SOLOPOS.COM - Tarian Turonggo Seto, tarian khas masyarakat lereng Gunung Merapi-Merbabu, Desa Samiran Selo, Boyolali. (direktoripariwisata.id)

Solopos.com, BOYOLALIBoyolali memiliki banyak seni tradisi khas yang lahir dan tumbuh dari masyarakat, salah satunya tarian Turonggo Seto yang unik dan khas dari daerah antara lereng Gunung Merapi dan Gunung Merbabu, tepatnya Desa Samiran, Kecamatan Selo.

Tidak ingin tarian khas hasil karya anak negeri itu punah, Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata (Disporapar) Boyolali berencana membuat buku berisi tentang tarian khas daerah Boyolali. Rencana itu terungkap dalam agenda Forum Group Discussion (FGD) yang digelar Disporapar bersama para seniman pada Jumat (1/12/2023) lalu.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Mereka melakukan penggalian dan pengumpulan data tarian yang ada di Boyolali. Setelah data tersebut terkumpul, rencananya akan dibuat buku.

“Boyolali kaya tari, jadi grup ini akan menggali, menggumpulkan data tarian yang ada di Boyolali, setelah terkumpul nantinya dibuat buku,” jelas Kepala Disporapar Boyolali Budi Prasetyaningsih seperti dikutip Solopos.com dari boyolali.go.id, Kamis (7/12/2023) siang.

Setelah dibuat menjadi buku, Ning, sapaan akrabnya, mengatakan karya seni tari itu bisa dibaca dan diketahui oleh banyak orang, termasuk para pelajar.

Selain itu, dengan membuat buku tentang tarian khas Boyolali, seperti Turonggo Seto nantinya diharapkan seni tari dapat terlindungi, dikembangkan, serta dimanfaatkan untuk masyarakat Boyolali, termasuk dalam dunia pendidikan.

“Jadi anak-anak nanti akan mengetahui tentang tari tarian tradisional yang dimiliki Boyolali,” katanya.

Lebih lanjut, Ning mengatakan tarian tersebut khas asli Boyolali nantinya dapat didaftarkan menjadi warisan budaya tak benda. Ia menyebut Boyolali kini sudah memiliki tarian khas yakni Turonggo Seto.

Kuda Putih

“Kami berharap seni dan budaya lokal Boyolali itu maju, sesuai dengan Undang-undang Nomor 5 Tahun 2017 tentang Kemajuan Kebudayaan. Nantinya kalau sudah jadi buku masyarakat membaca, anak-anak sekolah membaca tentu akan membawa virus positif yang pada akhirnya mereka mengetahui tarian tradisional Boyolali,” jelasnya.

Berdasarkan informasi yang diperoleh Solopos.com dari laman warisanbudaya.kemdikbud.go.id, tari Turonggo Seto adalah salah satu kesenian rakyat yang hidup dan tumbuh di daerah antara lereng gunung Merbabu dan Merapi, tepatnya di Dusun Salam, Samiran, Selo, Boyolali.

Tarian ini adalah bentuk pengembangan tari Reog Mardi Utomo dan tari Turonggo Kencono di Desa Samiran. Nama Turonggo Seto berasal dari dua kata dengan pengertian sendiri-sendiri, yaitu ‘turonggo’ yang berarti kuda dan kata ‘seto’ yang berarti putih.

Oleh karena itu, Turonggo Seto memiliki arti ‘kuda putih’. Latar belakang kisah di balik tarian ini tak lepas dari kiprah Pangeran Diponegoro saat berperang melawan Belanda. Kala itu sang pangeran menunggangi kuda putih.

Tarian ini ditampilkan 17 penari laki-laki, satu penari berperan sebagai panglima dengan model busana yang berbeda dibanding yang lain, dan 16 penari lainnya berperan sebagai prajurit dengan busana yang seragam.

Pencerminan Kehidupan Masyarakat

Gerakan yang gagah pada tarian Turonggo Seto khas Boyolali ini merupakan pencitraan masyarakat yang tegas, pemberani, ceria. Kompleksitas karakter gerak tari yang seimbang merupakan ciri khas pencerminan kehidupan masyarakat.

Dilansir jurnal berjudul Turonggo Seto Tunggu Wulung karya EW Prihantoro yang diunggah di jurnal.isi-ska.ac.id, tarian ini diakui menjadi ciri khas tari rakyat Kabupaten Boyolali dengan didukung beberapa faktor. Salah satunya tari Turonggo Seto diakui Kemendikbudristek sebagai tari rakyat Boyolali.

Selain itu tarian ini digunakan untuk pentas duta seni dan misi kebudayaan Kabupaten Boyolali. Sedangkan faktor lainnya karena tarian ini diciptakan berdasar aktivitas masyarakat Kabupaten Boyolali

Menurut direktoripariwisata.id, tari Turonggo Seto mengisahkan semangat nan gigih para prajurit Pangeran Diponegoro yang dengan gagah berani berperang melawan pasukan Belanda supaya meninggalkan kawasan Surakarta.

Prajurit Turonggo Seto sangat gigih berlatih berperang sampai saat maju ke medan pertempuran. Tetap bersemangat untuk maju ke medan pertempuran sampai pada akhirnya pasukan Turonggo Seto memperoleh kemenangannya.

Gerakan dalam tarian Turonggo Seto ini bersifat energik dan gerakan-gerakan tersebut merupakan wujud dari bentuk-bentuk gerakan saat menunggangi kuda, berlari, berperang, dan mengadu kekuatan. Tari Turonggo Seto menjadi pelopor seni prajuritan se-Kabupaten Boyolali.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya