SOLOPOS.COM - Sejumlah santri ngabuburit sambil menari sufi di Ponpes Nurul Hidayah Al Mubarokah, Dusun Tempel, Desa Sempu, Andong, Boyolali, Minggu (31/3/2024) sore. (Solopos/Ni’matul Faizah)

Solopos.com, BOYOLALI — Para santri di Pondok Pesantren atau Ponpes Nurul Hidayah Al Mubarokah, Dusun Tempel, Desa Sempu, Kecamatan Andong, Boyolali, punya cara yang unik dan berbeda untuk mengisi waktu menunggu buka puasa atau ngabuburit.

Bukan dengan war takjil seperti yang dilakukan kebanyakan warga muslim, namun dengan menari sufi sambil berzikir. Hal itu seperti tampa pada Minggu (31/3/2024) sore.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Santri perempuan maupun laki-laki di Ponpes tersebut mengisi waktu sebelum berbuka puasa atau ngabuburit dengan berlatih menari sufi di serambi masjid setempat, halaman pondok, dan di antara pematang sawah yang membentang mengelilingi bangunan pondok.

Para santri Ponpes Nurul Hidayah Al Mubarokah, Andong, Boyolali, itu menari berputar khas gerakan tari sufi. Ketika berputar, tennur atau bawahan rok yang mereka pakai mengembang bak bunga yang sedang mekar. Saat berputar, terkadang tangan mereka berada di dada, terkadang menengadah ke langit bak berdoa.

Para santri terus melakukan gerakan tersebut selama beberapa menit. Salah satu santri, Hidayatul, 17, menjelaskan selain Ramadan ia rutin sepekan 1-2 kali belajar tari sufi pada malam hari. Namun, selama Ramadan latihan tari sufi digelar sesaat sebelum berbuka puasa untuk mengisi waktu ngabuburit.

Siswa kelas XII tersebut menjelaskan sudah tiga tahun belajar menari sufi. Hidayatul menceritakan pada awal belajar sulit karena merasakan pusing saat berputar. Lalu, satu bulan setelah belajar bisa berputar tanpa pusing.

“Saat berputar begitu saya berzikir, contohnya Allahu Allah dan sebagainya,” kata remaja asal Kecamatan Klego tersebut saat berbincang dengan Solopos.com di sela-sela latihan.

Meditasi kepada Sang Pencipta

Terpisah, salah satu pengajar tari sufi di Ponpes Nurul Hidayah Al Mubarokah, Andong, Boyolali, Musa Asy’ari, menyampaikan kegiatan latihan tari sufi tersebut untuk mengisi ngabuburit menjelang kepulangan para santri ke rumah mereka masing-masing untuk berlebaran.

Ia menjelaskan tari sufi adalah media untuk mendekatkan diri kepada Sang Khalik Allah SWT. Seorang hamba, tutur Musa, pasti memiliki sang pencipta sehingga perlu mendekatkan diri kepada Allah SWT.

“Tari sufi ini insyaallah akan membentuk suatu karakter jiwa yang lebih tenang, mereka diharapkan bisa menghadapi kehidupan yang akan datang dengan lebih tenang. Sehingga mereka tidak mudah terkontaminasi dunia luar yang negatif,” kata dia.

Musa menyampaikan kunci agar tidak pusing saat berputar menari sufi yaitu harus fokus dalam satu pandangan dan mengatur napas. Selain itu, penari sufi harus memiliki iktikad baik dan berkeyakinan saat menghadap Allah SWT.

Ia menjelaskan tidak ada bacaan khusus ketika berputar, akan tetapi para penari bisa berzikir dan mengingat kepada Sang Khalik. Kegiatan tari sufi masuk menjadi kegiatan ekstrakurikuler di Ponpes Nurul Hidayah Al Mubarokah. Dalam sepekan, biasanya para santri berlatih dua kali.

“Untuk tari sufi telah ada di Ponpes ini sejak enam tahun yang lalu. Latihan ini juga rutin setiap Ramadan untuk mengisi ngabuburit menjelang buka puasa,” kata dia.

Musa menyampaikan tujuan dilatihnya santri menari sufi adalah agar mereka memiliki hati yang tenang. Ia mengatakan tujuan dari tari sufi memang adalah meditasi kepada Sang Pencipta.

“Semoga dengan santri berlatih tari sufi mereka bisa memiliki karakter atau hati yang tenang sehingga lebih terbuka dengan lingkungannya. Sehingga, mereka bisa menjalani kehidupan di dunia dengan sebaik-baiknya,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya