SOLOPOS.COM - Ketua KPU Boyolali, Maya Yudayanti, melayat ke rumah duka anggota KPPS TPS 006 Gubug, Cepogo, Boyolali, Giyanti, 37, yang meninggal dunia, Selasa (20/2/2024). (Solopos/Ni’matul Faizah)

Solopos.com, BOYOLALI — Komisi Pemilihan Umum (KPU) Boyolali mencatat sebanyak 23 anggota Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara atau KPPS dan lima petugas ketertiban Linmas yang jatuh sakit seusai bertugas saat pemungutan dan penghitungan surat suara Pemilu 2024 di Boyolali, Rabu (14/2/2024).

Selain itu, dua anggota KPPS juga meninggal dunia sesuai bertugas. Data tersebut disampaikan Ketua KPU Boyolali, Maya Yudayanti, saat ditemui wartawan di rumah duka salah satu anggota KPPS TPS 006 Gubug, Cepogo, Boyolali, Giyanti, Selasa (20/2/2024).

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

“Tentu ini akan menjadi bahan evaluasi bagi KPU Boyolali dan bagi KPU RI terkait beban kerja anggota KPPS,” kata Maya. Ia menjelaskan para petugas itu sakit dan meninggal karena kelelahan.

Ia mencontohkan petugas KPPS yang meninggal atas nama Giyanti, sudah mengeluhkan sakit saat menjalankan tugas lalu dirawat di rumah sakit. Para komisioner KPU Boyolali juga sempat membesuk anggota KPPS itu di rumah sakit pada Senin (19/2/2024) sore.

Namun, Giyanti tak bertahan dan meninggal pada Senin malam. Koordinator Divisi Sosialisasi Pendidikan Pemilih Partisipasi Masyarakat (Parmas) dan SDM KPU Boyolali, Nyuwardi, menambahkan dari 23 anggota KPPS yang sakit, ada dua orang yang dirawat di rumah sakit.

“Satu dirawat di RSUD Pandan Arang Boyolali dan satu di RSI Boyolali,” kata dia. Mengenai kondisi Giyanti, Nyuwardi sebelumnya mengatakan anggota KPPS itu bertugas di TPS dan baru pulang ke rumah pada Kamis sekitar pukul 02.00 WIB dini hari karena merasa sakit di kepala bagian belakang diduga akibat kelelahan

Bekerja sampai Dini Hari

“Lalu, pukul 04.00 WIB dibawa ke RS PKU Boyolali,” kata dia. Giyanti dibawa ke rumah sakit dan langsung masuk ICU hingga akhirnya meninggal pada Senin malam.

Ketua KPPS TPS 006 Gubug, Tri Setiyoko, mengatakan awalnya Giyanti mengeluh pusing pada saat bertugas di KPPS di hari pencoblosan. “Saya sudah sarankan jika tidak kuat untuk beristirahat saja, nanti dibantu Linmas untuk mengerjakan tugasnya. Sampai larut malam, pulang dari TPS langsung dibawa ke rumah sakit,” kata dia saat dihubungi Solopos.com, Selasa.

Ia mengatakan Giyanti pulang pada Kamis pukul 02.00 WIB saat proses penghitungan suara di TPS belum selesai. Setelah dibawa ke rumah sakit, diketahui Giyanti meninggal pada Senin malam.

Tri mengatakan tidak tahu apa penyakit yang diderita Giyanti. Namun, kesehariannya Giyanti kerap menempelkan koyo di kepala dan leher saat merasa pusing.

“Sebelum bertugas juga tidak lembur, hanya hari biasa kerja,H-1 kerja di pabrik garmen tapi juga pulang pada jam biasa terus karena pabriknya sepi. Jadi, istirahatnya cukup. Sebelum pencoblosan juga yang bikin tenda hanya KPPS yang cowok,” kata dia.

Selain Giyanti, ada satu anggota KPPS dari TPS 007 Salakan, Didik Wahyudi, yang meninggal dunia diduga karena kelelahan setelah hari pencoblosan. Didik sempat istirahat di rumah dua hari dan baru dibawa ke rumah sakit pada Jumat (16/2/2024) sore lalu meninggal dunia pada Sabtu (17/2/2024).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya