SOLOPOS.COM - Tim penilaian lomba kelurahan tingkat provinsi Jateng meninjau Kelurahan Laweyan, Selasa (13/6/2023). (Solopos.com/Nova Malinda).

Solopos.com, SOLO —Tim penilaian lomba kelurahan se Jawa Tengah melakukan verifikasi lapangan ke Kelurahan Laweyan pada Selasa (13/6/2023). Kedatangan tim penilai disambut Wakil Wali Kota Solo, Teguh Prakosa di Kantor Kelurahan Laweyan.

Teguh optimistis, Kota Solo bisa hattrick menjadi juara pertama lomba kelurahan tingkat provinsi ini selama tiga tahun berturut. Setelah dua tahun sebelumnya dijuarai oleh Kelurahan Jebres dan Kelurahan Mangkubumen.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

“Harapannya bisa hattrick,” ujar Teguh dengan mantap di Kelurahan Laweyan, Selasa (13/6/2023).

Menurut Teguh, Laweyan sudah pilihan yang cocok mewakili Kota Solo untuk memenangkan kompetisi pada tahun ini. Walau secara infrastruktur kurang, tapi melihat secara keseluruhan dari potensi Laweyan yang dipaparkan, Teguh optimistis kelurahan ini bisa menyabet juara pertama se-Jateng.

“Kalau ini juara lagi kan akan baik, ini lebih pada kelurahan tematik, artinya tematik ini kelurahan yang unik di Solo, ini tidak ada [yang menyamai] di kelurahan di Indonesia,” terang dia.

Ketua tim penilaian dari Jawa Tengah, Lusi Arjuni, menyampaikan Kelurahan Laweyan menjadi lokasi kedua yang sudah diverifikasi lapangan setelah Kabupaten Sragen. Lusi menyebutkan ada tiga desa dan tiga kelurahan yang akan dinilai

“Tiga kelurahan di Kota Solo, Sragen, dan Pekalongan, lalu tiga desa di dari Banjarnegara, Kudus, Jepara,” jelas dia saat ditemui seusai memverifikasi lapangan di Laweyan.

Lusi menjelaskan Kelurahan Laweyan sudah lolos tahapan administrasi saat sebelumnya. Laweyan berhasil masuk nominasi tiga besar.

“Hari ini kami crosscheck ke lapangan, ke Laweyan, kondisinya seperti apa,” terang dia.

Adapun tim penilai berasal dari Dispermasdes Provinsi Jateng sebanyak tujuh orang, dari lintas organisasi perangkat daerah empat orang yakni dari tim penggerak PKK satu orang, Dinas Kesehatan, Badan Pengelolaan Pendapatan Daerah, dan Biro Pemerintahan Setda Pemprov Jateng.

“Penilaian untuk keseluruhan desa dan kelurahan rencana sampai Kamis [22/6/2023], lalu pengumumannya sekitar Kamis [29/6/2023],” papar dia.

Aspek yang dinilai cukup kompleks, mulai dari kesehatan, kesejahteraan, administrasi, keamanan, pemberdayaan masyarakat, ekonomi, dan sistem informasi di lingkungan masyarakat.

Rombongan tim penilai dari kelurahan menuju ke Kampung Laweyan menggunakan mobil listrik. Pertama, tim penilai meninjau RW 02 Kampung Klaseman. Mereka di sini meninjau penataan lingkungan di jalan kampung, kegiatan posyandu, bank sampah, dan kawasan mural di kampung klaseman. Selain itu, mereka menghampiri Taman Bestari yang penuh sayur mayur dikelola oleh PKK RW ini.

Tim penilai juga meninjau layanan pojok baca dan Gazebo Galang Serap Aspirasi. Di Gazebo ini, terdapat kuburan tertua yang diyakini makam milik sesepuh kampung. Masyarakat menjadikan lokasi ini sebagai ruang publik kreatif yang penuh tanaman hijau.

Diakhir kunjungan di RW ini, warga setempat melakukan peraga kekompakan dan gotong royong saat menangani situasi kebakaran, pohon tumbang, dan keadaan darurat lain. Mereka pun bersama-sama mendirikan tenda darurat.

Menuju RW 002 atau Kampung Setono, tim penilai disambut dengan nuansa bersejarah, kreativitas, dan kegiatan pemberdayaan yang dilakukan warga.

Tim penilai menyambangi rumah produksi seni lukis warga, mencicipi makanan khas lokal bernama Ledre, dan kegiatan warga budi daya lele dan abon lele sebagai produk olahannya.

Kampung Setono sebagai warisan budaya bernilai wisata memiliki kekayaan bangunan-bangunan bersejarah, kerajinan batik khas seperti tumaruntun, dan bangunan bunker di rumah warga sejak zaman belanda. Ada pula bangunan bersejarah bernama Ndalem Jimatan.

Tim penilai juga melihat ruang terapi kesehatan tradisional yang bernama Batra Eyang Gentar. Sejumlah warga melakukan senam terapi kesehatan di sini.

Kunjungan terakhir, tim penilai menuju RW 003, yakni Kampung Kramat. Kampung ini menonjolkan kawasannya sebagai kampung bebas asap rokok. Dirintis sejak 2020, kampung ini memiliki ruang terbuka khusus yang digunakan merokok. Kawasan ini juga sangat asri karena banyak tanaman hijau yang menghiasi.

Lurah Laweyan, Agus Wahyu Purnomo Anwar, berharap setelah penilaian dan tinjauan lapangan ini, Laweyan bisa maju ke tingkat nasional. Sehingga Laweyan semakin populer di kalangan masyarakat dengan inovasi one stop tourism.

“Dengan itu, nama Laweyan semakin banyak dikenal masyarakat, dan bisa menjadi salah satu destinasi wisata di Kota Solo,” jelas dia.

Setelah penilaian ini, pihaknya akan melakukan evaluasi terkait penataan lingkungan. Evaluasi menjadi bentuk persiapan apabila Laweyan dinyatakan lolos mewakili Jateng di Tingkat Nasional.

“Karena penataan lingkungan itu menjadi pendukung penting dari inovasi one stop tourism,” kata dia.



Camat Laweyan, Endang Sabar Widiasih, mengatakan Kelurahan Laweyan mempunyai keunikan dibandingkan kelurahan lain. Terutama pada aspek bangunan bersejarah.

“Wisata religi, ada bangunan-bangunan kuno yang menjadi sejarah Laweyan itu sendiri, dulunya di sana ada saudagar-saudagar batik, tempatnya unik,” ucap dia.

Keunikan lainnya, kata Endang, adalah jalan yang dilewati warga kampung ini cukup sempit namun sangat tertata rapi lingkungannya. Ada tembok-tembok tinggi yang mengelilingi sepanjang jalan ini.

“Di dalam tembok tinggi itu tersimpan bangunan kuno yang luar biasa bagusnya,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya