SOLOPOS.COM - Presiden Yakult Indonesia Hiroshi Kawaguchi (kedua dari kiri) didampingi Senior Direktur Marketing Communication and Commercial Antonius Nababa (kiri) melihat hasil olahan botol bekas Yakult di CV Bina Usaha Mandiri, Desa Jeron, Nogosari, Boyolali, Kamis (7/3/2024). (Solopos/Joseph Howi Widodo)

Solopos.com BOYOLALI — Perempuan berbaju serbahitam, bercadar, dan berkacamata menunjukkan hasil potongan botol Yakult seusai diproses mesin crusher di salah satu rumah produksi pengolah sampah, CV Bina Usaha Mandiri, di Desa Jeron, Kecamatan Nogosari, Kabupaten Boyolali, Kamis (7/3/2024).

Perempuan bernama Siti Aminah itu lalu menunjukkan papan yang diklaim bisa menggantikan marmer berukuran 120 cm x 60 cm terbuat dari daur ulang botol bekas Yakult tersebut kepada Presiden Direktur PT Yakult Indonesia Persada, Hiroshi Kawaguchi, dan Senior Director Company Relations and Promotions PT Yakult Indonesia Persada, Antonius Nababan.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Keduanya hari itu datang untuk meresmikan kerja sama antara PT Yakult Indonesia dengan CV Bina Usaha Mandiri dalam hal pengolahan sampah bekas botol Yakult dari 17 kantor cabang Yakult di Jawa Tengah. Hadir pula beberapa tamu yang diundang dalam acara tersebut.

Siti Aminah adalah pemilik CV Bina Usaha Mandiri. Tak hanya menunjukkan barang olahan yang bisa mengganti marmer, Siti juga membanting barang tersebut dan ternyata tidak pecah.

“Dibanding marmer, barang olahan dari botol Yakult ini menang dari segi kekuatan, tahan banting, kualitas, semua menang ini,” kata dia kepada para tamu undangan.

Sudah ada dua pengusaha yang tertarik untuk membeli kerajinan dari botol bekas Yakult itu. Harga kerajinan pengganti marmer miliknya bakal lebih murah dan tahan lama dibanding barang aslinya.

Siti telah berkecimpung dalam usaha daur ulang sampah sejak 2015. Namun, baru akhir 2023 bertemu perwakilan PT Yakult Indonesia Persada dan ditantang mengolah botol bekas Yakult menjadi barang yang lebih berguna. Siti kemudian mempresentasikan pekerjaannya.

Bantuan Mesin

Seusai presentasi, Siti akhirnya diberi dana bantuan dari PT Yakult Indonesia Persada untuk membeli mesin yang dibutuhkan. Dua mesin yang ia pesan dibuat secara custom untuk memenuhi kebutuhannya mengolah botol bekas Yakult dengan total biaya Rp70 juta.

Ia sempat menemukan mesin dengan kegunaan yang sama di Jerman dengan harga sekitar Rp2 miliar. Proses pengolahan botol bekas Yakult dimulai dari botol bekas yang masih utuh dibersihkan kotoran dan tutupnya. Botol lalu diproses menggunakan mesin crusher untuk dihancurkan berkeping-keping supaya jadi bahan baku.

“Kemudian bahan baku ditimbang sesuai ketebalan, cari satu sentimeter [cm] berapa kilogram sih. Kami eksperimen, ternyata setengah sentimeter [ketebalan papan] butuhnya lima kilogram, dua sentimeter butuh 15 kilogram,” kata dia.

botol bekas yakult
Pekerja memasukkan botol bekas yakult ke mesin untuk didaur ulang di CV Bina Usaha Mandiri, Desa Jeron, Nogosari, Boyolali, Kamis (7/3/2024). (Solopos/Joseph Howi Widodo).

Bahan baku itu selanjutnya dioven untuk dilelehkan. Untuk bahan baku dengan berat 5 kg membutuhkan waktu 15 menit, sedangkan 15 kg membutuhkan waktu sekitar 45 menit hingga meleleh di dalam oven. Setelah meleleh, bahan baku ditaruh di mesin press sekitar 5-10 menit. Kemudian didinginkan lima menit dan selesai.

Papan yang digadang-gadang bisa menggantikan marmer itu adalah papan dengan berat 15 kilogram karena lebih tebal. Ia juga berencana membuat bahan olahan lain seperti meja, kayu, kursi dan sebagainya dari papan yang terbuat dari daur ulang botol bekas Yakult.

Siti menjelaskan harga botol bekas Yakult hanya Rp200-Rp600 per kilogram. Di tangannya, harga botol bekas Yakult bisa mencapai Rp2.000 per kilogram. Selain menerima botol bekas dari perusahaan cabang Yakult se-Jawa Tengah, ia juga mendapatkan pasokan dari mitra bank sampah yang ia beli dengan harga tinggi.

One Line Circulation

Senior Director Company Relations and Promotions PT Yakult Indonesia Persada, Antonius Nababan, mengatakan mencari unit usaha yang bisa mengelola sampah bekas botol Yakult, mengumpulkan dan membuatnya menjadi barang berguna.

Akhirnya ketemu CV Bina Usaha Mandiri yang bisa mengambil botol bekas Yakult di 17 kantor cabang PT Yakult Indonesia Persada se-Jawa Tengah. Anton bersama tim lalu mengunjungi lokasi pencacahan dan melihat setelah itu botol bekas Yakult diolah bisa menjadi apa.

Akhirnya, perusahaannya memutuskan mendukung pembelian mesin untuk CV Usaha Mandiri. PT Yakult Indonesia Persada pun kemudian memercayakan pengolahan sampah botol bekas Yakult dari 17 kantor cabang se-Jawa Tengah ke CV Bina Usaha Mandiri.

Dalam satu bulan, ada sekitar 1,5 ton sampah botol Yakult se-Jawa Tengah yang dikirim ke Siti Aminah. CV Bina Usaha Mandiri punya keunggulan berupa one line circulation. Setelah berkeliling Indonesia, ia baru menemukan satu tempat pengolahan sampah yang bisa bekerja mulai dari membina masyarakat dan bank sampah, mengumpulkan, mengolah, hingga menjadi barang jadi.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Boyolali, Suraji, yang turut hadir dalam acara mengapresiasi kerja sama PT Yakult Indonesia Persada dengan CV Bina Usaha Mandiri. Suraji berharap usaha CV Bina Usaha Mandiri bisa meluas ke sampah selain Yakult.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya