Soloraya
Minggu, 5 November 2023 - 20:17 WIB

Duh! Kasus Guru Lecehkan Murid di Wonogiri Berulang, Ini yang Perlu Dilakukan

Muhammad Diky Praditia  /  Rudi Hartono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi korban pelecehan seksual. (Freepik)

Solopos.com, WONOGIRI–Kasus pelecehan seksual yang diduga dilakukan guru terhadap salah satu siswi SMPN di Kecamatan Jatisrono, Kabupaten Wonogiri menambah panjang daftar kasus serupa di lingkungan pendidikan di Kota Sukses. Satuan tugas (satgas) pencegahan kekerasan seksual di sekolah dinilai mendesak dibentuk.

Berdasarkan catatan Solopos.com, dalam kurun waktu Januari–awal November 2023 saja, tercatat sudah ada empat kasus kekerasan seksual yang dilakukan lima pengajar kepada murid mereka.

Advertisement

Kepala Bidang (Kabid) Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Dinas Pengendalian Penduduk Keluarga Berencana Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPKB P3A) Wonogiri Indah Kuswati mengatakan kasus pelecehan seksual guru salah satu SMPN di Jatisrono, yang dilakukan S, 50, terhadap siswinya, M, 14 menambah catatan buruk dunia pendidikan di Wonogiri.

Dia menyebut kasus pelecehan seksual yang dilakukan seorang pengajar terhadap muridnya itu bukan kali pertama terjadi di Wonogiri.

Advertisement

Dia menyebut kasus pelecehan seksual yang dilakukan seorang pengajar terhadap muridnya itu bukan kali pertama terjadi di Wonogiri.

Kondisi itu sangat memprihatinkan. Sekolah yang mestinya menjadi ruang aman bagi anak atau siswa untuk belajar, bukan malah menjadi sarang predator seksual.

Pihaknya pun geram dengan hal tersebut. Dia menyebut satgas pencegahan kekerasan seksual di sekolah perlu segera dibentuk. Saat ini Dinas PPKB P3A tengah mengkaji hal tersebut.

Advertisement

Dia melanjutkan pembentukan satgas itu diharapkan bisa mencegah kekerasan seksual di satuan pendidikan.

Sebelumnya, Kepala Dinas PPKB P3A Wonogiri, Mubarok menceritakan S melakukan aksi keji itu ketika duduk bersama dengan korban. Semula ketika perjalanan pulang, korban duduk bersama dengan satu teman perempuan di bus. Dalam perjalanan, teman perempuan itu sesak nafas. Akhirnya diperiksakan ke rumah sakit terdekat.

Selesai pemeriksaan, rombongan wisata sekolah itu melanjutkan perjalanan pulang. M yang semula duduk bersama satu teman perempuannya, kala itu berganti duduk dengan S, gurunya. Di perjalanan tersebut, S mencabuli M dengan cara meraba-raba bagian vital korban. Diperlakukan tidak senonoh, korban merasa tidak nyaman dan ketakutan.

Advertisement

“Korban kemudian memberi isyarat kepada kondektur bus agar bisa pindah tempat. Kondektur bus itu paham dan segera memindahkannya,” kata Mubarok.

Setelah sampai rumah, korban menceritakan kejadian itu kepada keluarga. Dia merasa trauma berat sampai tidak mau berangkat sekolah. Menurut Mubarok, korban merasa jijik dan tidak ingin bertemu dengan pelaku di sekolah. Kasus tersebut kemudian mencuat di sekolah dan masyarakat.

Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif