SOLOPOS.COM - Ribuan warga memperebutkan apam di Lapangan Klampeyan Jatinom saat digelar tradisi sebaran apam Yaa Qawiyyu di Jatinom, Jumat (16/9/2022). (Solopos.com/Taufiq Sidik Prakoso)

Solopos.com, KLATEN — Tradisi Yaa Qawiyyu di Kecamatan Jatinom, Klaten, mulai bergulir. Puncak acara berupa sebaran apam rencananya digelar pada Jumat (1/9/2023) siang.

Puncak tradisi itu ditandai dengan sebaran apam di Lapangan Klampeyan. Kuliner tradisional itu menjadi ciri khas tradisi yang sudah berumur empat abad tersebut.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Sekretaris Umum Pengelola Pelestari Peninggalan Kyahi Ageng Gribig (P3KAG), KRT Mohammad Daryanta, menjelaskan pembukaan perayaan tradisi, adat, dan budaya andum atau sebaran apam Yaa Qawiyyu digelar pada Kamis (24/8/2023).

Rangkaian kegiatan yang digelar P3KAG meliputi khataman, doa dan zikir, hingga laras madya di kompleks makam Kyahi Ageng Gribig. Sehari sebelum puncak acara atau Kamis (31/8/2023), akan digelar kirab dan serah terima gunungan apam dari Kantor Kecamatan Jatinom ke Masjid Alit menuju Masjid Gedhe Jatinom.

Malam harinya atau malam midodareni ada kenduri seni di amphiteater Klampeyan Jatinom. Pentas kesenian dalam rangkaian tradisi Yaa Qawiyyu di Jatinom, Klaten, itu di antaranya ada penampilan ketoprak, drama, tarian, dongeng, hadrah, hingga laras madya.

Sehari sebelum puncak acara, warga biasanya menyerahkan sedekah apam yang akan dibagikan pada Jumat siang. Sementara puncak tradisi berupa sebaran apam digelar di Lapangan Klampeyan selepas Salat Jumat di Masjid Gedhe Jatinom.

Lokasi lapangan berdekatan dengan Masjid Gedhe Jatinom serta kompleks makam Kyahi Ageng Gribig. Seperti perayaan ketika kondisi normal, selepas pembukaan dan pembacaan doa, apam disebar melalui dua menara di tengah Lapangan Klampeyan.

“Ketika kondisi normal, kurang lebih apam yang disebarkan 4 ton hingga 5 ton,” kata Daryanta saat berbincang dengan Solopos.com, Kamis (24/8/2023).

Pertunjukan Seni

Sementara itu, rangkaian perayaan tradisi Yaa Qawiyyu di Jatinom, Klaten, itu dimeriahkan beberapa kegiatan selama sepekan. Berdasarkan data yang dihimpun Solopos.om, ada pembukaan saparan di halaman kantor Kecamatan Jatinom, Kamis (24/8/2023) siang.

Selanjutnya ada pawai budaya di sepanjang jalan dari depan SD Jatinom hingga Pasar Gabus, Jumat (25/8/2023) siang. Ada pula pawai drumben pada Sabtu (26/8/2023) siang.

Pada Minggu (27/8/2023) siang, ada pentas kesenian jathilan di halaman Kantor Kecamatan Jatinom. Pada Selasa (29/8/2023) siang, ada kesenian Gejog Lesung di halaman kantor Kecamatan Jatinom.

Pada Rabu (30/8/2023) siang, ada pawai gerobak sapi dari depan SD Jatinom hingga Pasar Gabus. Pada Kamis (31/8/2023) siang, ada kirab gunungan apam. Pada Jumat (1/9/2023) siang, ada puncak sebaran apam di Lapangan Klampeyan.

Berdasarkan sinopsis yang ditulis Daryanta beberapa tahun lalu, Yaa Qawiyyu merupakan tradisi yang sudah berlangsung lama dan secara turun temurun di Jatinom, Klaten. Tradisi itu diperkirakan sudah berlangsung selama empat abad dan terus dilestarikan warga Jatinom terutama warga yang tinggal di wilayah Kelurahan/Kecamatan Jatinom.

Yaa Qawiyyu sendiri diambil dari doa Kyahi Ageng Gribig, seorang ulama besar penyebar agama Islam di Jawa Tengah. Dalam setiap penutup pengajiannya, Kyahi Ageng Gribig memanjatkan doa, “Yaa Qawiyyu Ya ‘Aziizu Qawwina Wal Muslimin, Yaa Qawiyyu Yaa razaaqu  warzuqna wal Muslimin wal Mukminiina”.

Artinya, “Ya Allah yang Maha Kuat, berikanlah kekuatan kepada kami segenap kaum muslimin, Ya Allah yang Maha Kuat yang Maha Pemberi Rizki Karuniakanlah rizki kepada kaum Muslimin dan kaum Mukminin”.

Cerita Kyahi Ageng Gribig

Doa itu juga yang menjadi kalimat seruan jihad pasukan Sultan Agung saat berperang melawan VOC. Tradisi sebaran apam Yaa Qawiyyu bermula ketika Kyahi Ageng Gribig baru saja tiba di Jatinom selepas pulang dari  berhaji pada Jumat Pahing, 17 Sapar 1541 Saka atau 1619 Masehi.

Seusai Salat Jumat lalu membaca zikir dan tahlil, Kyahi Ageng Gribig membagikan oleh-oleh berupa apam kepada para santrinya. Namun ternyata hidangannya  kurang.

Sedangkan tamunya masih banyak yang belum mendapat apam. Lalu Nyai Ageng (Raden Ayu Mas Winongan) segera membuat kue apam yang masih dalam keadaan hangat untuk dihidangkan kepada para tamu undangan tersebut.

Majelis pengajian itu sampai sekarang masih berjalan. Setiap tahunnya pada malam Jumat dan menjelang Salat Jumat di pertengahan bulan Sapar, doa Kyahi Ageng Gribig selalu dibacakan di hadapan hadirin. Tradisi ini juga sering disebut “Saparan” karena berlangsung di bulan Safar.

Peringatan tradisi Yaa Qawiyyu di Jatinom, Klaten, ini penuh dengan simbol yang sarat dengan pesan spiritual dan sosial kemasyarakatan. Ditandai dengan penyebaran kue apam, yang terbuat dari tepung beras dengan potongan kelapa di tengahnya.

Kata apam sendiri diambil dari bahasa Arab afwun yang bermakna ampunan atau al afwu. Tujuannya agar masyarakat selalu memohon ampunan kepada Sang Pencipta. Bentuknya yang bulat memiliki makna agar masyarakat saling bersatu dan tidak berpecah belah.

Pembagian apam diberikan dengan cara disebarkan di atas panggung menara yang bermakna masyarakat harus selalu saling memaafkan satu dengan yang lain. Selain itu penyusunan gunungan apam yang disusun menurun seperti satai 4-2-4-4-3 menggambarkan tentang jumlah rakaat dalam Salat Isya, Subuh, Zuhur, Asar, dan Magrib.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya