SOLOPOS.COM - Empat pelajar dari berbagai sekolah maju ke depan saat berdialog dengan Bupati Sragen Kusdinar Untung Yuni Sukowati di Gedung Olahraga SMKN 2 Sragen, Rabu (1/11/2023). (Solopos.com/Tri Rahayu)

Solopos.com, SRAGEN — Generasi Z yang lahir antara 1997-2012 merupakan potensi pemilih pemula pada Pemilu 2024. Para pelajar SMA dan SMK ini menjadi bagian dari generasi Z yang akan menggunakan hak pilihnya untuk kali pertama dalam pesta demokrasi yang dihelat tahun depan.

Agar tak gagap, ratusan pelajar SMA dan SMK di eks-Kawedanan Sragen dari 13 sekolah dikumpulkan di Gedung Olahraga SMKN 2 Sragen untuk mengikuti pendidikan politik, Rabu (1/11/2023). Pendidikan politik tersebut dikemas dalam acara Bupati Mengajar dengan tema Gotong-royong Merawat Eksistensi NKRI Melalui Pendidikan Kebhinekaan, Politik, dan Demokrasi Bagi Siswa SMA/SMK Kabupaten Sragen.

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

Bupati Mengajar itu diinisiasi Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Sragen agar para pemilih pemula melek politik. Harapannya, dengan meningkatnya pemahaman mereka terhadap politik, jug semakin meningkatkan partisipasi pemilih pada Pemilu 2024 yang ditargetkan mencapai 79,5%.

Bupati Kusdinar Untung Yuni Sukowati hadir memberi materi pendidikan politik. Ia ditemani anggota DPRD Jawa Tengah dari PDIP yang juga adik kandung Bupati, Untung Wibowo Sukawati.

Komisioner Komisi Pemilihan Umum (KPU) Sragen, Mukhsin, menyampaikan ada 760.294 pemilih pada Pemilu 2024 nanti. Mereka terbagi dalam lima generasi, dari baby boomers hingga generasi Z alias Gen Z. Komposisinya, pemilih dari Gen Zs ebanyak 148.314 orang atau 19,51%.

Pemilih paling banyak ada dari generasi milenial (lahir 1981-1996) yang mencapai 29,97% atau 227.854 orang. Pemilih terbanyak kedua, berasal dari generasi X (lahir 1965-1980) yang jumlahnya 28,62% atau 217.615 orang.

Sementara generasi baby boomers (1945-1964) sebanyak 142.354 orang atau 18,72%. Terakhir, generasi pre-boomers (lahir sebelum 1945) sebanyak 24.157 orang atau 3,18%.

Seorang siswi bernama Nuriyah ditanya Bupati siapa tiga nama calon presiden yang akan berkompetisi dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024. Nuriyah pun menjawa ada Prabowo Subianto, Anies Baswedan, dan Ganjar Pranowo. Kemudian Yuni, sapaan Bupati, menanyakan tentang pilihannya. Nuriyah tak memberikan nama, namun memastikan sudah memiliki pilihan.

“Kalau diberi uang Rp100.000, bisa berubah tidak?” tanya Yuni.

?Nuriyah menjawab, “Tidak!”

Yuni kembali bertanya, “Kalau diberi uang Rp1 juta, kira-kira berubah tidak pilihannya?”

“Insyaallah tidak!” kata Nuriyah kukuh.

“Baiklah, kalau diberi laptop bagaimana?” desak Yuni.

Nuriyah tetap teguh dengan pilihan. “Insyaallah, tidak [berubah]!”

Faktor Usia

Pada materi berikutnya, Yuni mengajukan pertanyaan untuk mengetahui apakah usia calon presiden mempengaruhi  pilihan para pelajar. Dia memberi ilustrasi calon pemimpin yang muda biasanya lebih satset atau cepat, sedangkan  calon pemimpin yang tua  lebih bijaksana dan ngayomi.

“Kalau menurut kalian [para pelajar] pilih yang muda atau yang tua atau tidak berdasarkan usia?” tanya Yuni.

Seorang pelajar dari SMAN 1 Sragen, Joe, mengaku tidak berpengaruh pada usia karena yang tua belum tentu maksimal dan yang muda belum punya pengalaman. Dia menyatakan akan memilih berdasarkan track record para calon pemimpin di pemerintahan.

Hal senada diutarakan siswa SMAN 2 Sragen, Janu Triwibowo. Ia mengatakan akan memilih calon pemimpin berdasarkan rekam jejak, pengalaman, dan tanggungjawabnya.

Dari situ, Yuni bisa menyimpulkan bahwa para pelajar merupakan pemilih pemula yang rasional karena memilih berdasarkan rekam jejak, bukan berdasarkan usia. Yuni mendorong kepada para generasi Z supaya bisa melakukan profiling terhadap rekam jejak masing-masing calon presiden.

Ketiga capres Disebut nya sama-sama memiliki pengalaman di pemerintahan. Ganjar Pranowo pernah menjabat Gubernur Jawa Tengah, Prabowo Subianto menjadi Menteri Pertahanan, dan Anies Baswedan juga pernah menjadi Gubernur DKI Jakarta.

“Kenapa generasi Z ini seolah diuplek-uplek menjelang Pemilu 2024? karena jumlah pemilih yang masuk pada generasi Z dan generasi milenial paling banyak di Indonesia, yakni 56,45% dari total hak pilih. Saya ingin generasi Z memiliki idealisme,” ujarnya.

Yuni mengakui anak-anak generasi Z di Sragen berani mengungkapkan pendapat. Mereka menjadi aset bangsa yang luar biasa dan masih memiliki idealisme. Bupati mengaku senang mereka mereka menunjukkan adanya secercah harapan bangsa di tengah demokrasi masa kini yang pragmatis. Merekalah generasi emas di 2045 mendatang.

“Saya ingin membangun generasi muda di Sragen yang melek politik, tidak apatis pada politik, sehingga mereka harus belajar politik. Ternyata mereka paham betul, diiming-imingi Rp100.000, Rp1 juta, dan laptop pun tak mempan untuk mempengaruhi pilihan mereka. Ini luar biasa,” katanya.

Kepala Badan Kesbangpol Sragen, Sutrisna, menyampaikan pendidikan politik ini akan terus bergulir di tiga eks-kawedanan lainnya, seperti Gondang, Gemolong, dan Tangen. “Pendidikan politik ini kami lakukan untuk meningkatkan partisipasi politik di 2024 mendatang yang ditargetkan bisa mencapai 79,5%. Jumlah pelajar paling banyak ya di eks-Kawedanan Sragen karena sekolahnya paling banyak. Rata-rata mereka sudah memiliki pemahaman tentang pemilu dan mereka merupakan pemilih rasional,” ujarnya.



Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya