SOLOPOS.COM - Pengendara sepeda motor melintas di Jl Mantenan, Dusun Mantenan, Desa Jaten, Kecamatan Selogiri, Kabupaten Wonogiri, Jumat (8/4/2024). (Solopos/Muhammad Diky Praditia)

Solopos.com, WONOGIRI — Dusun Mantenan yang terletak di Desa Jaten, Kecamatan Selogiri, Wonogiri, memiliki asal-usul unik yang tidak bisa dilepaskan dari kisah Raden Mas (RM) Said alias Pangeran Sambernyawa ketika berperang melawan Belanda di wilayah tersebut.

Konon berdasarkan informasi yang dihimpun Solopos.com, penamaan dusun itu terkait dengan siasat pasukan Pangeran Sambernyawa untuk mengelabui tentara Belanda. Diceritakan bahwa kala itu ada tokoh bernama Tumenggung Kudanawarsa.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Ketua RW Dusun Mantenan, Jaten, Selogiri, Wonogiri, Sutejo, mengatakan penamaan Dusun Mantenan berawal dari kisah Tumenggung Kudanawarsa yang menjadi patih Pangeran Sambernayawa pada masa perlawanan dengan kolonial Belanda.

Pada suatu ketika, rombongan Pangeran Sambernyawa yang tengah berseteru dengan pengusasa Kerajaan Mataram karena berkompromi dengan kolonial Belanda pergi ke wilayah Wonogiri.

Kepergian dari istana itu menjadi langkah perlawanan Pangeran Sambernyawa kepada Belanda sekaligus penguasa Mataram. Ketika tiba di Wonogiri yang menjadi tempat pelarian dan wilayah peperangan, Sambernyawa mendirikan wilayah kecil di Nglaroh, yang saat ini masuk wilayah Desa Pule, Kecamatan Selogiri.

Dalam pelarian itu, rombongan Pangeran Sambernyawa kerap dikejar pasukan Belanda. Berbagai macam cara pun dilakukan Pangeran Sambernaywa dan pasukannya agar tidak tertangkap, salah satunya dengan bersembunyi untuk mengelabui musuh.

Suatu saat, Patih Kudanawarsa yang menjadi panglima perang Pangeran Sambernyawa sakit dan akhirnya meninggal dunia tidak jauh dari Nglaroh, di Desa Jaten. Pada saat tokoh itu meninggal, banyak sekali warga yang menghadiri pemakamannya.

Kematian tokoh penting dalam perjalanan Pangeran Sambernyawa itu mengakibatkan duka mendalam bagi banyak warga di sekitar Nglaroh. Pada saat yang sama, pasukan Belanda terus mengejar rombongan Pangeran Sambernyawa.

“Ketika Patih Kudanawarsa meninggal, semua orang sepakat untuk mengatakan kepada pasukan Belanda bahwa keramaian itu bukan karena ada kematian, tetapi acara mantenan atau pernikahan warga desa. Hal itu sebagai cara mengelabui pasukan Belanda agar mereka tidak menyerbu pasukan Sambernyawa yang tengah kehilangan patihnya,” kata Sutejo kepada Solopos.com, Jumat (8/3/2024).

Menurut Sutejo, berdasarkan cerita turun temurun dari nenek moyang, cara itu ternyata berhasil mengelabui Belanda. Sehingga proses pemakanan Tumenggung Kudanawarsa berjalan lancar. Selain itu, Pangeran Sambernyawa tidak diserang secara mendadak.

Dari kisah tersebut, lanjut dia, wilayah setempat justru dikenal warga sebagai Mantenan. Sampai saat ini, Dusun Mantenan masuk dalam administratif Desa Jaten.

Warga Mantenan memercayai dusun mereka menjadi salah satu wilayah tertua di Wonogiri dan berkaitan erat dengan tokoh Pangeran Sambernyawa. “Semestinya, umur Dusun Mantenan ini sudah lebih dari 250 tahun” ujar dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya