SOLOPOS.COM - Gedung DPRD Boyolali. (Istimewa/Tim Liputan Diskominfo Boyolali)

Solopos.com, BOYOLALI — Sebanyak 33 dari total 50 kursi legislatif DPRD Boyolali hasil Pemilu 2024 diprediksi diduduki wajah baru. Mereka semua belum pernah sama sekali menjadi anggota DPRD, meskipun ada juga yang sudah berkali-kali mencoba dan baru tahun ini berhasil lolos.

Meski Komisi Pemilihan Umum atau KPU Boyolali belum secara resmi menetapkan perolehan kursi parpol maupun nama-nama caleg yang lolos ke DPRD Boyolali, metode Sainte Lague memungkinkan untuk mengetahui proyeksi parpol dan caleg yang lolos.

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

Berdasarkan data yang diperoleh Solopos.com dari perolehan suara parpol serta caleg dalam Surat Keputusan Komisi Pemilihan Umum (KPU) Boyolali Nomor 919 Tahun 2024 tentang Penetapan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPRD Boyolali yang dikonversi menggunakan metode Sainte Lague, salah satu wajah baru yang diprediksi dapat kursi yakni Nur Arifin.

Caleg dari PKS tersebut mengaku sudah berkali-kali maju sebagai caleg DPRD Boyolali namun baru kali ini berhasil lolos. Ia tak menghitung berapa kali mencoba. Yang jelas, sejak masa reformasi dan diadakan Pemilu, ia hanya satu kali absen pada Pemilu 2014.

“Insyaallah [terpilih], saya ketua DPD PKS Boyolali, alhamdulillah, perolehan suara dan kursi pada Pemilu ini ada peningkatan. Tahun 2019 dapat tiga kursi sekarang jadi empat, lalu suara dulu sekitar 47.000 naik jadi hampir 50.000,” kata dia kepada Solopos.com, Senin (11/3/2024).

Setelah berkali-kali gagal melenggang ke parlemen lokal Boyolali, Nur Arifin mengatakan tidak ada hal spesial dalam metode kampanye yang membedakan pada Pemilu kali ini dibanding sebelumnya.

Meningkatkan Fungsi Pengawasan

Namun, ia menduga penyebab ia lolos pada Pemilu kali ini karena ingatan masyarakat yang sudah berkali-kali melihat wajahnya pada alat peraga kampanye di tempat-tempat umum.

Lebih lanjut, Nur Arifin menjelaskan ketika nanti dilantik menjadi anggota DPRD Boyolali, ia akan berusaha semaksimal mungkin melaksanakan fungsi anggota legislatif seperti budgeting, legislasi, dan pengawasan.

Ia menilai fungsi pengawasan di Boyolali perlu ditingkatkan karena salah satu partai sangat dominan. Menurutnya, hal tersebut memungkinkan fungsi pengawasan menjadi tidak maksimal.

Untuk memaksimalkan fungsi pengawasan, ia ingin bekerja sama dengan partai lain dan berbagai stakeholder yang ada di masyarakat untuk menjadi penyeimbang proses pembangunan di Boyolali.

“Ini bukan masalah oposisi atau tidak oposisi, karena memang salah satu fungsi anggota DPRD itu kan pengawasan. Sehingga kalau anggota DPRD mengawasi pekerjaan eksekutif, itu berarti dia menjalankan fungsinya,” ujar pria 50 tahun tersebut.

Sementara itu, caleg DPRD Boyolali dari Partai Golkar, Wreda Agung Kuncoro, berharap anggota DPRD yang terpilih bisa lebih baik dibanding sebelumnya. Dosen di dua universitas swasta wilayah Semarang tersebut mengaku baru kali ini maju sebagai caleg dan langsung masuk.

Menghimpun Aspirasi

Wreda mengungkapkan alasannya maju menjadi caleg karena sebagai dosen memiliki kewajiban untuk mengabdi kepada masyarakat.

“Saat pengabdian dulu sebagai dosen, bekerja sama dengan pemerintah desa, kelompok masyarakat, dan di situ kepikiran kalau posisinya di pemerintahan, apalagi menjadi anggota DPRD, bisa berbuat lebih banyak,” pikir dia.

Model kampanye yang ia gunakan selain terjung langsung ke lapangan yaitu perkenalan diri lewat media sosial, memanfaatkan jaringan pertemanan dan komunitas, serta menggunakan jaringan kepartaian.

Untuk menjadi anggota DPRD, warga Kaligentong, Gladagsari, tersebut menilai perlu dekat dengan masyarakat dan menjaring aspirasi mereka secara intens.

“Harapannya kami bisa bekerja sama dengan pemerintah agar kami bisa melegislasi peraturan dan kebijakan. Sehingga apa [peraturan] yang dibuat pemerintah berdasarkan aspirasi, kajian akademis, dan peraturan di atasnya,” ujar pria 37 tahun tersebut.

Wreda menceritakan telah menjaring aspirasi dari masyarakat sejak masa kampanye. Ia bertarung di Daerah Pemilihan (Dapil) II Boyolali yang meliputi Selo, Cepogo, Musuk, Gladagsari, dan Tamansari. Wreda mengatakan masyarakat di dapilnya banyak yang bekerja di sektor pertanian, wisata, dan buruh pabrik.

Memberi Warna Baru Perpolitikan Boyolali

“Saya dapilnya di lereng Merapi dan Merbabu, aspirasi yang masuk ke kami di seputaran petani, pelaku wisata, dan buruh. Ada pula aspirasi dari para pemuda tentang lowongan pekerjaan lalu permintaan untuk memperhatikan usaha kecil dan menengah,” kata dia.

Sementara itu, Dimas Bayu Aji dari Partai Gerindra juga menjadi salah satu wajah baru di DPRD Boyolali. Lajang berusia 25 tahun tersebut menyampaikan alasan ia maju sebagai caleg karena ingin memberi warna baru di dunia politik Boyolali.

Ditanya strategi kampanyenya sehingga bisa langsung lolos pada percobaan pertama adalah masuk ke daerah yang dinilai belum tersentuh politikus lain.

“Hampir tiap malam kami masuk ke daerah pelosok dengan medan yang susah. Semisal nanti dilantik, saya harap sebagai anggota DPRD ketika dilantik ya bisa menyerap aspirasi lalu menyampaikan ke pemerintah. Lalu, pemerintah bisa melayani warga yang telah memercayakan suaranya kepada saya,” kata pengusaha muda tersebut.

Ia akan berusaha membawa aspirasi masyarakat bersama anggota DPRD Boyolali. Ia juga mengatakan akan membawa aspirasi masyarakat Boyolali yang termarjinalkan.

“Kampanye kemarin, aspirasi yang saya terima kebanyakan soal pupuk. Kebetulan saya kan bertarung di dapil II, di wilayah pegunungan jadi banyak petani yang merasa susah mendapatkan pupuk dan harga yang tidak sesuai biaya produksi,” kata dia.



Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya