Soloraya
Sabtu, 30 September 2023 - 01:52 WIB

Asa Perajin Cangkul Karangpoh Klaten, UKM Binaan Yayasan Dharma Bhakti Astra

Taufiq Sidik Prakoso  /  Suharsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Pekerja menempa besi di salah satu UKM peralatan pertanian binaan Yayasan Dharma Bhakti Astra (YDBA) di Dukuh Karangpoh, Desa Padas, Kecamatan Karanganom, Klaten, Selasa (12/9/2023). (Solopos/Taufiq Sidik Prakoso)

Solopos.com, KLATEN — Dukuh Karangpoh, Desa Padas, Kecamatan Karanganom, Klaten, sejak lama dikenal sebagai salah satu sentra pandai besi terutama para perajin cangkul di Kabupaten Klaten.

Secara turun temurun, warga kampung tersebut meneruskan keahlian mengolah besi atau baja menjadi berbagai peralatan terutama alat pertanian seperti cangkul.

Advertisement

Memasuki wilayah Dukuh Karangpoh, pengunjung langsung disambut suara dentingan palu tempa yang bersahut-sahutan. Hampir semua halaman depan maupun belakang rumah di dukuh itu menjadi tempat produksi cangkul.

Usaha kecil menengah (UKM) UD Arum Sari, salah satunya. Tempat produksinya berada di belakang rumah pemilik usaha bernama Supriyanto, 58. Lorong di antara dua rumah menjadi pintu masuk menuju ke tempat produksi peralatan pertanian terutama cangkul.

Meski tak terlalu luas, tempat produksi perajin cangkul di Karangpoh, Klaten, itu tampak rapi. Satu ruangan terbagi dalam beberapa bagian. Seperti tempat untuk menempa, memotong, hingga menggerinda.

Advertisement

Mal cetakan cangkul tertata pada rak menempel tembok. Peralatan yang tak terpakai dimasukkan ke dalam almari. Prinsip 5R atau ringkas, rapi, resik, rawat, dan rajin benar-benar diterapkan di tempat itu.

“Ini salah satu hasil pendampingan yang dilakukan Astra. Mal cetakan cangkul dulu hanya ditumpuk saja. Jadi satu dengan peralatan lainnya. Sekarang sudah dibuatkan tempat sendiri,” kata pria yang akrab disapa Supri itu saat ditemui Solopos.com, Selasa (12/9/2023).

Supri mengaku kini sudah terbiasa mengembalikan alat-alat yang sudah dipakai ke tempat penyimpanannya agar rapi. Pendampingan yang dimaksud Supri yakni dari Yayasan Dharma Bhakti Astra (YDBA).

Penggemblengan Mental Perajin

Sejak 2018, salah satu pelaksana corporate social responsibility (CSR) PT Astra International Tbk itu mendampingi para pandai besi dan perajin cangkul di Karangpoh, Klaten. Pendampingan dilakukan YDBA ke Koperasi Industri Kecil dan Kerajinan Alat Derap Laju Pandai Besi dan Las (Kopinkra Delapan Belas).

Advertisement

Koperasi yang didirikan sejak 1998 dan kini beranggotakan hampir 50 perajin termasuk Supri yang menjadi sekretaris koperasi. Supri menceritakan dampak besar yang dirasakan perajin sejak menjadi binaan YDBA yang sudah berjalan lima tahun terakhir.

Tak hanya penerapan 5R dan kesehatan keselamatan kerja (K3), YDBA memberikan pendampingan dalam berbagai hal. Pada awal pendampingan, para perajin mendapatkan penguatan mental melalui pelatihan basic mentality.

Mental perajin digembleng. Perajin kian percaya diri selain berani berinovasi meningkatkan kualitas produk. “Dididik mentalnya dulu. Waktu itu [sebelum ada pendampingan] para perajin ya bikin produk asal bikin saja,” kata Supri.

Bentuk pendampingan lain yakni para perajin cangkul di Karangpoh,Klaten, diajari pemasaran. Mereka dilatih para pakar yang didatangkan YDBA dalam hal memasarkan produk secara offline maupun online. Selain itu, mereka dilatih memilih bahan baku. Alhasil, perajin bisa menghasilkan produk dengan kualitas yang lebih baik dibanding sebelumnya.

Advertisement
Supriyanto, 58, pandai besi di Dukuh Karangpoh, Desa Padas, Kecamatan Karanganom, Klaten, menunjukkan produk bikinannya, Selasa (12/9/2023). (Solopos/Taufiq Sidik Prakoso)

Perajin juga diajari menghitung harga pokok produksi (HPP), ilmu baru yang dipelajari para pandai besi di kampung tersebut. Sebelumnya, mereka hanya berdasar kira-kira untuk menentukan harga.

Dengan adanya pendampingan atau pembelajaran dari YDBA wawasan para perajin semakin luas. Sampai-sampai bikin cangkul sudah bisa menghitung HPP sampai detail.

Perjuangan Meraih Label SNI

“Sehingga kami bisa menentukan harga yang aman dari produk yang kami buat. Kami juga diajari pemasaran. Rekan-rekan sekarang banyak yang main [jualan produk] secara online,” kata Supri.

Pendampingan lain yakni ketika para perajin cangkul di Karangpoh, Klaten, yang tergabung dalam Kopinkra Delapan Belas mengurus produk bermerek Cangkul Merah Putih hingga mendapatkan label Standar Nasional Indonesia (SNI). Hal itu dilakukan para perajin setelah kunjungan Menteri Koperasi dan UKM, Teten Masduki, pada 2020.

Advertisement

“Pak Teten pada 2020 hadir di Karangpoh. Saat itu disampaikan kalau ingin mengisi kebutuhan dalam negeri, harus punya SNI. Akhirnya SNI kami urus dan alhamdulillah kami sudah memiliki produk berlabel SNI,” jelas Supri.

Supri mengatakan total ada 70 perajin cangkul dan pande besi di Karangpoh. Produk mereka kini kian beragam mulai dari alat pertanian hingga perkakas lainnya yang berbahan logam. Namun, rata-rata perajin masih setia memproduksi alat pertanian terutama cangkul.

Setiap perajin memiliki empat hingga tujuh tenaga kerja. Dalam sehari, satu perajin bisa memproduksi 50 cangkul untuk jenis cangkul nonbaja. Sementara cangkul sambung baja bisa 30 cangkul per hari. Harganya pun terjangkau tergantung kualitas bahan yang digunakan.

Supri berharap aspek pemasaran untuk meningkatkan order produk karya pandai besi dan perajin cangkul di Karangpoh, Klaten, bisa mendapatkan dukungan lebih dari berbagai pihak lainnya termasuk pemerintah.

Tujuannya tak lain agar suara denting palu tempa terus berbunyi yang menandakan ekonomi kerakyatan di Karangpoh terus berkembang.

Ketua Pengurus Yayasan Dharma Bhakti Astra (YDBA), Sigit P Kumala, mengonfirmasi pendampingan yang dilakukan YDBA ke pandai besi di Karangpoh Klaten melalui Kopinkra Delapan Belas sejak 2018.

Advertisement

“Tentunya kami melihat potensi yang ada kemudian kami kerja sama dengan Kementerian Perindustrian serta Kementerian Koperasi dan UKM. Sebelum kami dampingi, tentu kami pelajari dulu komunitasnya. Apakah mau berkembang atau tidak,” kata Sigit saat dihubungi Solopos.com, Jumat (29/9/2023).

Aspek Pemasaran

YDBA menilai para perajin cangkul di Kopinkra Delapan Belas, Karangpoh, Klaten, memiliki potensi untuk berkembang. Lantaran hal itu, yayasan tersebut mulai memberikan pendampingan ke perajin.

Sigit menjelaskan pendampingan diawali dengan pembentukan mental para perajin. Pembentukan mental itu melalui pelatihan basic mentality yang menjadi landasan penting lantaran program pendampingan yang diberikan berkelanjutan.

Setelah itu, para perajin diajari terkait aspek quality, cost, and delivery (QCD) hingga pendampingan terkait pola dasar 5R serta K3. “Setelah memenuhi standar, kami perjuangkan ke Kementerian Perindustrian untuk mendapatkan SNI untuk merek Cangkul Merah Putih yang tentu saja ditujukan untuk mendukung pemasaran mereka,” kata Sigit.

Pendampingan yang diberikan juga dilakukan pada aspek pemasaran baik offline maupun online. YDBA juga membukakan jaringan agar perajin bisa memenuhi kebutuhan alat panen sawit yakni kapak tomassun di PT Astra Agro Lestari.

Sigit mengatakan kualitas produk bikinan para pandai besi dan perajin cangkul di Karangpoh, Klaten, sudah memenuhi standar. Kualitas cangkul bikinan perajin di kampung itu pun berani diadu dengan produk impor.

“Kami sangat mengharapkan banyak perusahaan baik pemerintah maupun swasta untuk mengulurkan order ke perajin. Tujuannya supaya ekonomi kerakyatan terutama UKM di Klaten bisa bangkit. Tentu kalau mereka bangkit, semakin banyak memberikan manfaat dan industri pandai besi bisa terus berkembang,” kata Sigit.

Sigit memastikan pendampingan yang dilakukan YDBA ke para pandai besi di Karangpoh, Klaten, bakal terus dilakukan. “Akan terus kami bantu sampai industri mereka sudah mapan dan ekonomi kerakyatan bisa meluas,” jelas Sigit.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif