Soloraya
Selasa, 7 November 2023 - 15:24 WIB

Dipertemukan dengan Orang Tua, 9 Pelajar di Sragen yang Hendak Tawuran Nangis

Tri Rahayu  /  Kaled Hasby Ashshidiqy  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Seorang ibu dan anak berpelukan dan menangis saat proses diversi di Mapolres Sragen, Selasa (7/11/2023). (Solopos.com/Tri Rahayu)

Solopos.com, SRAGEN — Sembilan pelajar SMP dan SMK yang merencanakan tawuran pada Sabtu (4/11/2023) lalu akhirnya dikumpulkan bersama orang tua dan guru bimbingan konseling (BK) masing-masing. Pertemuan itu berlangsung di Mapolres Sragen pada Selasa (7/11/2023).

Dalam pertemuan itu, para orang tua dan guru BK diberi pemahaman dan pembinaan anak-anak mereka. Sebelum diserahkan ke polisi, sembilan pelajar itu ditangkap warga di belakang gedung eks Lembaga Pemasyarakatan (LP) Sragen Kota, tepatnya di Kampung Karangdowo, Sragen Tengah, Sabtu malam. Tiga pelajar di antaranya membawa senjata berupa gir motor untuk tawuran.

Advertisement

Di hadapan sembilan pelajar yang ditemani orang tua dan guru BK, KBO Satreskrim Polres Sragen, Iptu Tri Ediyanto, mengatakan apa yang mereka lakukan sudah mengarah pada tindak pidana karena membawa senjata tajam. Polisi memilih langkah diversi atau menyelesaikan persoalan itu di luar proses hukum mengingat para pelaku masih di bawah umur. Tetapi mereka diperingatkan dengan tegas untuk tidak mengulangi perbuatan tersebut.

“Kalau terulang lagi, ingat nama adik-adik semua sudah tercatat di Satreskrim Polres Sragen. Kalau mengulangi atau melakukan tindak pidana lainnya, maka mohon maaf, kami akan memproses sesuai hukum yang berlaku. Sekarang adik-adik kami kembalikan kepada orang tua dan guru untuk pengawasan melekat,” ujar Tri yang mewakili Kapolres Sragen, AKBP Jamal Alam.

Para pelajar itu dikenakan wajib lapor setiap Senin dan Kamis sampai batas waktu yang ditentukan Polres Sragen. “Waktu wajib lapor pada jam pulang sekolah atau tidak mengganggu jam sekolah,” sambung Tri.

Advertisement

Wajib lapor itu diberlakukan untuk memantau perubahan mental para remaja tersebut. Tri berharap pola pikir mereka bisa berubah menjadi lebih dewasa.

Di akhir pertemuan, sembila pelajar itu menyalami orang tua dan guru mereka sembari meminta maaf atas perbuatan mereka. Sebagian besar dari pelajar itu menangis saat menyalami orang tua mereka. Bahkan ada salah seorang ibu yang menangis histeris hingga lemas karena perbuatan anaknya.

Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif