SOLOPOS.COM - Nyamuk Aedes aegypti penyebab demam berdarah dengue (DBD). (dok)

Solopos.com, SUKOHARJO – Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Sukoharjo mencatat jumlah penderita penyakit demam berdarah dengue (DBD) selama periode Januari-Februari 2024 sebanyak 63 orang. Satu di antara penderita DBD di Tawangsari meninggal dunia.

Kepala Dinkes Sukoharjo, Tri Tuti Rahayu, mengatakan jumlah kasus DBD terbanyak ada di wilayah Weru dengan 35 kasus. Disusul Kecamatan Tawangsari sebanyak 11 kasus. “Satu pasien penderita DBD meninggal dunia asal Tawangsari,” kata dia, Selasa (12/3/2024).

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Tutik, sapaan akrabnya, mengungkapkan kasus DBD juga muncul di daerah lain seperti Kecamatan Sukoharjo, Nguter, Kartasura, Bendosari, Polokarto, dan Grogol. Namun, ada dua kecamatan yang nihil kasus DBD, yakni Gatak dan Baki.

Penyakit DBD disebabkan gigitan nyamuk Aedes aegypti yang berkembang cepat saat musim penghujan. Telur nyamuk yang baru saja menetas menjadi larva dan nyamuk dewasa dapat menularkan virus dengue saat menggigit manusia.

“Bisa digigit di area rumah, sekolah atau bangunan lain. Perabotan yang berpotensi menjadi tempat bertelur nyamuk harus dibersihkan saat musim penghujan. Kalau bisa setiap hari,” ujar dia.

Gerakan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dinilai cara paling efektif dalam mencegah penularan penyakit DBD dengan membasmi telur nyamuk.di lingkungan rumah, pondok pesantren (ponpes), sekolah dan pabrik. Karena itu, masyarakat diberdayakan  menjadi kader kesehatan untuk membersihkan telur-telur nyamuk di lingkungan rumahnya masing-masing.

Tak hanya itu, petugas juru pemantau jentik (jumantik) di setiap desa/kelurahan dioptimalkan guna memutus mata rantai penularan penyakit DBD. “Fogging itu sifatnya hanya membasmi nyamuk-nyamuk dewasa. Padahal, telur-telur nyamuk lebih banyak. Jadi yang paling efektif masih gerakan PSN,” urai Tutik.

Sementara itu, seorang warga Kelurahan Jombor, Kecamatan Bendosari, Anwar, mengatakan biasanya air hujan menggenangi perabotan di rumah yang tak lagi dipakai. Genangan air itu bakal menjadi tempat bertelur nyamuk aedes aegypti untuk berkembang biak.

“Kalau wilayah sini, sering kerja bakti membersihkan sampah atau perabotan rumah tangga yang berpotensi menjadi tempat bertelur nyamuk. Beberapa tahun lalu, ada beberapa warga yang menderita penyakit DBD,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya