SOLOPOS.COM - Ilustrasi korban pelecehan seksual. (Freepik)

Solopos.com, WONOGIRI–Kasus pelecehan seksual yang diduga dilakukan guru terhadap salah satu siswi SMPN di Kecamatan Jatisrono, Kabupaten Wonogiri menambah panjang daftar kasus serupa di lingkungan pendidikan di Kota Sukses. Satuan tugas (satgas) pencegahan kekerasan seksual di sekolah dinilai mendesak dibentuk.

Berdasarkan catatan Solopos.com, dalam kurun waktu Januari–awal November 2023 saja, tercatat sudah ada empat kasus kekerasan seksual yang dilakukan lima pengajar kepada murid mereka.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Kepala Bidang (Kabid) Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Dinas Pengendalian Penduduk Keluarga Berencana Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPKB P3A) Wonogiri Indah Kuswati mengatakan kasus pelecehan seksual guru salah satu SMPN di Jatisrono, yang dilakukan S, 50, terhadap siswinya, M, 14 menambah catatan buruk dunia pendidikan di Wonogiri.

Dia menyebut kasus pelecehan seksual yang dilakukan seorang pengajar terhadap muridnya itu bukan kali pertama terjadi di Wonogiri.

Kondisi itu sangat memprihatinkan. Sekolah yang mestinya menjadi ruang aman bagi anak atau siswa untuk belajar, bukan malah menjadi sarang predator seksual.

Pihaknya pun geram dengan hal tersebut. Dia menyebut satgas pencegahan kekerasan seksual di sekolah perlu segera dibentuk. Saat ini Dinas PPKB P3A tengah mengkaji hal tersebut.

“Kami segera koordinasikan dengan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan [Disdikbud] untuk membentuk satgas itu. Terutama di SD-SMP yang menjadi wewenang Pemerintah Kabupaten,” kata Indah saat dihubungi Solopos.com, Minggu (5/11/2023).

Dia melanjutkan pembentukan satgas itu diharapkan bisa mencegah kekerasan seksual di satuan pendidikan.

Sebelumnya, Kepala Dinas PPKB P3A Wonogiri, Mubarok menceritakan S melakukan aksi keji itu ketika duduk bersama dengan korban. Semula ketika perjalanan pulang, korban duduk bersama dengan satu teman perempuan di bus. Dalam perjalanan, teman perempuan itu sesak nafas. Akhirnya diperiksakan ke rumah sakit terdekat.

Selesai pemeriksaan, rombongan wisata sekolah itu melanjutkan perjalanan pulang. M yang semula duduk bersama satu teman perempuannya, kala itu berganti duduk dengan S, gurunya. Di perjalanan tersebut, S mencabuli M dengan cara meraba-raba bagian vital korban. Diperlakukan tidak senonoh, korban merasa tidak nyaman dan ketakutan.

“Korban kemudian memberi isyarat kepada kondektur bus agar bisa pindah tempat. Kondektur bus itu paham dan segera memindahkannya,” kata Mubarok.

Setelah sampai rumah, korban menceritakan kejadian itu kepada keluarga. Dia merasa trauma berat sampai tidak mau berangkat sekolah. Menurut Mubarok, korban merasa jijik dan tidak ingin bertemu dengan pelaku di sekolah. Kasus tersebut kemudian mencuat di sekolah dan masyarakat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya