SOLOPOS.COM - Museum Manusia Purba Klaster Bukuran, Sragen. (Istimewa(

Solopos.com, SRAGEN — Museum Manusia Purba Sangiran yang kini menjadi Badan Layanan Umum Museum dan Cagar Budaya (BLU MCB) Sangiran di bawah Direktorat Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) membawa angin segar bagi Pemkab Sragen dan masyarakat yang di kawasan Situs Sangiran.

Selama ini pengelolaan museum tersebut dilaksanakan secara kolaboratif antara pemerintah pusat (Kemendikbudristek), Pemprov Jateng, dan Pemkab Sragen. Porsi bagi hasil atau sharing pendapatan dari penjualan tiket museum itu 50% untuk Pemkab Sragen dan 50% sisanya dibagi dua antara pemerintah pusat dan provinsi.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Kepala Dinas Pemuda, Olahraga, dan Pariwisata (Disporapar) Sragen, Joko Hendang Murdono, kepada Solopos.com, Jumat (3/11/2023), mengungkapkan manajemen BLU MCB memiliki target tertentu yang membuat Pemkab Sragen diuntungkan dari segi promosi Sangiran dan menarik pengunjung ke Sangiran.

“Promosi dan menarik pengunjung tidak hanya tanggung jawab Pemkab, tetapi pihak BLU MCB juga ikut berperan untuk promosi dan menarik pengunjung ke Sangiran. Sebelumnya, pengunjung banyak atau sedikit tidak ada masalah. Yang penting bagi hasil tetap jalan. Porsi Pemkab kan paling banyak 50% dan sisanya 50% dibagi antara pemerintah pusat dan provinsi,” ujar Joko.

Dengan porsi sharing yang paling dominan, Joko menerangkan Pemkab berkewajiban mempromosikan bagaimana banyak orang yang datang ke Museum Sangiran. Sedangkan BLU MCB bertugas menata fasilitas di museum agar menjadi data tarik bagi pengunjung.

“Dengan kelembagaan yang baru itu, mereka punya tanggung jawab, membuat kegiatan, promosi, dan mendatangkan orang datang ke Sangiran. Hal itu membantu kami,” katanya.

Penataan Kuliner Sangiran

Selain itu, Joko menerangkan Pemkab juga menyiapkan sarana dan prasarana lingkungan sekitar Sangiran. Dia menyebut ada aset Pemkab yang ada di kompleks Museum Sangiran yang akan dibangun untuk penambahan sarana dan prasarana terutama untuk pelaku usaha kuliner di Sangiran.

“Ya, pada 2024 kami ajukan untuk mendapat dana alokasi khusus (DAK) pemerintah pusat senilai Rp2,5 miliar. Dana itu digunakan untuk penataan pedagang kuliner Museum Sangiran, yakni di sisi selatan parkiran dalam terminal,” ujarnya.

Dia menerangkan menggelar event bersama itu menjadi bagian dari upaya Pemkab untuk mendatangkan pengunjung ke Sangiran. Dia mencontohkan event Sangirun Night Trail 2023 merupakan event kolaborasi antara pusat dan daerah. Dia menerangkan meskipun event itu sekali dalam setahun tetapi rangkaian kegiatannya banyak.

“Ada juga event-event yang dilaksanakan masyarakat sendiri sekitar Museum Sangiran dengan mengambil momentum kearifan lokal, seperti sadranan atau bersih desa. Harapan saya event masyarakat itu bisa menjadi bagian dari event di Kawasan Sangiran,” ujarnya.

Keterlibatan masyarakat tidak hanya dalam event, tetapi lewat kolaborasi antara Pemerintah Desa Krikilan dengan BLU MCB Sangiran, salah satunya dengan  pembangunan Sub terminal. Sub terminal ini menjadi lokasi parkir kendaraan pengunjung museum. Warga menyediakan kendaraan, baik mobil maupun motor, untuk mengantar jemput pengunjung ke museum.

“Keterlibatan masyarakat ini mampu meningkatkan ekonomi masyarakat setempat. Ada juga kelompok sadar wisata yang membikin paket dengan dihubungkan ke produk usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM),” jelasnya.

Joko berpendapat Sangiran ini merupakan wisata edukasi dan peninggalan dunia sehingga memiliki keunikan tertentu. Sangiran sebagai objek wisata minat khusus menjadi bagian dari Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN).

Dengan status itu, Joko melihat ada perhatian lebih dari pemerintah pusat. Joko ingin ada promosi Museum Sangiran di Bandara Adi Sumarmo Solo, tetapi biayanya cukup mahal. “Promosi yang bisa dilakukan lewat media sosial,” ujarnya.

Pemberdayaan Masyarakat

Camat Kalijambe Sragen, Rusmanto, mengungkapkan sejak adanya perubahan manajemen di Museum Sangiran menjadi BLU MCB maka masyarakat lebih banyak yang diberdayakan. Terutama lewat adanya Subterminal Krikilan. Desa Krikilan pun sudah menjadi desa wisata di Sragen.

Dalam pengembangan empat klaster Museum Sangiran ini, ujar dia, sudah ada kerja sama kawasan empat desa, yakni Krikilan, Bukuran, Ngebung, dan Manyarejo. Kerja sama antardesa itu nantinya dikelola oleh Badan Usaha Milik Desa Bersama (BUMDesma) yang kini masih berproses.

“Setiap desa mendapatkan bantuan dana dari provinsi senilai Rp50 juta dan ada penyertaan modal untuk tiap desa. Setiap desa nanti memiliki moda transportasi yang melayani jasa transportasi antarklaster. Armadanya berupa mobil elf. Untuk sementara satu desa satu unit dulu yang pusat pelayanan juga ada di Subterminal Krikilan,” ujarnya.

Dengan adanya jasa transportasi itu akan mempermudah akses antarklater bagi pengunjung. Dia berharap kunjungan ke klaster-klaster di lainnya lebih ramai sehingga menumbuhkan perekonomian sekitar. Rencana itu didukung Pemkab Sragen yang menyediakan sarana jalan yang diperbarui pada 2023 ini.

“Sekarang di subterminal ada 22 unit mobil dan 160 ojek yang piket secara bergiliran. Mereka bertugas mengantar pengunjung dari subterminal ke museum,” katanya.

Selain itu ada tambahan fasilitas all terrain vehicle (ATV) untuk keliling kebun pisang di wilayah Krikilan. Saat musim penghujan, lebih menantang menggunakan ATV. AD jugaa joglo sebagai tempat outbond pengunjung.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya