SOLOPOS.COM - Rumah dan dapur milik warga di Dusun Karakan, Desa Dlepih, Kecamatan Tirtomoyo, Wonogiri yang roboh akibat gempa yang berpusat di barat daya Bantul, Jumat (30/6/2023) malam. (Dokumentasi Polres Wonogiri)

Solopos.com, WONOGIRI — Sebanyak 996 peristiwa bencana terjadi di Wonogiri terhitung sejak awal Januari 2023 hingga awal November 2023. Rentetan kejadian itu termasuk tiga kali guncangan gempa baik yang berpusat di Pacitan maupun DIY.

Menurut data yang diperoleh Solopos.com dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Wonogiri, guncangan gempa itu mengakibatkan 228 bangunan rumah maupun fasilitas umum seperti sekolah rusak.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Kejadian lainnya meliputi longsor, banjir, angin kencang hingga kebakaran. Dari berbagai bencana itu, paling banyak yakni tanah longsor sebanyak 502 peristiwa.

Total nilai kerugian materiel akibat 996 kejadian bencana itu tercatat mencapai Rp8,63 miliar. Berikut perincian data jumlah kejadian bencana di Wonogiri sepanjang Januari-November 2023:

  • Longsor: 502 kejadian
  • Banjir: 72 kejadian
  • Angin kencang: 72 kejadian
  • Kebakaran skala besar: 54 kejadian
  • Tanah ambles: 10 kejadian
  • Tanah bergerak: 58 kejadian
  • Gempa bumi: 3 kejadian

Dari catatan Solopos.com, gempa pertama tahun ini terjadi Senin (9/1/2023) malam. Menurut data BMKG, gempa bumi dengan magnitudo 5,6 SR itu terjadi pukul 19.26 WIB. Pusat gempa berada di laut kedalaman 10 km tenggara Pacitan, Jawa Timur, namun getarannya terasa kuat di Wonogiri.

Gempa kedua berkekuatan magnitudo 6,1 SR berpusat di barat daya Pacitan, Jawa Timur, Kamis (8/6/2023) pukul 00.04 WIB. Guncangannya juga terasa cukup kencang di Wonogiri.

Siapa Bencana Musim Penghujan

Terakhir, gempa terjadi pada Jumat (30/6/2023) malam dengan pusat di barat daya Bantul, DIY. Dampak gempa ini paling parah karena mengakibatkan ratusan bangunan rusak.

Sementara itu, sebagai upaya antisipasi risiko bencana menjelang musim penghujan, BPBD Wonogiri bersama pihak-pihak terakhir menggelar Apel Gelar Pasukan Relawan Pengurangan Risiko Bencana di Lapangan Waduk Gajah Mungkur (WGM) Wonogiri, Sabtu (11/11/2023).

Apel diikuti 2.000 sukarelawan sebagai langkah kesiapsiagaan menghadapi ancama bencana hidrometeorogi yang kerap terjadi di Wonogiri saat musim penghujan seperti longsor, banjir, dan angin kencang.

Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Wonogiri, Trias Budiono, mengatakan ribuan sukarelawan mengikuti gelar pasukan itu.

Mereka terdiri atas sukarelawan desa tanggap bencana (destana), taruna siaga bencana (tagana), dan komunitas sukarelawan Forum Pengurangan Risiko Bencana (FPRB) Wonogiri. 

Apel itu dilaksanakan sebagai bentuk kesiapsiagaan dan mitigasi bencana karena saat ini sudah mulai memasuki musim pancaroba dan segera memasuki musim penghujan.

Menurutnya, sebagai daerah zona merah rawan bencana longsor dan banjir, kewaspadaan bencana perlu dilakukan untuk meminimalkan risiko akibat bencana hidrometeorologi itu di Wonogiri. 

“Kegiatan ini perlu dilaksanakan untuk mitigasi dan kewaspadaan bencana. Diharapkan nanti bisa meminimalkan risiko bencana di Wonogiri,” kata Trias saat dihubungi Solopos.com, Minggu (12/11/2023).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya