SOLOPOS.COM - Ilustrasi peduli HIV/AIDS. (Freepik.com)

Solopos.com, SUKOHARJO — Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Sukoharjo mencatat setidaknya ada 91 kasus baru HIV/AIDS sepanjang tahun 2023 hingga Oktober. Jumlah tersebut meningkat dibandingkan kasus baru yang ditemukan sepanjang 2022 lalu yang sebanyak 82 kasus.

Dari jumlah tersebut 60 orang di antaranya pengidap human immunodeficiency virus (HIV), sementara 31 lainnya merupakan pengidap Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS).

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Kepala Dinkes Kabupaten Sukoharjo, Tri Tuti Rahayu, menyebut sejak 2008 hingga Oktober 2023 jumlah kasus HIV/AIDs di Kabupaten Jamu mencapai 1.078 kasus. Dari jumlah itu, 167 pengidap di antaranya meninggal dunia. Sementara 490 di antaranya mengidap HIV dan sejumlah 422 orang lainnya merupakan pengidap AIDS.

“Pada 2023 ini, kasus tertinggi ditemukan pada Oktober 2023 sebanyak 18 kasus. Sebanyak 13 kasus di antaranya merupakan HIV, sementara 5 kasus lainnya merupakan AIDS. Temuan kasus HIV lebih tinggi daripada AIDs. Artinya, banyak kasus telah terdeteksi lebih dini di layanan kesehatan, sehingga belum sampai tahap AIDs,” ungkap Tri Tuti, Rabu (6/12/2023).

Meski tak menyebut dominasi maupun penyebab terkini kasus tersebut, Tri Tuti mengeklaim pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang penyakit menular tersebut kini meningkat. Dinkes Sukoharjo juga telah melakukan sosialisasi dan penguatan dengan menjalin jejaring baik klinik maupun dokter praktek mandiri (DPM).

Tak hanya itu Dinkes Sukoharjo juga telah melakukan upaya peningkatan kerja sama dengan jejaring komunitas untuk menangani kasus HIV/AIDS. Sejumlah komunitas yang sudah digandeng itu di antaranya lembaga swadaya masyarakat Mitra Alam hingga Yayasan Sahabat Sehat Mitra Sebaya (Yasema) Sukoharjo. Tuti mengklaim pihaknya juga telah melakukan penguatan warga peduli AIDS (WPA).

“Kami juga telah melakukan peningkatan jumlah fasilitas kesehatan, pelayanan perawatan dan dukungan pengobatan [PDP] pada 12 pusat kesehatan masyarakat [PKM] dan 7 rumah sakit,” beber Tuti.

Sementara itu, dari catatan tiga tahun terakhir, kasus HIVmengalami tren kenaikan. Pada 2021 terdapat 60 kasus, 2022 naik menjadi 82 kasus sementara hingga Oktober 2023 mencapai 91 kasus.

Pada 2021 lalu, di samping kalangan usia produktif, puluhan pelajar di Sukoharjo juga diketahui turut terjangkit HIV/AIDS. Rata-rata pelajar itu terjangkit karena gaya hidup seks bebas.

Hubungan Lelaki Seks Lelaki

Sementara itu, Koordinator Yayasan Sahabat Sehat Mitra Sebaya (Yasema) Sukoharjo, Garis Subandi, menyebut kalangan usia produktif dengan usia 20-40-an tahun banyak menjadi pengidap HIV/AIDS. Salah satu penyebab tertinggi penularan HIV/AIDS adalah hubungan lelaki seks lelaki (LSL) atau homoseksual meski ia tak menyebut persentasenya secara pasti.

“Dari beberapa kasus yang saat ini terjadi, faktor risiko setiap tahunnya berubah. Sebelumnya pemakai jarum suntik, pekerja seks saat ini angka kasus justru didominasi laki seks lelaki. Kasus tersebut merata di seluruh kecamatan di Kabupaten Sukoharjo. Sosial ekonomi pengidap juga bervariasi,” ungkap pria yang karib disapa Bandi itu.

Pihaknya terus berupaya melakukan penguatan psikososial kepada penderita yang baru mengetahui statusnya sebagai pengidap HIV/AIDS. Diharapkan penguatan psikososial tersebut dapat membawa  perubahan perilaku.

“Kami berupaya memberikan edukasi kepada mereka yang tercatat berisiko tinggi. Kami melakukannya dengan pendekatan dukungan sebaya. Kami ketika menjangkau komunitas LSL maka kami gunakan komunitas LSL juga untuk memberikan edukasi,” bebernya.

Bandi harap pengidap yang telah mengetahui kondisinya tetap sehat dan melakukan pelayanan mandiri sehingga tidak ketergantungan pada orang lain maupun komunitas. Selain menerima statusnya sebagai penidap, kepatuhan pelayanan medis dapat menjadi pengaruh luar biasa untuk menekan angka kasus.

“Datanglah ke rumah sakit ketika masih sehat, sehingga bisa mengakses layanan kesehatan dengan optimal. Kemudian untuk faktor risiko tinggi, perubahan perilaku merupakan kunci utama penularan HIV/AIDS yang agar dapat dicegah. Mengingat pada 2030 ada target dari pemerintah untuk menekan semua penyakit menular,” ungkapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya