Soloraya
Jumat, 2 Februari 2024 - 09:59 WIB

5 Warga Boyolali Meninggal Akibat DBD pada 2023

Nimatul Faizah  /  Rohmah Ermawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Nyamuk Aedes aegypti penyebab demam berdarah dengue (DBD). (dok)

Solopos.com, BOYOLALI–Selama 2023, Dinas Kesehatan (Dinkes) Boyolali mencatat ada 442 kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Boyolali. Lima penderita di antaranya meninggal dunia.

Berdasarkan data Dinkes Boyolali yang diperoleh Solopos.com, Jumat (2/2/2024), pada Januari 2023 terdapat 51 penderita DBD laki-laki dan 32 perempuan, total ada 83 kasus. Selama Januari 2023, masing-masing terdapat satu penderita DBD laki-laki dan perempuan meninggal. Sehingga, ada dua orang meninggal dunia karena DBD pada Januari 2023.

Advertisement

Lalu, pada Februari 2023 terdapat pasien DBD ada 36 laki-laki dan 24 perempuan, total ada 60 kasus DBD. Tidak tercatat ada kematian pada Februari 2023. Selanjutnya, pada Maret 2023 terdapat 44 kasus DBD dengan rincian 28 laki-laki dan 16 perempuan. Ada satu pasien DBD perempuan yang meninggal dunia.

Kemudian pada April 2023 terdapat 37 kasus DBD dengan rincian 12 laki-laki dan 25 perempuan. Ada satu pasien perempuan yang meninggal dunia. Lalu, pada Mei 2023 ada 61 kasus DBD dengan rincian 37 laki-laki dan 24 perempuan.

Advertisement

Kemudian pada April 2023 terdapat 37 kasus DBD dengan rincian 12 laki-laki dan 25 perempuan. Ada satu pasien perempuan yang meninggal dunia. Lalu, pada Mei 2023 ada 61 kasus DBD dengan rincian 37 laki-laki dan 24 perempuan.

Satu orang laki-laki meninggal dunia pada Mei 2023. Dari Juni hingga Desember 2023 tidak tercatat ada kematian, sehingga total pasien DBD yang meninggal dunia pada 2023 sebanyak lima orang yaitu dua laki-laki dan tiga perempuan.

Kemudian, pada Juni terdapat 11 kasus DBD pada laki-laki dan 22 pada perempuan, total ada 33 kasus. Selanjutnya pada Juli 2023 ada 36 kasus terdiri dari 14 laki-laki dan 22 perempuan. Lalu, pada Agustus 2023 ada 28 kasus DBD terdiri dari 15 laki-laki dan 13 perempuan.

Advertisement

Akhirnya, pada Desember ada 19 kasus terdiri dari 14 laki-laki dan 5 perempuan. Total ada 442 kasus DBD di Boyolali terdiri dari 240 penderita laki-laki dan 202 perempuan.

Angka tersebut naik pada Januari 2023 yaitu sebanyak 45 kasus dengan 1 orang meninggal dunia dari Kalinanas, Wonosamodro.

Kepala Dinkes Boyolali, Puji menjelaskan kasus DBD tinggi ketika terjadi musim peralihan panas dan hujan yang berganti secara cepat. Ia menjelaskan ketika di sela-sela musim hujan terdapat panas, hal tersebut bisa mempercepat pertumbuhan nyamuk.

Advertisement

Puji mengatakan telur nyamuk bisa bertahan lama. Telur yang menempel di dinding-dinding ketika tidak dapat air, maka tidak akan berubah menjadi jentik. Namun, ketika terkena air bisa muncul jentik nyamuk.

“Kami selalu mengajak masyarakat untuk ayo PHBS, jangan hanya menjagakan fogging karena itu hanya mengusir nyamuk dewasa tapi tidak mematikan jentiknya. Makanya yang  paling benar PHBS, lalu juga memakai kelambu,” kata dia saat ditemui Solopos.com di kantornya, Kamis (1/1/2024)

Ia  juga meminta masyarakat masyarakat untuk tidak menggantungkan baju, terutama di tempat gelap atapun di dinding rumah.

Advertisement

Kemudian, Puji juga mengatakan nyamuk suka bersarang di pelepah pohon pisang. Ia menjelaskan di saat pembersihan, Dinkes Boyolali menemukan di legokan atau cekungan pelepah pisang terdapat banyak jentik.

“Padahal kalau di desa, apalagi di Kalinanas Wonosamodro itu penghasil pisang yang cukup lumayan. Artinya di situ banyak tempat dan daun [untuk tumbuh jentik nyamuk],” kata dia.

Ia mengatakan jentik nyamuk justru tidak hidup di tempat yang berbatasan dengan tanah seperti sungai. Namun, ia tumbuh di wadah yang tidak bersentuhan dengan tanah seperti pot, vas bunga, dan sebagainya.

Puji menjelaskan salah satu usaha dari Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Boyolali untuk menurunkan angka DBD adalah dengan program satu rumah untuk jumantik atau juru pemantau jentik. Masing-masing pemilik rumah akan memantau jentik-jentik di rumahnya.

“Intinya jika tidak ada jentik nyamuk, maka tidak ada nyamuk. Jika tidak ada nyamuk, maka tidak ada DBD,” kata dia.

Selain itu, Dinkes Boyolali juga meminta masyarakat tidak ragu untuk meminta obat pembunuh jentik nyamuk atau abate di Puskesmas terdekat. Abate akan diberikan secara gratis untuk masyarakat selama persediaan masih ada.

Puji menyoroti kebanyakan masyarakat yang masih salah saat mencampurkan obat Abate dengan air. Ia menceritakan terkadang masyarakat menyebarkan abate dengan diwadahi padahal seharusnya tinggal disebar ke air.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif