Soloraya
Kamis, 7 Desember 2023 - 14:19 WIB

Ada 2.000 Warga Boyolali di KRB III Erupsi Merapi, Pengungsian Muat 350 Orang

Nimatul Faizah  /  Suharsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Tim Gabungan mengecek Tempat Penampungan Pengungsian Sementara (TPPS) untuk warga KRB III Erupsi Merapi di Desa Jrakah, Selo, Boyolali, Kamis (7/12/2023). (Solopos/Ni’matul Faizah)

Solopos.com, BOYOLALI — Sebanyak 2.000 warga tercatat tinggal di Kawasan Rawan Bencana (KRB) III erupsi Gunung Merapi, Desa Jrakah, Selo, Boyolali. Namun, Tempat Penampungan Pengungsi Sementara (TPPS) Jrakah hanya memiliki kapasitas tampung 350 orang.

Daya tampung itu jelas jauh dari mencukupi. Hal tersebut mengemuka dalam patroli pengecekan jalur evakuasi dan TPPS oleh tim gabungan anggota Kodim 0724/Boyolali, Polsek Selo, sukarelawan, dan instansi lain pada Kamis (7/12/2023).

Advertisement

Kasi Pemerintahan Desa Jrakah, Widi Martono, mengatakan antisipasi erupsi Merapi di desanya dimulai dengan menyiapkan TPPS Jrakah di balai desa setempat.

“Kesiapan TPPS, kami sudah siapkan gedung yang bisa menampung kurang lebih 350 pengungsi. Fasilitas sudah ada toilet dan kamar mandi,” kata dia saat ditemui wartawan di TPPS Jrakah, Kamis.

Advertisement

“Kesiapan TPPS, kami sudah siapkan gedung yang bisa menampung kurang lebih 350 pengungsi. Fasilitas sudah ada toilet dan kamar mandi,” kata dia saat ditemui wartawan di TPPS Jrakah, Kamis.

Walaupun telah ada toilet dan kamar mandi, Widi mengungkapkan air masih menjadi kendala. Karena itu, ketika nantinya TPPS Jrakah harus digunakan untuk menampung pengungsi erupsi Merapi, ia meminta adanya bantuan air bersih.

Berdasarkan pantauan Solopos.com di lokasi, TPPS Jrakah berada di gedung olahraga desa setempat. Terdapat beberapa karpet yang tertumpuk di pojok gedung.

Advertisement

“Jadi misal [pengungsi] di TPPS semuanya, enggak muat. Namun, warga sudah terbiasa dengan erupsi Merapi. Jadi persiapannya sudah biasa, aktivitas warga normal-normal saja,” jelas dia.

Sister Village

Selanjutnya, Widi mengatakan untuk sister village, Desa Jrakah telah bekerja sama dengan Desa Karanggeneng di Kecamatan Boyolali. Sehingga ketika terjadi erupsi nantinya warga bisa diungsikan ke Karanggeneng.

“Penampungan pertama di TPPS, kemudian ke sister village. Atau lihat situasi dan kondisi, kalau tidak memungkinkan ke sini langsung dibawa ke Karanggeneng,” kata dia.

Advertisement

Sementara itu, Komandan Kodim (Dandim) 0724/Boyolali, Letkol Inf Wiweko Wulang Widodo, mengatakan pengecekan jalur evakuasi dan TPPS Jrakah tersebut sebagai langkah antisipasi erupsi seperti yang terjadi di Gunung Marapi, Sumatra Barat.

Apalagi, aktivitas Anak Gunung Krakatau di Selat Sunda juga menunjukkan peningkatan. Kemudian, aktivitas Gunung Merapi berupa guguran awan panas juga telah terjadi beberapa hari ini.

“Untuk itu, TNI, Polri, dan para stakeholders di Kecamatan Selo mengantisipasi apabila fenomena erupsi Gunung Merapi sampai ke tempat kami, maka sudah siap. Khususnya di jalur-jalur evakuasi yang akan dilewati kendaraan dan masyarakat. Termasuk TPPS,” jelas dia.

Advertisement

Dandim mengakui fasilitas di TPPS berupa toilet atau kamar mandi telah ada. Ia mengatakan ada tiga kamar mandi. Namun, Wiweko juga mengatakan air masih menjadi kendala di TPPS Jrakah. Nantinya air akan dikirimkan ketika terjadi erupsi Gunung Merapi.

Wiweko mengungkapkan dari hasil patroli jalur evakuasi Desa Jrakah hingga TPPS setempat telah memenuhi persyaratan. “Jalannya sudah bisa menampung truk ukuran 3/4 maupun mobil-mobil pikap untuk penduduk yang kemungkinan akan dievakuasi ketika erupsi Merapi terjadi,” kata dia.

Aktivitas Merapi

Sebelumnya diberitakan, Gunung Merapi meluncurkan guguran awan panas yang cukup besar pada Jumat (1/12/2023) malam. Kejadian tersebut mengakibatkan tujuh desa di wilayah Kecamatan Selo, Boyolali, mengalami hujan abu.

Tujuh desa tersebut yakni Tlogolele, Jrakah, Klakah, Selo, Samiran, Senden, dan Suroteleng. Menurut laporan Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG), pada Kamis ini juga ada aktivitas Gunung Merapi pada pukul 06.00 WIB-12.00 WIB.

Dalam keterangan tertulis resmi BPPTKG, dilaporkan terjadi 31 guguran dengan amplitudo 3-15 milimeter (mm) dengan durasi 50,88-186,68 detik. Selain itu juga terjadi aktivitas kegempaan vulkanik dangkal sebanyak tiga kali dengan amplitudo 33-44 mm dengan durasi 11,16-13 detik.

Status Gunung Merapi masih level III atau siaga sejak 5 November 2020. “Potensi bahaya saat ini berupa guguran lava dan awan panas pada sektor selatan-barat daya meliputi Sungai Boyong sejauh maksimal 5 km, Sungai Bedog, Krasak, Bebeng sejauh maksimal 7 km,” tulis BPPTKG dalam rekomendasinya.

Pada sektor tenggara, lanjut rekomendasi tersebut, meliputi Sungai Woro sejauh maksimal 3 km dan Sungai Gendol 5 km. Sedangkan lontaran material vulkanik bila terjadi letusan eksplosif dapat menjangkau radius 3 km dari puncak.

BPPTKG mengimbau masyarakat untuk tidak melakukan kegiatan apa pun di daerah potensi bahaya. Masyarakat juga diminta mengantisipasi gangguan akibat abu vulkanik dari erupsi Gunung Merapi serta mewaspadai bahaya lahar terutama saat terjadi hujan di seputar Merapi.

“Jika terjadi perubahan aktivitas yang signifikan, maka status aktivitas Gunung Merapi akan segera ditinjau kembali,” lanjut rekomendasi tersebut.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif