SOLOPOS.COM - Peserta membawa layang-layang berbentuk keranda untuk dinilai juri sebelum diterbangkan saat digelar Festival Layangan Keprabon di Desa Keprabon, Kecamatan Polanharjo, Klaten, Minggu (20/8/2023). (Solopos/Taufiq Sidik Prakoso)

Solopos.com, KLATEN — Karang Taruna Desa Keprabon, Kecamatan Polanharjo, Klaten, menggelar Festival Layangan Keprabon di areal persawahan desa setempat, Minggu (20/8/2023). Sebanyak 38 layang-layang meramaikan festival tersebut.

Aneka jenis layang-layang diikutkan pada festival itu mulai dari layang-layang tradisional, dua dimensi, serta tiga dimensi. Bentuknya beraneka ragam mulai dari tokoh pewayangan, pesawat, hingga naga. Ada pula layang-layang berbentuk keranda dengan tulisan RIP (rest in peace) Mantan

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

Layang-layang dihias dengan tulisan, lukisan, serta motif kain warna-warni. Ada yang diberi lukisan tokoh kartun hingga layang-layang dihias kain lurik.

Tantangan untuk menerbangkan layang-layang dalam festival di Keprabon, Klaten, tersebut yakni angin. Para peserta menanti embusan angin yang cukup kencang untuk menerbangkan layang-layang mereka.

Ukuran layang-layang beberapa peserta relatif jumbo sehingga membutuhkan embusan angin yang cukup agar bisa terbang. Saat siang menjelang sore, embusan angin cukup kencang dan para peserta mulai menerbangkan layang-layang mereka.

Beberapa peserta harus berlarian di pematang sawah untuk menerbangkan layang-layang mereka. Sementara itu, untuk layang-layang berukuran jumbo harus diterbangkan oleh beberapa orang saking kencangnya tarikan layang-layang yang terkena embusan angin.

Suara sendaren atau bunyi-bunyian berupa lengkungan bilah bambu dan ujungnya direntangkan tali suara dan terpasang di sejumlah layang-layang saling bersahutan di udara saat festival di Keprabon, Klaten, itu.

Layang-layang Berbentuk Pesawat

Layang-layang dengan hiasan bermacam-macam serta aneka bentuk yang beterbangan di angkasa memikat perhatian warga. Mereka menonton di areal persawahan tempat digelar festival hingga dari tepi jalan raya Delanggu-Polanharjo.

Ketua panitia Festival Layang-layang Keprabon, Warsono, menjelaskan festival itu menghadirkan juri dari Sragen. Penilaian mulai dari kreativitas bentuk, kerapian, motif, serta suara dan penerbangan. Selain orang dewasa, ada beberapa peserta dari kalangan anak-anak.

Warsono menjelaskan para peserta berasal dari berbagai daerah. Selain Klaten, ada peserta dari Boyolali, Sukoharjo, serta Sragen. Festival kali ini merupakan penyelenggaraan kali kedua di Desa Keprabon setelah sukses pada penyelenggaraan pertama pada 2020.

Kegiatan itu sekaligus menjadi rangkaian merayakan HUT ke-78 RI. “Kegiatan ini bertujuan mempersatukan masyarakat Keprabon dan sekitarnya,” kata Warsono saat ditemui di sela acara.

Salah satu peserta, Wahyudi, 47, membawa layang-layang berbentuk pesawat. Dia berusaha membuat pesawat merah-putih mengekspresikan pesawat kepresidenan. “Tetapi belum komplet. Belum ada tulisan RI dan gambar burung garuda,” kata warga Desa Keprabon tersebut.

Layang-layang bikinan Wahyudi memiliki sayap selebar 5 meter dengan badan pesawat sepanjang 3,5 meter. Layang-layang tersebut terbuat dari rangka bambu petung yang diselubungi plastik. Butuh waktu sepekan bagi Wahyudi untuk membikin pesawat tersebut.

“Saya bikin setelah kerja, dari Magrib kadang sampai subuh. Untuk biayanya habis sekitar Rp200.000. Memang hobi bermain layang-layang sejak kecil. Menang atau kalah tidak masalah, yang penting bisa ikut meramaikan ati seneng, isoh nyawang layangane kanca-kancane,” kata Wahyudi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya