SOLOPOS.COM - Pj Bupati Karanganyar Timotius Suryadi menyerahkan bantuan beras dari Bulog kepada warga penerima pada Selasa (30/1/2024). (Solopos.com/Indah Septiyaning Wardani)

Solopos.com, KARANGANYAR — Gerakan Kenyang Tanpa Nasi digodok Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Karanganyar. Gerakan ini muncul untuk mengendalikan laju inflasi di daerah dampak kenaikan harga beras di pasaran.

Penjabat (Pj) Bupati Karanganyar, Timotius Suryadi, mengatakan program Kenyang Tanpa Nasi merupakan antisipasi seiring meningkatnya kebutuhan dan kenaikan harga beras. Dari data Pemkab Karanganyar, saat ini harga beras sudah tembus Rp15.000 per kilogram.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

“Ini upaya Pemkab Karanganyar memberikan alternatif produk bahan panganan seperti singkong jalaktowo maupun produk lain,” katanya, Jumat (23/2/2024).

Dia mengajak masyarakat mengganti konsumsi beras dengan produk olahan nonberas seperti umbi-umbian. Selain itu juga bisa makan makanan olahan pangan lokal seperti tiwul, getuk dan lain sebagainya. Selama ini konsumsi pangan warga Karanganyar masih didominasi nasi.

“Saya mengajak semua masyarakat agar tidak mengandalkan beras untuk konsumsi pangan, tapi produk olahan nonberas,” katanya.

Menurutnya, tingkat konsumsi makanan olahan nonberas masih tergolong rendah. Pemkab kini tengah berupaya penuh untuk menggalakkan budaya makan makanan tradisional dari bahan nonberas. Program ini sebagai salah satu upaya pengendalian inflasi yang dipicu dari tingkat konsumsi dan harga beras yang tinggi.

Timotius menggandeng berbagai pihak terkait seperti Bulog maupun BUMD untuk melakukan stabilisasi harga dengan menggelar gerakan pangan murah. Gerakan pasar murah ini masif digelar di Karanganyar hingga Ramadan nanti.

Kabag Perekonomian Setda Kabupaten Karanganyar, Sri Asih Handayani, mengatakan TPID menggodok program Kenyang Tanpa Nasi agar masyarakat tak hanya menjadikan beras sebagai pangan utamanya. Sehingga tingkat konsumsi masyarakat daerah terhadap beras menurun. Kemudian kelebihan produksi di Karanganyar dapat dijual ke daerah lain.

“Kami segera menyusun roadmap untuk penerapan program Kenyang Tanpa Nasi. Dalam Program itu, juga akan melibatkan ASN, BUMD dan UMKM di Karanganyar,” katanya.

Dikatakannya, banyak faktor yang mempengaruhi angka inflasi suatu daerah, di antaranya harga bahan pokok seperti beras, cabai, maupun bawang putih.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya