SOLOPOS.COM - Atlet olahraga paralayang terbang di atas Kebun Teh Kemuning pada Lomba Paralayang Nasional Ketepatan Mendarat (KTM) Paragliding Trip of Indonesia 2016 di Bukit Segoro Gunung, Kecamatan Ngargoyoso, Karanganyar, Sabtu (21/5/2016). (Mariyana Ricky P.D./JIBI/Solopos)

Solopos.com, KARANGANYAR — Insiden paralayang gagal terbang berujung jatuh hingga mengakibatkan korban luka berat di Segoro Gunung, Desa Kemuning, Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar, memantik reaksi dari Pemkab setempat.

Dinas Pariwisata dan Olahraga (Disparpora) Karanganyar menyayangkan insiden yang menimpa wisawatan asal Jakarta, Ima Yoanita, 33. Korban bahkan harus mendapatkan penanganan intensif di rumah sakit karena mengalami luka di bagian kepala.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Kepala Disparpora Karanganyar, Hari Purnomo, mengaku kaget saat mendapatkan informasi adanya insiden di paralayang Kemuning. Dia baru menerima informasi tersebut setelah kasus paralayang memakan korban viral di media sosial. Pihaknya langsung berkoordinasi dengan pengelola Paralayang Kemuning.

Dari hasil koordinasi, insiden itu murni faktor kecelakaan. “Saya konfirmasi langsung ke pengelola bagaimana kejadiannya. Dan disampaikan itu murni kecelakaan, bukan cuaca,” jelasnya ketika berbincang dengan Espos, Rabu (5/7/2023).

Hari juga sempat mempertanyakan mengenai asuransi kecelakaan bagi pengunjung paralayang Kemuning. Dari keterangan pengelola, selama ini belum ada asuransi yang mengkaver penumpang tandem paralayang.

Asuransi kecelakaan baru sebatas mengkaver bagi pilot paralayang. Pengelola menyebut belum ada pihak asuransi yang mau mengkaver asuransi bagi pengunjung paralayang.

“Jadi asuransi baru sebatas pilotnya saja. Untuk pengunjung belum ada,” kata dia.

Hal ini akan menjadi bahan evaluasi bagi Disparpora dalam pengelolaan wisata di Karanganyar. Idealnya, lanjut dia, sesuai standar operasional prosedur (SOP), kegiatan paralayang terkaver oleh asuransi kecelakaan baik pengunjung maupun pilotnya.

Apalagi kegiatan tersebut masuk kategori ekstrem yang rawan terjadi insiden. Dalam waktu dekat, Disparpora berencana memanggil pengelola paralayang dan stakeholder terkait untuk membahas mengenai pengelolaan wisata tersebut. Pihaknya tidak ingin insiden paralayang memakan korban terjadi lagi.

“Kami memiliki kewajiban melakukan pembinaan meskipun dari teman-teman pengelola paralayang belum ada kerjasama penerimaan ke Pemkab,” kata dia.

Pilot tandem Paralayang Segoro Gunung, Sholikul Hadi mengatakan pengelola bertanggungjawab penuh terhadap insiden yang menimpa wisatawan asal Jakarta, Ima Yoanita 33. Tanggungjawab pihak pengelola dilakukan dari mulai penanganan pertama saat kejadian hingga memberikan pendampingan pemulihan psikis terhadap korban.

Penanganan dilakukan sesuai standar operasional prosedur (SOP). “Kami langsung memberikan penanganan pertama di lokasi. Lalu membawa ke puskesmas sampai di rujuk ke rumah sakit di Solo,” kata dia kepada Espos, Selasa (4/7/2023) malam.

Dia mengatakan penanganan diberikan bukan sekedar pengobatan medis, namun juga memberikan pendampingan psikis korban. Dia mengatakan secara organisasi telah meminta maaf kepada keluarga korban atas segala insiden yang terjadi tersebut.

Pihak keluarga juga telah memaafkan jika insiden itu murni faktor kecelakaan. Di mana saat kejadian cuaca masih layak terbang, sehingga bukan karena cuaca buruk.

Dalam kasus ini, pengelola memberikan santunan sesuai tertera dalam formulir persetujuan yang ditandatangani wisatawan, sebelum melakukan penerbangan paralayang.

“Murni kecelakaan karena cuaca masih layak terbang. Karena ini olahraga ekstrem sebelum penerbangan, wisatawan diminta mengisi formulir persetujuan. Dan korban sudah menandangani,” katanya.

Formulir persetujuan ini wajib diisi wisatawan sebelum penerbangan. Salah satu poin persetujuan itu mengenai jika terjadi kecelakaan akan diberikan santunan. Besaran santunan dalam klausul itu maksimal diberikan sebesar Rp3 juta.

Santunan inipun telah diserahkan kepada pihak keluarga korban saat di rumah sakit di Solo. Saat ini korban telah kembali ke Jakarta dan menjalani rawat jalan.

“Santunan diberikan maksimal Rp3 juta. Tapi dari asosiasi sudah ditambah. Nilai pastinya lupa yang diberikan,” katanya.

Dikonfirmasi terpisah, suami korban yang juga saat itu berada di lokasi kejadian, Basit membenarkan sudah menerima santunan tersebut. Namun uang santunan yang diberikan dalam sebuah amplop hingga kini belum dirinya dibuka. Dia mengaku tidak tahu isi amplop tersebut.

“Saya sampai lupa amplop itu ditaruh dimana. Karena waktu itu saya hanya mikir kondisi istri sampai tidak buka amplop. Isinya apa dan berapa juga tidak tahu,” kata dia.

Selama pengobatan istrinya, Basit harus merogoh kocek dari kantong pribadinya. Biaya perawatan di rumah sakit di Solo selama beberapa hari yang dikeluarkan mencapai diatas Rp20 juta. Dia menyanyangkan tidak ada asuransi bagi pengunjung wisatawan Paralayang. Namun hanya diberikan uang santunan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya