Solopos.com, SOLO–Tradisi Tingalan Dalem Jumenengan atau peringatan naik tahta Raja Keraton Solo, Sampeyan Dalem Ingkang Sinuhun Kanjeng Susuhunan (SISKS) Paku Buwono (PB) XIII menyimpan potensi dan daya tarik kuat bagi wisatawan.
Living heritage Keraton Solo bisa menjadi paket wisata budaya yang menjanjikan saat momen-momen tertantu.
Keraton Solo menggelar tradisi Tingalan Dalem Jumenengan ke- 20 Raja Keraton Solo, PB XIII, Selasa (6/2/2024). Acara itu dihadiri ribuan abdi dalem dan tamu undangan dari berbagai instansi pemerintah maupun kerajaan-kerajaan di Nusantara.
Mereka menyimak prosesi tradisi Tingalan Dalem Jumenengan yang dilaksanakan sesuai adat Keraton Solo.
Mereka menyimak prosesi tradisi Tingalan Dalem Jumenengan yang dilaksanakan sesuai adat Keraton Solo.
Tak hanya tamu undangan dari lokal, ada beberapa tamu undangan dari luar negeri yang menyempatkan diri untuk menghadiri tradisi tersebut.
Mereka juga mengabadikan momen saat para gadis remaja mementaskan Tarian Bedhaya Ketawang di hadapan PB XIII. Momen tersebut paling ditungu-tunggu lantaran tarian sakral itu hanya dipentaskan saat peringatan naik tahta Raka Keraton Solo.
Daryono menyebut wisatawan bisa belajar budaya sembari menikmati bangunan heritage peninggalan Dinasti Mataram Islam. Salah satunya dengan menonton Tarian Bedha Ketawang yang dipentaskan hanya saat peringatan naik tahta Raja Keraton Solo.
Hal ini bisa menjadi spot alternatif baru bersaing dengan destinasi baru seperti Solo Safari dan Masjid Raya Syeikh Zayed Solo.
Para pengusaha travel bisa merancang paket wisata yang menawarkan wisata budaya dan heritage di Kota Bengawan. “Paket wisata mengeksplorasi nilai-nilai budaya dan bangunan heritage di Keraton Solo bakal menarik wisatawan nusantara maupun mancanegara. Potensi ini layak dilirik menjadi paket wisata di Kota Solo,” ujar dia.
Sementara itu, seorang kerabat keluarga Keraton Solo, KP Edhy Wirabhumi mengatakan konsep pendekatan living heritage diterapkan dalam upaya konservasi bangunan Keraton Solo.
Upaya tersebut menyesuaikan peradaban sehingga menjadi magnet istimewa bagi wisatawan. Bangunan peninggalan Dinasti Mataram Islam itu harus dirawat dan dijaga.
Selain menikmati bangunan heritage, para wisatawan juga bisa mengetahui sejarah masa lalu Dinasti Mataram Islam. “Keraton Solo menjadi pusat kebudayaan yang harus dijaga. Dengan menerapkan konsep living heritage maka bisa menarik wisatawan untuk berkunjung ke Keraton Solo,” ujar dia.