SOLOPOS.COM - Aktivitas jual-beli sayur di lantai II Pasar Wonogiri, Selasa (1/8/2023) pagi. Komoditas sayur di Wonogiri banyak didatangkan dari Karanganyar dan Boyolali. (Solopos/Muhammad Diky Praditia)

Solopos.com, WONOGIRI — Komoditas sayuran yang diperjualbelikan di pasar maupun oleh pedagang keliling di desa/kelurahan Kabupaten Wonogiri ternyata banyak didatangkan dari luar daerah, terutama Karanganyar dan Boyolali.

Sayur-sayuran yang diproduksi petani lokal disebut belum bisa memenuhi kebutuhan pasar Kota Sukses. Kepala Pasar Kota Wonogiri, Baloeng, mengatakan komoditas sayur-mayur di pasar pusat kota itu didominasi dari Karanganyar dan Boyolali.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Para pedagang itu datang ke Pasar Kota Wonogiri pada dini hari membawa berkuintal-kuintal sayur-mayur menggunakan mobil bak terbuka dan tertutup. Mereka menurunkan dan menjual komoditas tersebut di Pasar Kota Wonogiri setiap hari.

Baloeng mengakui belum ada data pasti berapa nilai atau pun jumlah sayuran yang diperjualbelikan di Pasar Kota Wonogiri.

“Yang jelas itu banyak yang berasal dari Boyolali dan Tawangmangu, Karanganyar. Sebenarnya ada sayur-sayuran produksi lokal tetapi jumlahnya tidak banyak. Itu pun paling sayuran kayak kangkung,” kata Baloeng kepada Solopos.com, Selasa (1/8/2023).

Pantauan Solopos.com di lantai III Pasar Kota Wonogiri pada Selasa selepas Subuh, ada sejumlah mobil bak terbuka yang menurunkan dan menjajakan sayur-mayur. Beberapa dagangan mereka dibeli pedagang sayur keliling.

Salah satu pedagang sayur di lantai III Pasar Kota Wonogiri, Sriyatun, mengatakan berbagai jenis sayuran yang dijual itu dikulak dari pasar di Sukoharjo yang didatangkan dari Karanganyar dan Boyolali. 

“Sayur-sayuran ini kayak wortel, terung, daun bawang sebagian berasal dari Karanganyar dan Boyolali. Hampir semua [sayuran] yang di jual di sini [lantai III Pasar Kota Wonogiri] berasal dari dua daerah itu,” kata Sriyatun saat berbincang dengan Solopos.com di lapaknya, Selasa. 

Penjualan Menurun

Menurut Sriyatun yang mengaku sudah 20 tahun menjadi pedagang sayur, dari dulu sayur-mayur di Pasar Kota Wonogiri memang dipasok dari Karanganyar dan Boyolali. Tetapi beberapa tahun terakhir ini, penjualan sayuran di Wonogiri merosot.

Dia tidak tahu apa penyebabnya. Hari-hari belakangan ini, Sriyatun mengatakan untuk mendapatkan omzet Rp1 juta/hari sangatlah sulit. Padahal, 5-10 tahun lalu, ia bisa mendapatkan untung bersih senilai Rp500.000/hari.

“Sekarang bak mobil saya itu hanya terisi sayur seperempat kalau berangkat ke sini. Padahal dulu sampai penuh, bahkan sampai numpuk-numpuk harus ditali di atasnya,” ujar dia.

Sriyatun menyampaikan pembeli dagangannya biasanya penjual-penjual sayur dan aneka pangan di lantai II atau I Pasar Kota Wonogiri. Selain itu juga pedagang sayur rumahan.

“Tapi ya itu, sekarang sudah sangat berkurang yang beli. Lihat saja, kubis sebanyak lima kilogram baru terjual satu buah, padahal ini sudah pukul 06.00 WIB,” ucapnya.

Pedagang sayur di los pedagang lantai I Pasar Kota Wonogiri, Suwarni, juga menyebut sayur-sayuran yang dia jual banyak didatangkan dari Karanganyar dan Boyolali. Ia kulak sayuran ke pedagang di lantai III Pasar Kota Wonogiri. 

Pedagang sayur lain yang membuka lapak di pintu masuk lantai II Pasar Kota Wonogiri, Larmi, menyampaikan hampir semua sayur-mayur yang dia jual merupakan produk lokal dari Desa Pare, Kecamatan Selogiri.

Dia menjajakan delapan jenis sayur antara lain sawi, kenikir, kangkung, dan bayem hasil produksi warga Desa Pare. “Yang dari Boyolali hanya jagung manis ini. Lainnya dari Desa Pare semua. Ada beberapa pedagang yang berasal dari Desa Pare, sekitar 10 orang di sini,” kata Larmi.

Produk Lokal Belum Bisa Penuhi Kebutuhan

Selain di pasar, pedagang sayur keliling di desa/kelurahan di Wonogiri juga diketahui banyak berasal dari Karanganyar. Pantauan Solopos.com di Lingkungan Kajen, Giripurwo, Jumat (28/7/2023) siang, dalam dua jam ada tiga pedagang sayur keliling di lingkungan tersebut.

Ketiganya berasal dari Matesih, Karanganyar. Mereka berangkat dari Matesih sebelum Subuh. Salah satu pedagang sayur keliling, Irfan, 25, mengaku baru setahun terakhir menjadi pedagang sayur keliling. Ia hanya menjual dagangannya di kawasan kota Wonogiri.

Kepala Bidang Perdagangan Dinas Koperasi Usaha Kecil Menengah Perindustrian dan Perdagangan (Dinkop UKM Perindag) Wonogiri, Nugroho Liestyono, menyebut belum ada catatan berapa nilai dan jumlah komoditas sayuran yang diperjualbelikan di Wonogiri. 

Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Wonogiri, Baroto Eko Pujanto, mengatakan Wonogiri mempunyai beberapa wilayah penghasil sayur-sayuran, terutama di utara dan timur. Wilayah itu misalnya Girimarto, Bulukerto, dan Karangtengah.

Tetapi produksi pertanian hortikultura di wilayah itu belum bisa memenuhi kebutuhan pasar lokal. “Penjualannya pun sebenarnya banyak tetapi tidak langsung di Wonogiri, melainkan ke Tawangmangu dan Magetan,” kata Baroto, saat dihubungi Solopos.com, Selasa sore.

Menurut dia, peningkatan produksi sayuran lokal terus diupayakan. Salah satunya dengan cara memperluas lahan tanam. Selain itu, penyediaan alat produksi dan membangun jalan usaha tani. “Itu sudah kami lakukan, sedang berproses,” imbuhnya.

Data BPS Wonogiri, pada 2022 sayur-sayuran berada di peringkat keempat pengeluaran barang makanan di Wonogiri di bawah makanan dan minuman jadi, rokok dan tembakau, dan padi-padian. Nilai rata-rata pengeluaran penduduk Wonogiri untuk sayur-sayuran mencapai Rp49.862/bulan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya