Soloraya
Jumat, 15 Desember 2023 - 18:52 WIB

Gedung Pusat Batik Sukowati Sragen Diresmikan, Banjir Diskon hingga Akhir Bulan

Tri Rahayu  /  Kaled Hasby Ashshidiqy  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Situasi bagian dalam Gedung Pusat Batik Sukowati (PBS) yang diresmikan pada Jumat (15/12/2023). (Solopos.com/Tri Rahayu)

Solopos.com, SRAGEN — Gedung Pusat Batik Sukowati (PBS) berlantai III yang diharapkan menjadi sentra belanja Batik di Kabupaten Sragen diresmikan Dirjen Industri Kecil Menengah dan Aneka (IKMA) Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Reni Yanita, Jumat (15/12/2023).

Gedung yang menghabiskan dana alokasi khusus (DAK) Rp15,5 miliar itu siap beroperasi menjual ribuan batik beragam motif dengan harga terjangkau. Tak cuma itu, ada diskon sampai 25% yang ditawarkan hingga akhir Desember 2023 ini.

Advertisement

Gedung Pusat Batik Sukowati tersebut terhitung paling megah untuk pusat perbelanjaan di Sragen. Gedung ini dilengkapi empat ekskalator. Para pengunjung bisa langsung merasakan kenyamanan tempat belanja begitu melewati pintu gedung berbahan kaca tebal itu.

Suasana sejuk dari air conditioner (AC) dengan ruangan yang luas dan pelayanan yang ramah akan membikin pengunjung nyaman berlama-lama saat memilih motif batik.

Advertisement

Suasana sejuk dari air conditioner (AC) dengan ruangan yang luas dan pelayanan yang ramah akan membikin pengunjung nyaman berlama-lama saat memilih motif batik.

Gedung yang dibangun Dinas Koperasi, Usaha Kecil Menengah, Perindustrian, dan Perdagangan (Diskumindag) Sragen itu dibagi dalam dua pengelolaan. Lantai I dikelola Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) di bawah Diskumindag Sragen. Sedangkan Lantai II dikelola PT Sragen Trade and Investment (Gentrade) milik Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sragen.

Sementara Lantai III digunakan sebagai food court bagi pengunjung yang ingin menikmati kuliner khas Sragen. Bahkan Dikumindag berencana memanfaat atap (roof top) sebagai ruang terbuka alias sambil menikmati sunset dengan pemandangan sawah dari ketinggian.

Advertisement

Cosmas menyebut 139 IKM batik di Sragen itu menyebar di dua sentra batik, yakni di Masaran dan Plupuh. Di sentra batik Masaran terdapat 126 IKM yang menyebar di Desa Sidodadi, Kliwonan, dan Pilang. Sementara di  Plupuh terdapat 13 IKM batik yang menyebar di Desa Pungsari, Jabung, Bukuran, Gedongan, dan Plupuh.

“Kami juga memfasilitasi para IKM itu untuk mendapatkan sertifikasi, seperti sertifikasi batik merek, sertifikasi halal, sertifikasi uji kompetensi, sertifikasi merek, dan seterusnya,” ujarnya.

Para ibu-ibu pejabat langsung menyerbu batik-batik itu karena barangnya bagus-bagus dengan harga terjangkau. Di lantai I, Diskumindag memberi diskon sampai 25%. Di Lantai II, diskon bervariasi antara 10% sampai 25%.

Advertisement

Apresiasi Perhatian Kemenperin

Bupati Sragen, Kusdinar Untung Yuni Sukowati, pun berpesan kepada pengunjung PBS untuk wajib berbelanja. Dalam kesempatan itu ia juga mendampingi Dirjen IKMA Kemenperin Reni Yanita dan Kepala Disperindag Jateng, Ratna Kawuri, melihat-lihat motif batik.

“Saya berharap kepercayaan Kemenperin untuk memberikan dana ke Sragen selama tiga tahun berturut-turut bisa dilestarikan. Bahkan tahun 2024, 2025, dan seterusnya, Sragen terus mendapat perhatian dari Kemenperin. Pada 2022 lalu, ada Factory Sharing (FS) mebel di Gemolong dan sekarang PBS ini. Tahun depan bisa pengembangan PBS ini. Saya titip meskipun saya tidak menjabat lagi, Sragen tetap jadi prioritas dibangun,” pinta Yuni.

Ia menyanjung Dirjen IKMA Kemenperin karena bisa mengubah eks Pasar Nglangon yang awalnya menjadi tempat prostitusi terselubung sekarang menjadi pusat perbelanjaan yang bagus. Yuni memang berupaya mengembangkan Kota Sragen bagian utara menjadi pusat bisnis dan perdagangan. Yuni membuka peluang investasi perhotelan di wilayah Nglangon itu sebagai cikal bakal perekonomian Sragen.

Advertisement

Dirjen IKMA Kemenperin, Reni Yanita, menyampaikan tidak semua kabupaten/kota di Indonesia mendapatkan DAK berkaitan dengan pengembangan IKM. Kebijakan DAK diberikan kepada Sragen karena adanya komitmen yang jelas dan proses bisnis yang berkelanjutan.

“Jangan sampai gedung ini dibangun tetapi tidak dibutuhkan. Gedung ini bermanfaat atau tidak tergantung dari proses bisnis apa yang dijalankan. Kalau batik memang menjadi warisan budaya yang dijaga kelestariannya. Harapan saya, Sragen ini menjadi contoh bagi daerah lain untuk melihat proses bisnisnya seperti apa,” harapnya.

Menurutnya membatik berbeda dengan industri manufaktur. Mayoritas pelaku IKM batik adalah kaum perempuan. “Di 2023 ini sebaran sentra IKM di Indonesia itu ada 201 sentra yang menyebar di 11 provinsi, salah satunya di Sragen. Kami berharap Sragen ini bisa menciptakan motif tersendiri kemudian di-branding pusat. Dari ratusan sentra IKM itu paling banyak di Jawa Tengah, yakni 72 Sentra IKM batik. Ini menjadi kompetitor tersendiri,” ujarnya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif