SOLOPOS.COM - Ilustrasi orang dengan HIV/AIDS. (Freepik).

Solopos.com, SUKOHARJO — Sebanyak 23 aparatur sipil negara (ASN) di Kabupaten Sukoharjo dinyatakan positif terjangkit virus HIV/AIDS. Jumlah tersebut merupakan akumulasi dalam kuru 15 tahun terakhir atau sejak pendataan pada 2008-2023.

“Total ada 913 kasus yang terbagi menjadi 490 HIV dan 422 AIDS. Sementara yang meninggal sudah 167 orang,” terang Wakil Bupati Sukoharjo, Agus Santosa, saat ditemui, Rabu (13/12/2023).

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

Agus menjelaskan kasus HIV/AIDS seperti fenomena gunung es. Untuk menekan penyebarannya, Pemkab Sukoharjo melalui Dinas Kesehatan (Dinkes) telah mendata dan melakukan pemeriksaan yang sifatnya wajib terhadap kelompok populasi kunci dan masyarakat umum.

Ada delapan kelompok yang tergolong dalam kelompok populasi kunci. Di antaranya lelaki seks lelaki (LSL) atau homoseksual, biseksual, kelompok pengguna narkoba, pekerja tempat-tempat hiburan, ibu hamil, serta penderita TBC.

Berikutnya adalah kelompok masyarakat biasa di mana pendataan dan pemeriksaannya bersifat sukarela. Oleh karenanya pendataan dan pemeriksaan sebagai langkah awal deteksi dini membutuhkan kesadaran masyarakat.

“Karena penanggulangan HIV/AIDS ini sudah masuk program pemerintah maka pengobatannya gratis. Mulai dari pendampingan, konseling, sampai pengobatan rutin. Obat yang diberikan dikonsumsi sehari dua kali sepanjang hidup untuk menekan perkembangan virusnya,” papar Agus.

Berdasarkan pemantauan Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Sukoharjo hingga saat ini ada lebih banyak orang dengan HIV/AIDS yang terbuka menyatakan dirinya terjangkit virus itu. Bahkan ada pengidap yang hampir 15 tahun terjangkit namun masih dapat beraktivitas seperti biasa lantaran mengikuti program pengobatan dengan tertib.

Kelompok yang masuk dalam populasi kunci diminta segera melakukan pemeriksaan apabila merasakan gejala penyakit AIDS.

Terkait langkah penanggulangan HIV/AIDS di internal pegawai Pemkab Sukoharjo, dilakukan tes darah pada awal masuk menjadi pegawai. Kemudian tes darah pada tiap peringatan Hari AIDS Sedunia. Selain itu juga memanfaatkan kegiatan donor darah PMI sebagai screening test.

“Kami menyadari penyebaran virus ini berhubungan erat dengan perilaku sehari-hari dimana hal itu tidak mungkin sepenuhnya dilakukan kontrol dan pengawasan selama 24 jam nonstop. Yang jelas kemampuan kami terbatas karena itu menyangkut etik dan moral,” ungkap Agus.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya