SOLOPOS.COM - Karyawan memasukkan beras yang baru saja digiling ke karung di tempat usaha penggilingan gabah milik Aziz Ubaidilillah di Kopen, Teras, Boyolali, Kamis (7/9/2023). (Solopos/Ni’matul Faizah)

Solopos.com, BOYOLALI — Harga gabah di Boyolali disebut sudah mencapai rekor tertinggi dalam sejarah. Hal itu membuat pengusaha penggilingan gabah merugi. Mereka bahkan harus mengurangi karyawan agar tetap bisa bertahan dan memproduksi beras.

Salah satu pengusaha penggilingan gabah asal Dukuh Sidorejo, Kopen, Teras, Aziz Ubaidillah, mengatakan harga gabah di tingkat petani telah mencapai rekor tertinggi. Harga gabah kering, tutur dia, harganya Rp6.800-Rp7.000 per kilogram (kg).

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

Harga itu melampaui harga gabah tertinggi pada 2022 yang tidak lebih dari Rp6.000 per kg. Kemudian, harga gabah kering giling saat ini mencapai Rp7.700 per kg. Padahal, pada 2022 paling mahal Rp6.800 per kg. Ia menyebut kenaikan harga terjadi sejak Agustus 2023.

“Ini bakal terus tinggi sampai kapan saya enggak tahu. Kalau melihat musim kemarau yang masih panjang, sepertinya masih akan terus naik,” kata dia saat berbincang dengan Solopos.com, Kamis (7/9/2023).

Walaupun harga gabah tinggi, pengusaha penggilingan gabah di Boyolali itu mengatakan tidak bisa serta merta menjual beras dengan harga tinggi karena takut pelanggan akan lari. Harga beras dari penggilingannya, untuk C4 saat ini Rp12.500 per kg.

Kemudian beras membramo Rp13.000 per kg, dan mentik wangi Rp14.000 per kg. Dengan harga gabah yang naik tinggi seperti sekarang ini, seharusnya harga beras C4 dijual Rp13.000 per kg, membramo Rp14.000 per kg, dan mentik wangi Rp15.000 per kg.

Aziz mengatakan sebenarnya ia merugi dengan harga jual beras tersebut. Namun, ia tetap bertahan karena itu adalah penghasilan utamanya.

“Biasanya kan ini saya ada lima karyawan, ini hanya tiga. Untuk mengurangi ongkos produksi, kan jadi lebih murah. Selain itu, bahan yang diolah berkurang. Dulu bisa sehari 6-7 ton, sekarang paling 3 ton gabah,” kata dia.

Untuk menutup kerugian, Aziz harus mengurangi karyawan dan mengandalkan penjualan bekatul. Penjualan bekatul cukup membantu. Ia mencontohkan untuk mengolah gabah 7 ton bisa memperoleh 3-4 ton beras dan 8 kuintal bekatul. Harga katul Rp4.500 per kg.

Aziz mengatakan selain harga gabah tinggi, karena musim kemarau, ia juga kesulitan mencari gabah di Boyolali. Biasanya ia hanya mencari gabah dari daerah Teras, Sawit, Banyudono, Nogosari, dan sejumlah wilayah lain di Boyolali. Namun, saat ini ia harus mencari sampai Delanggu dan Trucuk di Kabupaten Klaten, serta Colomadu di Karanganyar.

Mencari Gabah sampai ke Klaten dan Karanganyar

Beras yang ia produksi juga berkurang. Pada waktu normal, Aziz bisa menjual tiga ton beras per hari. Namun, saat ini hanya satu ton per hari. Ia hanya menjual ke pelanggan tetapnya di kawasan kota Boyolali dan Cepogo.

“Takutnya kalau dijual ke bukan pelanggan itu gampang habis. Pas pelanggan saya meminta kok saya enggak ada, nanti dia lari ke tempat lain,” kata dia.

Sementara itu, Ketua Perkumpulan Pengusaha Beras dan Penggilingan Padi (Perpadi) Jawa Tengah, Tulus Budiyono, mengatakan harga gabah di tingkat petani terus mengalami kenaikan secara perlahan sejak Agustus, termasuk di Boyolali.

“Harga naik pertama karena kemarau yang berkepanjangan, kedua panen sudah menipis, ketiga penggilingan padi terus berusaha untuk ada kegiatan sehingga mencari bahan baku dengan persaingan di sawah, sehingga sangat kompetitif,” kata dia.

Ia menjelaskan para pengusaha penggilingan gabah terus mencari bahan baku dengan harapan agar penggilingan tetap berjalan. Tulus mengatakan saat ini beras telah melampaui harga eceran tertinggi (HET) yang ditetapkan pemerintah senilai Rp12.800 per kg. Harga jual beras kini menjadi lebih dari Rp13.000 per kg.

“Sekarang beras di penggilingan tingkat premium Rp13.000 per kg, dulu hanya Rp12.000-Rp12.500 per kg sudah dapat,” kata dia.

Ia mengatakan petani tetap untuk dengan harga yang tinggi karena harga pembelian pemerintah yang dulu hanya Rp5.600 per kilogram sekarang tembus Rp7.300 per kilogram.

Walaupun begitu, Tulus mengatakan di Boyolali hanya daerah tertentu yang bisa panen karena memiliki sistem irigasi yang bagus. Tulus khawatir harga beras akan terus naik hingga Desember sesuai dengan prediksi kemarau panjang.

Ia pun meminta pemerintah melakukan intervensi agar harga beras tidak naik tajam. “Bahaya ini kalau naik terus, pemerintah harus segera mengatasi. Sampai nanti Desember ini, jadi masih empat bulan berjalan,” kata dia.

“Permintaan kami ke pemerintah segera adakan operasi pasar menggelontorkan cadangan nasional punyanya Bulog untuk memenuhi stok di pasar, penggilingan, dan konsumen,” imbuhnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya