SOLOPOS.COM - Rumah burung hantu (rubuha) bantuan dari Pemkab Boyolali untuk mengatasi hama tikus dipasang di persawahan wilayah Desa Manjung, Kecamatan Sawit, Boyolali, Senin (3/6/2024). (Solopos/Ni’matul Faizah)

Solopos.com, BOYOLALI — Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Boyolali memasang 10 rumah burung hantu (rubuha) di persawahan lima desa di Kecamatan Sawit yang sebelumnya terkena serangan hama tikus pada Februari 2024. Lima desa tersebut yaitu Gombang, Manjung, Kateguhan, Jatirejo dan Bendosari.

Rubuha dipasang pada Senin (3/6/2024) di 10 lokasi. Masing-masing desa menerima bantuan dua rubuha. Berdasarkan pantauan Solopos.com, tim memasang rubuha di tiang titik pertama dan kedua di area persawahan Desa Manjung sekitar pukul 11.00 WIB.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Kepala Dinas Pertanian (Dispertan) Boyolali, Joko Suhartono, menjelaskan pemilihan lokasi rubuha berdasarkan tingkatan serangan hama tikus. “Anggaran untuk satu unit rubuha sekitar Rp2,5 juta,” ujar dia kepada Solopos.com, Senin (3/6/2024).

Joko menjelaskan saat ini Dispertan Boyolali baru menganggarkan rumah burung hantu untuk mengatasi hama tikus di wilayah Sawit. Lebih lanjut, ia menjelaskan rubuha menjadi upaya pengendalian hama tikus dengan bantuan burung hantu Tyto alba.

“Fungsi utama rubuha yaitu sebagai upaya konservasi burung hantu di alam liar yang tidak bisa membuat rumah sendiri, bisa menetap di rumah yang disediakan,” jelas dia.

Ia mengatakan akibat serangan hama tikus, produktivitas padi di Sawit hanya sebanyak 50 kuintal per hektare. Padahal, produktivitas normal mencapai 63-65 kuintal per hektare. Sementara itu, produktivitas padi di Boyolali berdasarkan data BPS 2023 sebanyak 55,61 kuintal per hektare.

Koordinator Penyuluh Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Sawit, Sugimin, mengatakan lokasi pemasangan rubuha memperhatikan kenyamanan tempat, tidak dilewati banyak orang, dan banyak populasi tikus.

Lebih lanjut, ia menyampaikan pada 2023 ada bantuan dari Pemkab Boyolali berupa burung hantu dan pemerintah desa menyediakan rumahnya. “Sekarang ini dibalik, saat ini jadi rubuha dulu. Harapannya, kalau ada burung hantu liar di sekitar bisa berkembang dan beranak pinak dengan menempati rubuha yang dipasang,” kata dia.

Ia menjelaskan sebenarnya burung hantu telah ada di alam liar. Pemasangan rubuha tersebut dapat membantu burung hantu bertengger dan mengintai tikus. Diharapkan rubuha bisa menjadi tempat burung hantu berkembang biak.

Gropyokan Tikus

Sugimin mengatakan satu burung hantu bisa membunuh sekitar delapan ekor tikus akan tetapi yang dimakan hanya satu. “Kalau sudah ditempati burung hantu, satu pasang bisa mengamankan [sawah] sekitar 10 hektare,” kata dia.

Ia menjelaskan sebelumnya sudah ada 10 rubuha yang dipasang di Desa Guwokajen dan Desa Tlawong. Sejak dipasangi rubuha, tidak ada lagi laporan serangan hama tikus dua desa tersebut.

Sugimin pun memotivasi agar pemerintah desa bisa mengeluarkan sebagian dana desa yang dialokasikan untuk ketahanan pangan guna pengadaan rubuha. “Anggaran DD [dana desa] kan ada untuk ketahanan pangan 20%, kira-kira sebagian saja misal Rp10 juta-Rp15 juta bisa membuat 5-7 rubuha. Harapannya nanti di 2025 seperti itu,” kata dia.

Sementara itu, Kades Manjung, Agus Roni Mustafa, berterima kasih dengan bantuan rubuha yang diberikan untuk petani di wilayahnya. Ia mengatakan Desa Manjung menjadi daerah yang terserang hama tikus.

Warga juga telah bergerak dengan gropyokan tikus. “Akan tetapi dengan dibantu rumah burung hantu, semoga ke depan hama tikus bisa diatasi,” kata dia.

Ia mengatakan ada rencana untuk menggunakan anggaran dana desa saat mengatasi hama tikus beberapa waktu lalu. Namun, ia menjelaskan ada juga rencana warga menghibahkan burung hantu. Tahun sebelumnya, burung hantu juga telah ada namun lokasi pengintainnya tidak sedekat rubuha yang dipasang di sawah.

Ketua Gapoktan Tani Maju Manjung, Sarbini, juga berterima kasih dengan bantuan rubuha tersebut. Ia berharap tetap ada bantuan lagi agar predator tikus semakin banyak.

Sarbini mengatakan sebenarnya sudah ada burung hantu di Manjung. Namun, lokasinya tidak dekat sawah melainkan di pohon ataupun rumah kosong. Dengan rubuha, ia berharap burung yang bertengger bisa lebih dekat mengintai tikus.

“Petani kan kalau tanam harus panen. Di sini ada empat gapoktan dengan luas lahan tanam 102 hektare. Kalau pas kena hama tikus enggak panen. Banyak yang tidak panen sama sekali,” kata dia.

Sarbini mencontohkan dirinya yang mengelola 8,5 patok atau 1,5 hektare dengan produktivitas normal 2 ton. “Pas musim serangan tikus itu satu ton saja enggak sampai. Padahal sebagian tanahnya sewa, per patok Rp1,5 juta per tahun,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya