SOLOPOS.COM - Petani di Desa/Kecamatan Juwiring, Klaten, melakukan gropyokan tikus di area persawahan desa setempat, Kamis (11/1/2024). (Istimewa/petani Juwiring)

Solopos.com, KLATEN — Gerakan gropyokan tikus di area persawahan terus digencarkan oleh para petani di Desa/Kecamatan Juwiring, Klaten. Pada Kamis (10/1/2024) pagi, para petani berhasil menangkap ratusan ekor tikus dalam gropyokan.

Sedangkan dari kegiatan serupa yang dilakukan sejak Desember 2023 hingga Januari 2024 ini, para petani berhasil menangkap setidaknya 1.500 ekor tikus.

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

Kegiatan itu dilakukan kelompok tani bersama penyuluh pertanian lapangan (PPL), Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP), kecamatan, hingga Babinsa. Mereka memburu tikus yang bersarang di lubang-lubang pematang sawah.

“Jumlah total tikus yang berhasil ditangkap [pada Kamis] ada 298 ekor,” kata Kabid Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan DKPP Klaten, Lilik Nugraharja, saat berbincang dengan Solopos.com, Kamis.

Lilik menjelaskan pengendalian tikus yang menyerang sawah paling efektif dilakukan melalui gerakan gropyokan seperti yang dilakukan petani di Juwiring, Klaten. Gerakan itu ramah lingkungan dan bisa efektif menangkap tikus dalam jumlah banyak dalam satu waktu.

Selain itu, upaya pengendalian bisa dilakukan dengan pemanfaatan burung hantu atau Tyto alba. Caranya, petani membuat rumah burung hantu (rubuha) di area persawahan. Cara itu sudah dilakukan oleh sebagian petani di Kabupaten Bersinar dan terbukti sukses mengendalikan serangan tikus.

Disinggung penggunaan kawat beraliran listrik sebagai jebakan tikus, Lilik membenarkan pernah ada yang menggunakan alat tersebut. Namun, petani dilarang menggunakan jebakan tikus beraliran listrik lantaran justru bisa membahayakan petani atau orang-orang lain yang beraktivitas di sawah.

Anggota kelompok tani Murih Raharjo Desa Juwiring, Ruli, mengatakan serangan organisme pengganggu tanaman (OPT) tikus di area persawahan Desa Juwiring merebak sejak Agustus 2023 lalu.

Serangan tikus membuat petani kelimpungan karena merusak tanaman padi. Akibatnya petani mengalami gagal panen. “Ada yang masih bisa panen, namun hanya sekitar 30 persen saja hasilnya,” kata Ruli.

Dia menjelaskan gerakan gropyokan tikus sudah dilakukan kelompok tani Murih Raharjo Desa Juwiring, Klaten, sebanyak lima kali termasuk yang digelar pada Kamis pagi. Dari lima kali gropyokan selama Desember 2023-Januari 2024, petani Desa Juwiring yang tergabung dalam kelompok tani Murih dan Marsudi sudah menangkap sekitar 1.504 tikus.

Tikus yang berhasil diburu kemudian dimatikan dengan cara dipukul dan dikubur. “Tikus suka membuat sarang di area pematang sawah. Makanya yang kami cari dan gali adalah lubang-lubang di pematang sawah yang diperkirakan menjadi sarang tikus,” jelas dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya