah  /  Suharsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Langkah posisi recovery pada pertolongan pertama korban henti jantung. (Istimewa/Imam Pranoto)

Solopos.com, BOYOLALI — Kasus henti jantung bisa terjadi pada siapa saja, kapan saja, dan di mana saja, termasuk orang-orang yang berada di tempat umum. Pemberian pertolongan pertama oleh orang awam sekalipun yang dilakukan dengan benar dapat mengurangi risiko fatalitas akibat henti jantung.

Untuk pemberian pertolongan pertama kepada orang yang mengalami henti jantung, dokter Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit Umi Barokah (RSUB) Boyolali, dr Imam Pranoto, membagikan ilmu dan tips yang akan sangat berguna jika diterapkan.

Advertisement

Imam menjelaskan henti jantung dapat disebabkan oleh gangguan elektrik jantung, pompa jantung tidak efektif, dan hilangnya fungsi jantung secara tiba-tiba. Ketika menemui orang yang tiba-tiba tidak sadarkan diri, pertama-tama yang harus dilakukan adalah langsung menghubungi bantuan di 119. Kemudian, segera mengecek keadaan orang tersebut.

“Pastikan sebelum mengecek keadaan orang tersebut, posisi kita sebagai penolong juga aman terlebih dahulu, lingkungan aman. Setelah aman, baru cek respons orang tersebut dengan cara misal menepuk bahu, tanya keadaan ‘Pak, apakah baik-baik saja’,” kata dia saat memberikan pelatihan kepada para driver ambulans dan ojek online (ojol) di RSUB Boyolali, Sabtu (2/9/2023).

Advertisement

“Pastikan sebelum mengecek keadaan orang tersebut, posisi kita sebagai penolong juga aman terlebih dahulu, lingkungan aman. Setelah aman, baru cek respons orang tersebut dengan cara misal menepuk bahu, tanya keadaan ‘Pak, apakah baik-baik saja’,” kata dia saat memberikan pelatihan kepada para driver ambulans dan ojek online (ojol) di RSUB Boyolali, Sabtu (2/9/2023).

Selain menepuk bahu, Imam juga menjelaskan pengecekan respons pada korban kasus henti jantung bisa dengan cara memberikan rangsangan nyeri. Ada dua cara. Pertama dengan menjepit kuku jari korban, dan kedua dengan memberikan penekanan pada tulang dada paling atas korban dengan lekukan sudut luar sendi jari telunjuk penolong.

Ketika pasien merespons kesakitan, berarti ada kesadaran. Selanjutnya, ketika tidak ada respons, penolong bisa mengamati napas korban dengan merasakan embusannya di dekat hidung atau mengamati gerak dada yang naik turun. Lalu, penolong bisa mengecek denyut nadi korban di leher.

Advertisement

Dilansir dari yankes.kemkes.go.id, posisi pulih dilakukan untuk menjaga jalan napas agar tetap terbuka. Selain itu, posisi pulih juga bisa mengurangi risiko tersumbatnya jalan napas dan tersedak. Caranya, korban dimiringkan dengan meletakkan tangan di bawah kepala korban.

Resusitasi Jantung Paru

Proses Resusitasi Jantung Paru (RJP) dalam pertolongan pertama pada kasus henti jantung. (Istimewa/Imam Pranoto)

Korban pada kasus henti jantung itu ditidurkan telentang pada posisi supine, penolong berlutut di sisi kanan korban. Tangan kanan korban diluruskan di sisi kepala korban. Sedangkan tangan kiri korban ditekuk menyilang dada hingga posisi telapak tangan berada di bahu kanan korban.

Setelah itu, lutut kaki kiri korban ditekuk ke kanan. Posisi tangan kiri penolong di bahu kiri korban, tangan kanan penolong di lipatan lutut kiri korban dan tarik.

Advertisement

Ketika detak jantung dan napasnya tidak ada, itu artinya korban mengalami henting jantung. Selanjutnya, penolong bisa melaksanakan resusitasi jantung paru (RJP).

Imam mengungkapkan RJP dapat membantu peredaran darah dan pernapasan orang pada kasus henti jantung sebelum datang bantuan ahli medis. Cara memberikan RJP adalah dengan cara memberikan kompresi dada.

Titik kompresi berada dua jari di atas ulu hati korban. Kompresi dilaksanakan dengan cara memberikan tekanan ke bagian tersebut lewat ujung pangkal telapak tangan yang saling terkait atas-bawah.

Advertisement

“Lakukan pijat jantung, posisi tangan tegak lurus dengan korban, yang bergerak pinggang, bahu tetap naik turun, siku pada kedua lengan harus lurus, kedua tangan yang saling terkait sebagai tumpuan menerima berat badan penolong untuk menghasilkan pijatan yang dalam dan cepat,” kata dia.

Ia menjelaskan perbandingan kompresi dada dan bantuan napas adalah 30:2, artinya, tiap 30 hitungan kompresi, diberikan dua kali napas buatan. Bantuan napas juga diberikan dengan cara angkat dagu dan menengadahkan kepada agar jalan napas bisa terbuka. Sementaa hidung korban dijepit.

Setelah dua menit memberikan kompresi dada, Imam meminta penolong untuk mengecek apakah napas dan denyut nadi korban telah kembali. Jika sudah, korban diarahkan ke posisi pulih.

Imam mengatakan upaya RJP harus segera dilakukan dalam 10 menit pertama. Apabila lebih dari itu, sel-sel di otak akan mengalami kematian.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif