Soloraya
Selasa, 5 Maret 2024 - 16:49 WIB

TPS Desa Sawahan Bermasalah Lagi, DLH Boyolali: Kami Tidak akan Lepas Tangan

Nimatul Faizah  /  Suharsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Warga memasang spanduk penutupan TPS Desa Sawahan, Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Boyolali, Selasa (5/3/2024). (Solopos/Ni’matul Faizah)

Solopos.com, BOYOLALI — Kondisi tempat pembuangan sampah (TPS) di Desa Sawahan, Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Boyolali, kembali bermasalah dan diprotes warga pada Selasa (5/3/2024) pagi.

Protes disampaikan puluhan warga dengan menutup paksa TPS Desa Sawahan menggunakan pagar bambu agar tidak ada orang yang membuang sampah di TPS tersebut pada Senin (4/3/2024) malam.

Advertisement

Selain memasang pagar bambu, warga juga memasang spanduk berwarna merah dengan tulisan “Tempat Pembuangan Sampah telah Ditutup oleh Warga Selamanya”.

Menanggapi aksi protes tersebut, Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Boyolali, Suraji, mengatakan beberapa hari lalu telah berkoordinasi dengan Camat Ngemplak. Suraji mengamini aksi protes warga tersebut sudah berulang kali terjadi.

Advertisement

Menanggapi aksi protes tersebut, Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Boyolali, Suraji, mengatakan beberapa hari lalu telah berkoordinasi dengan Camat Ngemplak. Suraji mengamini aksi protes warga tersebut sudah berulang kali terjadi.

“Di situ kan permasalahan yang berulang terus. Jadi, sampah dikelola pemerintah desa melalui Bumdes [Badan Usaha Milik Desa], kemudian tidak selesai lalu menumpuk, kami angkut,” kata dia kepada Solopos.com, Selasa.

Ia menjelaskan DLH Boyolali sempat turun tangan mengangkut sampah di TPS Desa Sawahan pada 2022. Volume sampah yang sangat banyak saat itu membuat DLH tak hanya mengangkut, akan tetapi juga menimbun sampah yang ada.

Advertisement

“Setelah itu ganti orang yang mengurusi [sampah], macet lagi, terus sampah menumpuk lagi. Sudah berkali-kali. Kami sudah bantu, tapi harapan kami tidak seperti itu. Jarak Ngemplak [ke TPA Winong] kan jauh, ditambah di sana masyarakat kota, jadi sampahnya banyak,” kata dia.

DLH Boyolali juga telah melakukan pembinaan ke pengelola TPS Desa Sawahan. Permasalahannya, ada pula warga yang membuang sampah di TPS Sawahan padahal tidak ikut layanan Bumdes. Biasanya, warga membuang sampah diam-diam saat malam hari.

Ia menegaskan pentingnya sampah bisa dikelola dengan baik, contohnya mengurangi sampah dari sumbernya. Sehingga sampah sebelum dibuang bisa dipilah terlebih dahulu mana yang bisa dijual, diolah kembali, atau memang harus dibuang.

Advertisement

Ongkos Pengelolaan Sampah

Kalau tidak ada pengurangan sampah dari awal, permasalahan di TPS Desa Sawahan, Ngemplak, Boyolali, harus diselesaikan dengan biaya yang tinggi. Iuran warga yang hanya Rp20.000 per bulan tidak menutup ongkos operasional. Sedangkan ongkos membuang sampah dari Ngemplak ke TPA Winong tinggi.

Ia memperkirakan ongkos idealnya sekitar Rp50.000-Rp60.000 per bulan agar biaya operasional sehat. Jika warga bisa memilah sampah dari awal, ongkos bisa turun sekitar Rp30.000 per bulan.

“Intinya permasalahan muncul karena pengurangan sampah dari sumbernya tidak berjalan dengan baik. Sementara biaya pengangkutannya [iuran tiap bulan] tidak menutup operasional,” kata dia.

Advertisement

Suraji menegaskan DLH Boyolali tidak akan lepas tangan dalam permasalahan di TPS Desa Sawahan, Ngemplak. Namun, ia mengajak seluruh pihak untuk memikirkan bersama solusi terbaik untuk permasalahan di TPS Sawahan.

“Menyelesaikan masalah sampah Sawahan itu harus semua merasa bertanggung jawab, digarap bersama-sama. Teorinya begini, pokoknya sampahnya dikurangi dengan biaya tidak banyak. Kalau tidak ada yang memilah, berarti operasionalnya tinggi dan iuran tinggi,” kata dia.

Sebelumnya, warga menggelar aksi protes dengan membentangkan spanduk di depan TPS Sawahan, Selasa. Beberapa warga terpantau meneriakkan tuntutan agar TPS Sawahan ditutup permanen.

Warga Perumahan Menggungan Baru, Desa Sawahan, Danang Catur Wahyu Wijayanto, yang ikut demo, menjelaskan warga memasang pagar bambu dengan tujuan agar tidak ada warga yang membuang sampah di tempat tersebut lagi.

“Pada Selasa, kami kembali menegaskan bahwa warga menolak TPS ini. Kami juga menuntut TPS ini ditutup untuk selamanya,” kata dia kepada Solopos.com di sela-sela aksi.

Ia menjelaskan permasalahan dan kekesalan warga Sawahan, Boyolali, atas keberadaan tempat pembuangan sampah itu memuncak tiga kali. Pertama, warga menggelar demo pada 2022 karena sampah sempat menggunung setinggi rumah dan menimbulkan bau tidak sedap.

Kala itu, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Boyolali akhirnya membantu menyelesaikan permasalahan sampah. Warga saat itu juga dijanjikan akan dibina dan diberi edukasi terkait pengelolaan sampah yang baik. Namun, hal tersebut tidak terealisasi. Akhirnya warga kembali membuang sampah di TPS itu.

Sempat ditutup sementara, sampah di TPS Desa Sawahan kembali menumpuk dan menimbulkan masalah. Kemudian, pada akhir 2023, warga dibantu Polsek Ngemplak membersihkan TPS. Lalu, pada awal 2024 ini sampah menumpuk.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif