SOLOPOS.COM - Warga mengantre mendapatkan dawet gratis di perayaan ulang tahun ketiga Paguyuban Sedulur Dawet Bayat di Lapangan Desa Bogem, Bayat, Klaten, Minggu (8/10/2023). (Solopos/Taufiq Sidik Prakoso)

Solopos.com, KLATEN — Desa Bogem, Kecamatan Bayat, Klaten, dikenal sebagai desa sentra pedagang Dawet Bayat. Di desa tersebut, warga secara turun temurun berjualan Dawet Bayat yang menyegarkan apalagi dinikmati saat cuaca panas di musim kemarau.

Seporsi Dawet Bayat berisi cendol, santan, serta juruh. Cita rasanya manis, gurih, dan harum. Dalam seporsi Dawet Bayat juga bisa diisi dengan irisan buah nangka. Minuman itu disajikan dalam mangkuk atau gelas.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Warga Bogem secara turun temurun menjadi perajin Dawet Bayat. Saking dikenalnya sebagai sentra pedagang dawet, di desa tersebut ada dukuh bernama Cendolan, salah satu kampung yang banyak warganya jadi pedagang dawet.

Saat ini, ada hampir 50 warga yang menggeluti usaha sebagai pedagang dawet Bayat Klaten. Tempat jualan mereka tersebar ke berbagai kota seperti Klaten, Sukoharjo, Solo, Sleman, Gunungkidul, Batang, serta Pekalongan.

Partisipasi, 52, adalah salah satu pedagang dawet asal Bogem. Dia merupakan generasi ketiga yang mewarisi keahlian membikin Dawet Bayat yang menyegarkan dari orang tuanya. Pria tersebut berjualan dawet di wilayah Gunungkidul, DIY.

Dia tak tahu persis sejak kapan Dawet Bayat tercipta. Namun, diyakini Dawet Bayat sudah ada sebelum Indonesia merdeka.

“Kalau bapak saya dulu jualan saat masa paceklik. Jadi dulu itu jualan dawet pulangnya bawa gaplek sampai beras. Jadi dawet dijual dengan sistem barter bahan makanan pokok,” kata Parti saat ditemui di Lapangan Desa Bogem, Minggu (8/10/2023).

Pakai Bahan Asli tanpa Pewarna-Pengawet

Parti menjelaskan bahan yang digunakan untuk membuat Dawet Bayat Klaten merupakan bahan asli tanpa pengawet maupun pewarna. Saban hari, pedagang memproduksi bahan untuk Dawet Bayat.

Alhasil, minuman yang disajikan terbuat dari bahan yang segar. Soal perbedaan Dawet Bayat dan dawet lainnya, Parti mengatakan salah satunya dari bahan yang digunakan untuk membuat cendol.

Jika dawet lainnya menggunakan cendol terbuat dari bahan tepung beras, Dawet Bayat menggunakan cendol terbuat dari bahan pati onggok. Bahan pembuat cendol Dawet Bayat itu mengalami perkembangan dari generasi ke generasi.

es dawet bayat klaten
Es dawet Bayat Klaten. (Klatenkab.go.id)

“Kalau simbah dulu cendol dari pati ganyong. Kemudian di generasi bapak saya menggunakan pati garut. Sekarang karena pati ganyong dan pati garut sudah langka, cendol terbuat dari pati onggok [dari pohon sagu],” jelas Parti.

Sementara itu, juruh Dawet Bayat terutama asal Desa Bogem, Bayat, Klaten, menggunakan gula jawa berkualitas terbaik. “Kalau di sini khususnya teman-teman pedagang Dawet Bayat, gula jawa yang digunakan dari daerah tertentu dan kualitasnya ambil yang kualitas I. Sehingga rasanya khas ada unsur manis, harum, dan gurih,” jelas dia.

Harga seporsi Dawet Bayat di setiap daerah berbeda-beda. Ada yang Rp3.000 per porsi ada Rp5.000 per porsi. Satu pedagang rata-rata bisa menjual 100 porsi hingga 400 porsi per hari. Saat kemarau seperti saat ini, omzet yang diperoleh pedagang semakin meningkat.

Potensi Desa

Sejak tiga tahun lalu, pedagang Dawet Bayat membentuk paguyuban bernama Sedulur Dawet Bayat. Paguyuban itu terbentuk dengan tujuan utama untuk kegiatan sosial menyalurkan infak dari sebagian rezeki yang diperoleh hasil jualan dawet.

Secara rutin mereka menggelar kegiatan santunan kepada anak yatim dan duafa. Pedagang Dawet Bayat asal Bogem lainnya, Mulyanto, 43, sudah berjualan Dawet Bayat selama 27 tahun terakhir.

Mulyanto berjualan di wilayah Kota Solo. Saban hari, dia melaju dari Klaten ke Solo untuk berjualan Dawet Bayat di tempat biasa dia mangkal di wilayah Gemblegan serta daerah sekitar Konimex.

Mulyanto juga memastikan Dawet Bayat khususnya dari pedagang asal Bogem tidak menggunakan bahan pewarna maupun pengawet. Seluruh bahan yang digunakan merupakan bahan alami.

“Kalau sehari rata-rata bisa menjual sekitar 200 porsi. Kalau kemarau seperti ini alhamdulillah sering habis,” kata Mulyanto.

Camat Bayat, Joko Purwanto, mengatakan dawet menjadi salah satu potensi di Desa Bogem. Selain dawet, potensi lain di desa tersebut yakni green house yang digunakan untuk budi daya melon.

“Saya berharap untuk pengusaha dawet bisa menjaga kualitas Dawet Bayat yang sudah terkenal dan termasyhur keenakannya,” jelas dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya