SOLOPOS.COM - Host atau pembawa acara salah satu akun Tiktok Shop tengah menawarkan produk tas jinjing di kamar studio salah satu pelaku UMKM di Kecamatan Wonogiri, Kamis (28/9/2023). (Solopos/Muhammad Diky Praditia)

Solopos.com, WONOGIRI — Keberadaan social e-commerce TikTok Shop dinilai sangat menguntungkan bagi para pelaku usaha mikro kecil menengah atau UMKM di Wonogiri. Mereka bisa meraup omzet mencapai puluhan juta rupiah per bulan dengan siaran langsung di TikTok Shop. 

Salah satu pelaku UMKM, Yusuf, 28, mengatakan sudah setahun terakhir ini menjual produk tas jinjing yang terbuat dari plastik dan kacang mete di TikTok Shop. Hanya dalam setahun, transaksi penjualan dari dua produk itu mencapai hampir Rp700 juta.

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

Lokapasar asal Tiongkok itu meningkatkan penjualan produknya cukup signifikan. Dia mengaku bisa menjual tas jinjing itu sekitar 40 pieces per hari. 

Yusuf menerangkan sebenarnya ia sudah mulai menjual tas jinjing itu sejak awal pandemi Covid-19 atau 2020 lalu secara daring lokapasar Shopee dan Lazada. Tetapi tingkat penjualan di dua lokapasar itu terus menurun. Penyebabnya dia tidak kuat lagi perang harga dengan penjual yang menjajakan produk serupa.

“Awalnya penjualan di dua marketplace itu ramai. Dulu bisa 3040 tas terjual. Sama kayak TikTok Shop sekarang. Tetapi seiring waktu, penjualannya turun. Enggak lebih dari 10 per hari. Karena ya itu, perang harganya sudah enggak masuk akal,” kata Yusuf saat berbincang dengan Solopos.com di rumahnya di Kecamatan Wonogiri, Kamis (28/9/2023).

Pelaku UMKM Wonogiri itu melanjutkan TikTok Shop menawarkan pola penjualan yang berbeda dengan aplikasi lokapasar lain. Menurutnya, asal rajin melakukan siaran langsung yang menawarkan produk yang dijual, semakin besar potensi produk terjual di TikTok Shop.

Persaingan harga di TikTok Shop tidak seketat di lokapasar lain. Di aplikasi lain, Yusuf mencontohkan kalau orang mau cari tas, mereka bisa lihat tas mana yang paling murah dan paling banyak penjualannya.

Semakin murah dan semakin banyak terjual maka itulah yang dipilih. “Di TikTok Shop tidak bisa begitu. Platform ini tidak menampilkan display daftar barang seluruh seller serta harganya dalam satu layar. Orang jadi tidak gampang banding-bandingkan harga,” ucap dia.

Pembeli Tak Bisa Bandingkan Harga

Dengan pola itu, sambung Yusuf, orang lebih mudah untuk membeli produk dari penjual yang melakukan siaran langsung yang kebetulan lewat di lini masa akun TikTok mereka.

Cukup sulit dan lebih ribet bagi pengguna TikTok untuk membandingkan harga antara penjual satu dengan penjual lain ketika mau membeli suatu produk. Hal itu karena TikTok Shop tidak menampilkan produk penjual dan harga para pedagang dalam satu tampilan layar. 

Calon pembeli perlu cari satu per satu akun yang menjual produk serupa untuk membandingkan harga. Ditambah lagi, TikTok Shop merupakan social e-commerce yaitu menggabungkan antara media sosial dan e-commerce atau lokapasar. Maka wajar aplikasi ini ramai penggguna.

”[Lokapasar lain] itu lebih ribet. Buat ibu-ibu apalagi. Mereka pasti wegah ribet. Mana yang muncul itu lah yang dibeli. Nah ini sedikit mengurangi perang harga. Dengan pola seperti ini, penjual baru pun bisa bersaing, asal rajin siaran langsung,” ucap pelaku UMKM Wonogiri yang diuntungkan dengan TikTok Shop itu.

Yusuf biasa kulakan tas jinjing plastik itu dari produsen di Ponorogo. Per bulan ia bisa memborong 800-1.000 tas bergantung tingkat permintaan. Sayangnya, produsen itu juga menjual di lokapasar yang sama dan menjual produk itu dengan harga yang lebih murah. 

Dengan kondisi itu, sulit baginya untuk mengandalkan lokapasar yang menampilkan semua produk dan harga dari semua penjual dalam satu tampilan di layar handphone. 

“Makanya sekarang saya fokus di TikTok Shop. Hasilnya lumayan, penghasilannya yang jelas bisa lebih dari UMR [upah minimum regional] Wonogiri, ya katakanlah bersih bisa dapat sekitar Rp12 juta/bulan,” ucap dia.

Yusuf memiliki dua-tiga karyawan yang bertugas menjadi host dalam siaran langsung yang menawarkan sekaligus menjual produk tas dan kacang metenya.

Kamar Studio untuk Siaran Langsung

Pantauan Solopos.com, ada dua kamar studio yang digunakan untuk siaran langsung. Satu untuk menawarkan dan menjual tas jinjing dan satu lainnya menawarkan kacang mete. “Sehari bisa live 810 jam dengan istirahat siang dan sore,” katanya.

Pelaku UMKM di Wonogiri itu menambahkan transaksi penjualan di TikTok Shop dalam setahun itu sudah hampir melebihi transaksi di dua lokapasar lain yang dia gunakan senilai sekitar Rp1,5 miliar. 

Pelaku usaha lain asal Desa Slogoretno, Kecamatan Jatipurno, Rudi Prastowo, 43, mengaku memanfaatkan TikTok Shop untuk menjual berbagai produk rumah tangga yang biasa digunakan di dapur seperti parutan kelapa, serutan es batu, pasar, dan lainnya.

Dia baru memulai menjual barang-barang itu di TikTok Shop sejak Desember 2022. “Enam bulan pertama tidak banyak barang yang terjual. Tetapi sekarang bisa menjual 100-200 alat per pekan. Lumayan, saya beli alat itu sekitar Rp35.000/unit dan saya jual sekitar Rp50.000/unit,” ucapnya.

Sebelumnya, lanjut Rudi, dia hanya mengandalkan media sosial Facebook untuk memasarkan produknya. Beberapa bulan terakhir media sosial itu sudah mulai sepi pengguna. Akhirnya Rudi mencoba TikTok Shop.

Di aplikasi baru itu, Rudi mengaku bisa meningkatkan penjualan meski belum terlalu signifikan. “Dulu kalau jualan di Facebook, dalam sebulan bisa menjual antara 400-450 alat,” katanya.

Rudi biasa siaran langsung menawarkan produknya maksimal selama empat jam sehari, pagi menjelang siang dan malam hari. “Jujur saja, penjualan saya ini lagi naik-naiknya. Bahkan sekarang ini saya agak sulit mendapatkan pasokan barang padahal permintaannya banyak,” kata Rudi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya