SOLOPOS.COM - Tokoh masyarakat menuangkan gulai kambing yang menjadi hidangan wajib pada tradisi bersih Sendang Sinongko, Desa Pokak, Kecamatan Ceper, Klaten, Jumat (15/9/2023) siang. (Solopos/Taufiq Sidik Prakoso)

Solopos.com, KLATEN — Tradisi Bersih Sendang Sinongko di Desa Pokak, Kecamatan Ceper, Klaten, kembali digelar pada 2023 ini setelah beberapa tahun absen akibat pandemi Covid-19. Tradisi sebagai ungkapan syukur atas limpahan hasil panen tersebut sudah berlangsung secara turun temurun.

Gulai kambing, ingkung ayam, serta nasi tumpeng menjadi hidangan khas yang wajib ada pada tradisi itu untuk dinikmati warga bersama-sama di sekitar sendang. Kisah Pak Tani dan mimpinya diyakini menjadi asal mula munculnya tradisi itu.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Cerita itu tentang mimpi Pak Tani itu dibacakan Kadus Tegalduwur, Desa Pokak, Ceper, Klaten, Apriliana, saat acara bersih Sendang Sinongko, Jumat (15/9/2023). Cerita itu berasal dari dedongengan yang dikumpulkan dari beberapa narasumber.

Pada zaman dahulu ada salah satu kadipaten di Pusaran Nagari yang pusat pemerintahannya berada di Dusun Perdikan. Kadipaten itu kemudian disebut Kadipaten Dusun Perdikan dan dipimpin Ki Singodrono dengan patihnya Ki Erokopo, Keduanya wafat dan muksa di sekitar sendang.

Pada suatu hari di musim kemarau, seorang petani mengerjakan sawahnya di dekat Sendang. Karena kelelehan, Pak Tani beristirahat di bawah pohon yang rindang di dekat sendang.

Begitu lelahnya hingga Pak Tani setengah tertidur. Dia kemudian mendengar suara seseorang. “Ki Petani, kamu mengerjakan sawah sampai melewati batas waktu, maksudmu supaya hasil sawahmu banyak dan melimpah, dapat untuk mencukupi kebutuhan keluargamu dan keluargamu dapat hidup sejahtera. Ingatlah supaya panenmu mulai musim kemarau ini dan seterusnya dapat menghasilkan yang banyak dan baik, nanti setelah panen ini hendaknya kamu mengadakan sesaji atau syukuran di sendang ini berwujud nasi tumpeng, memotong kambing, dan dimasak bumbu becek dengan minuman dawet,” suara yang didengar Pak Tani.

Pak Tani dalam cerita Tradisi Bersih Sendang Sinongko di Ceper, Klaten, itu kemudian merenungkan perkataan dari suara yang dia dengar. Dia pun teringat tempat yang dia gunakan untuk istirahat merupakan bekas peninggalan Kadipaten Dusun Perdikan yang dipimpin Ki Singodrono dengan patihnya Ki Erokopo.

bersih sendang sinongko klaten
Gulai kambing dan ingkung ayam menjadi hidangan wajib pada acara Bersih Sendang Sinongko, Desa Pokak, Ceper, Klaten, Jumat (15/9/2023). (Solopos/Taufiq Sidik Prakoso)

Pak Tani kemudian melakukan sujud syukur dan memohon kepada Sang Pencipta supaya hasil panen di musim itu berhasil baik. Selanjutnya sehabis panen musim kemarau tepatnya pada Jumat Wage, Pak Tani mengadakan syukuran seperti apa yang diamanatkan oleh suara tanpa wujud yang ia dengar saat istirahat di bawah pohon di dekat sendang.

Ungkapan Rasa Syukur

Setelah semua itu dilaksanakan, tanamannya tumbuh subur dan panennya berhasil dengan baik. “Berdasarkan cerita dongeng itu, kemudian menjadi keyakinan dan kepercayaan masyarakat Desa Pokak dari zaman nenek moyang hingga saat ini setiap habis panen padi musim kemarau hari Jumat Wage, masyarakat mengadakan syukuran bersih Sendang Sinongko,” kata Aprilia.

Tradisi Bersih Sendang Sinongko di Pokak, Ceper, Klaten, tahun ini digelar pada Jumat (15/9/2023) siang. Warga berdatangan ke kawasan sendang untuk mengikuti rangkaian tradisi itu.

Sebagian membawa tenong yang di dalamnya berisi ingkung ayam, nasi tumpeng, serta aneka lauk-pauk. Di dalam tenong terdapat wadah kosong yang nantinya menjadi tempat gulai kambing yang sudah dimasak.

Ada 13 ekor kambing yang disembelih untuk dimasak jadi gulai kambing pada tradisi bersih sendang tahun ini. Jumlah kambing yang disembelih dari tahun ke tahun berbeda. Pada 2012, jumlah kambing yang disembelih mencapai 103 ekor sedangkan ayamnya sampai 2.000 ekor.

Kasi Kesra dan Pelayanan Desa Pokak, Kecamatan Ceper, Klaten, Surono, mengatakan bersih sendang itu digelar sebagai ungkapan rasa syukur kepada Yang Maha Kuasa atas limpahan hasil panen. Tradisi itu sudah berlangsung secara turun temurun dan biasanya digelar saat panen di musim kemarau.

“Hari pelaksanaan pasti mengambil hari Jumat Wage. Untuk bulannya kalau tidak di Agustus ya September,” kata Surono saat ditemui di sela kegiatan.

Sebelum puncak tradisi yang digelar pada Jumat Wage, Surono mengatakan ada rangkaian kegiatan yang digelar. Seperti pembersihan area sendang yang airnya untuk irigasi persawahan. Selain itu ada kirab budaya.

Tradisi itu memiliki ciri khas dengan menghidangkan menu gulai kambing serta ingkung. Selain itu, ada menu minuman berupa dawet. Sajian itu wajib dihidangkan saban tradisi digelar.

Surono mengatakan tahun ini menjadi pelaksanaan perdana selepas pandemi Covid-19. Sebanyak  13 kambing disembelih warga dan kemudian diolah menjadi gulai untuk dinikmati bersama-sama. Kambing yang disembelih berasal dari pemerintah desa serta warga.

“Kambing yang disembelih itu dibuat gulai untuk dinikmati di sini di sekitar sendang. Ingkung juga dinikmati di sini ada juga yang dibawa pulang,” jelas Surono.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya