SOLOPOS.COM - Kondisi cuaca ekstrem hujan disertai angin kencang dan berkabut di Selo, Boyolali, yang oleh masyarakat setempat disebut grubugan, Jumat (19/1/2024). (Solopos/Ni'matul Faizah)

Solopos.com, BOYOLALI — Dua hari dua malam suasana wilayah Kecamatan Selo, Boyolali, dilanda hujan, angin kencang, dan berkabut. Warga setempat biasa menyebut kondisi cuaca ekstrem tersebut dengan sebutan grubugan.

Kapolsek Selo, Iptu Kiryanto, juga menyebutkan kata itu ketika menyebut kondisi cuaca yang terjadi di Selo dua hari terakhir. Namun, saat ditanya lebih jauh mengenai istilah tersebut, Kiryanto mengaku tidak tahu pasti istilah tersebut dipakai sejak kapan.

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

Ia mengaku hanya tahu masyarakat Selo menyebut cuaca ekstrem hujan, angin, disertai kabut dengan istilah grubugan. “Masyarakat sini bilang musim angin, kabut, dan disertai hujan. Untuk tahun-tahun lalu minimal satu pekan,” kata dia saat berbincang dengan wartawan di Polsek Selo, Jumat (19/1/2024) sore.

Dampak dari grubugan di wilayah Selo, Boyolali, tutur dia, bangunan yang kurang kuat termasuk asbes, galvalum, dan tenda-tenda warung angkringan bisa saja terangkut oleh kekuatan anginnya.

Mengenai kejadian longsor di jalur Solo-Selo-Borobudur (SSB) wilayah Selo, Boyolali, Jumat pagi, ia menjelaskan salah satu penyebabnya juga karena grubugan yang tidak berhenti selama dua hari dua malam. Akibatnya tanah menjadi terlalu banyak air kemudian longsor.

Grubugan sendiri itu angin yang tiada henti dari hari ke hari, arah anginnya juga bolak-balik tidak stabil,” jelas dia. Selama musim grubugan, Kiryanto mengimbau warga yang melintas di jalur Solo-Selo-Borobudur untuk lebih berhati-hati.

Terlebih di wilayah Selo terdapat banyak tebing yang tidak menutup kemungkinan terjadi tanah longsor jika curah hujan tinggi. “Selain itu, kabut juga sangat tebal sehingga jarak pandang sangat dekat, kadang hanya 5-7 meter,” kata dia.

Sebelumnya, Kiryanto menyebut kejadian longsor di Selo baru kali pertama terjadi pada Jumat itu. Ia menyebutkan ada beberapa bagian tebing yang longsor. Namun, yang terbesar pada awal 2024 berada di jalur SSB wilayah Lencoh, Selo, Boyolali.

Longsor tersebut sempat membuat jalur SSB tidak bisa dilewati kendaraan baik dari arah Solo dan Magelang. Kiryanto mengungkapkan jalan baru bisa dilewati sekitar pukul 12.30 WIB dengan sistem bergantian satu jalur.

Sedangkan dua mobil yang sempat jatuh ke ladang akibat terseret material tebing longsor di jalur SSB wilayah Selo, Boyolali, itu bisa dievakuasi sekitar pukul 12.15 WIB.

Ia menyebut longsor juga terjadi di jalur alternatif Tritis, Selo, namun skalanya tidak terlalu besar dan sudah bisa dikondisikan. Selain itu, longsor terjadi di daerah Samiran yang skalanya juga tidak besar.

“Sebelumnya di Selo sudah dua hari dua malam ada hujan, angin, dan kabut. Orang biasa menyebut cuaca ekstrem, akan tetapi orang Selo menyebut grubugan yaitu cuaca hujan, angin, dan berkabut,” jelas dia kepada wartawan di sekitar Polsek Cepogo, Jumat siang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya