SOLOPOS.COM - Para pelajar berkunjung ke Museum Manusia Purba Sangiran, Krikilan, Kalijambe, Sragen, untuk melihat aneka koleksi fosil dan peninggalan zaman purba. (Istimewa/MCB Sangiran)

Solopos.com, SRAGEN — Hamparan perbukitan dengan topografi pegunungan menjadi latar belakang kawasan Musuem dan Cagar Budaya (MCB) Sangiran yang berada di wilayah Kebupaten Sragen dan Karanganyar, Jawa Tengah.

Kawasan yang kaya peninggalan arkeologi dan paleontologi tersebut melingkupi 25 desa yang ada di empat kecamatan, yaitu Gemolong, Plupuh, Kalijambe, di Kabupaten Sragen dan Godangrejo di Kabupaten Karanganyar.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Ada lima klaster di MCB Sangiran yang terdiri atas Klaster Krikilan, Klaster Ngebung, dan Klaster Bukuran di Kalijambe, Klaster Manyarejo di Plupuh, dan Klaster Dayu di Gondangrejo. Klaster paling besar berada di Jalan Sangiran km 4, Desa Krikilan, Kalijambe, Sragen.

Manajemen MCB Sangiran mengalami transformasi menjadi badan layanan umum (BLU) sejak 2022. Perubahan kelembagaan itu diharapkan lebih kolaboratif dengan stakeholders terkait dan mendorong daya cipta, perubahan sosial, serta pembangunan masyarakat yang berbudaya. Peningkatan pelayanan berbasis perlindungan menjadi prioritas utama pengeloa MCB Sangiran di bawah Kementerian Pendidikan Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud Ristek).

Pamong Budaya Ahli Pratama MCB Sangiran, Reza Andrea Syahputra, kepada Solopos.com, Jumat (3/11/2023), menjelaskan MCB Sangiran merupakan museum yang berisi hasil peninggalan warisan prasejarah dari situs arkeologi Sangiran. Temuan-temuannya mencakup artefak, alat-alat batu, fosil manusia purba, fosil binatang purba, dan artefak lainnya. Temuan-temuan itu merupakan gambaran dan wawasan tentang proses evoluasi manusia dan kehidupan purba.

“Kini pengelolaan Museum Manusia Purba Sangiran di bawah MCB yang bernaung di Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi atau Kemendikbudristek. Ada 18 museum dan galeri serta 36 situs cagar budaya nasional di Indonesia yang dikelola dan menjadi tanggung jawab MCB. Kelembagaan MCB diresmikan pada 2022 yang diharapkan menjadi institusi bersifat kolaboratif dan mendorong daya cipta, perubahan sosial, dan pembangunan masyarakat berbudaya,” papar Reza.

Ia menerangkan MCB mengedepankan pelestarian, pelayanan publik, dan pemanfaatan berbasis perlindungan sebagai prioritas utama dengan merangkul kreativitas dan semangat kolaborasi yang inklusif. Kelembagaan BLU MCB dibuat untuk memecahkan sejumlah permasalahan dalam pengelolaan museum.

Dia menjelaskan permasalahan yang dihadapi berkaitan dengan peningkatan pengelolaan MCB, peningkatan kerja sama internasional dalam pengelolaan MCB, peningkatan inovasi layanan, dan peningkatan kualitas event dan peningkatan kemitraan.

Untuk mewujudkan hal itu, Reza menjelaskan BLU MCB memiliki misi mewujudkan pengelolaan koleksi cagar budaya dan bangunan bersejarah berkelanjutan. Kemudian, melaksanakan upaya pelayanan dan pelibatan masyarakat secara terpadu dan mengedepankan transformasi pengembangan wawasan melalui praktik edukasi univatif dan pembangunan komunitas.

Misi lain BLU MCB adalah menjalin kepercayaan kuat antar-stakeholders berbasis kemitraan, mewujudkan ruang ekspresi dan interaksi yang inklusif dan mudah diakses, serta mewujudkan tata kelola kelembagaan dan pengelolaan sumber daya manusia yang tangkas dan beroreintasi pada dampak berkelanjutan.

“BLU MCB mampu menjawab sejumlah hambatan atau kendala serta tantangan ke depan yang dihadapi. Hambatan itu seperti terpaku pada tugas dan fungsi yang mengunci jenis layanan sehingga BLU hadir memberi keleluasaan untuk bereksperimen dengan berbagai inovasi layanan,” jelasnya.

Keterlibatan Masyarakat

Reza melanjutkan, pelibatan masyarakat cukup banyak di antaranya sebagai pemandu wisata, penyedia jasa ojek bagi pengunjung, penyedia angkutan wisata, serta menjajakan aneka suvenir dan makanan di lingkungan museum. Dia menilai masyarakat juga aktif terlibat dalam membuat event, seperti Festival Jerami Purba yang dihelat di Sangiran belum lama ini.

“Komunitas kesenian juga tumbuh dan berpartisipasi dalam pengemangan MCB Sangiran. Mereka menyemarakan kegiatan Gebyar Sangiran dengan lomba voli, angkringan bareng fosil, dan nanti pada pertengahan November 2023 ada Festival Dolanan Anak dan Kesenian Masyarakat di Museum Bukuran,” ujarnya.

Reza melihat banyak daya tarik di MCB Sangiran, seperti situs paleontologi dan paleoantropologi yang menyimpan sejarah panjang kehidupan masa lalu, baik manusia purba, budaya, fauna, dan lingkungannya. Dia menyebut 50% temuan homo erectus di dunia ada di Situs Sangiran. Maka tak heran bila Sangiran ditetapkan sebagai warisan dunia oleh UNESCO.

MCB Sangiran saat ini memiliki 40.000-an koleksi peninggalan zaman purban. Sementara yang ditampilkan di museum sekitar 1.400 koleksi. Koleksi yang dimaksud meliputi koleksi fosil fauna, fosil manusia, alat budaya manusia, dan replika fosil manusia dan hewan, manekin serta diorama kehidupan masa lampau.

“Kenapa hanya Klaster Krikilan yang besar dan ramai? Karena untuk klaster lainnya masih terkendala akses dengan medan yang cukup sulit. Sekarang sudah ada perbaikan jalan sehingga aksesnya menjadi lebih mudah. Kemudian moda transportasi Trans Jateng cukup membantu pengunjung dari luar kota ke Sangiran,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya