SOLOPOS.COM - Pengageng Parentah Keraton Solo, KGPH Dipokusumo atau yang biasa disapa Gusti Dipo (tengah) ketika menjadi pemateri dalam acara Jagongan Budaya di Baron House Coffee & Eatery, Laweyan, Solo, Sabtu (27/4/2024). (Solopos.com/Dhima Wahyu Sejati)

Solopos.com, SOLO—Pengageng Parentah Keraton Solo, KGPH Dipokusumo atau yang biasa disapa Gusti Dipo, membahas posisi Keraton Solo jika dijadikan destinasi wisata. Gusti Dipo juga memberikan catatan terkait pariwisata di Kota Solo.

Salah satu catatan yang diberikan adalah bagaimana memposisikan Keraton Solo sebagai objek wisata agar tidak kehilangan marwahnya. Dia mengingatkan bahwa keraton awalnya dibangun bukan untuk pariwisata.

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

“Jangan lupa bahwa Keraton dibangun bukan untuk pariwisata, nyuwun sewu jenengan orang Jawa masuk Keraton bayar, apakah begitu caranya,” kata dia ketika menjadi pemateri dalam acara jagongan budaya di Baron House Coffee & Eatery, Laweyan, Solo, Sabtu (27/4/2024).

Menurutnya Keraton Solo memang akan lebih terawat dan berkembang jika dijadikan tempat destinasi wisata. Namun yang juga perlu diperhatikan adalah marwah kasunanan itu sendiri.

“Keraton dikembangkan ke pariwisata pasti kopen [terawat] ning ora kajen [tapi tidak terhormat]. Terawat tapi tidak terhormat,” kata dia.

Saat ini dia mengatakan ada 20 plus 1 kegiatan budaya di Keraton yang sudah menjadi warisan budaya tak benda (WBTB) tingkat nasional.

“Kembali lagi, kalau itu [Keraton Solo] menjadi daya tarik wisata bagaimana konsepnya, ada istilah culture heritage tourism, yakni peninggalan sejarah yang menjadi daya tarik wisata,” kata dia.

Dia mengatakan dalam mengelola warisan budaya tak benda perlu adanya pengelolaan yang tepat. Salah satunya dengan cara memperhatikan cost benefit product atau manfaatnya bagi masyarakat.

“Bukan profit, tapi benefitnya, sejauh mana kegiatan kebudayaan itu bermanfaat bagi masyarakat,” kata dia.

Dalam menata pariwisata di Solo, ke depannya Gusti Dipo menekankan agar memperhatikan juga tata ruang,  para pelaku pariwisata, dan stakeholder.

Gusti Dipo dalam paparannya secara umum mengatakan mengatakan dalam membangun Kota Solo diperlukan visi yang jelas. Menurutnya membangun kota dan membangun masyarakat dua hal yang berbeda. Dia menegaskan pembangunan keduanya harus seiring.

“Dalam membangun kota perlu ada konsistensi, komitmen, dan networking,” kata dia dalam pemaparannya, Sabtu.

Arus Bawah Solo (ABS) mengadakan jagongan budaya di Baron House Coffee & Eatery Space, J1. Srinarendra No. 3, Bumi, Laweyan Solo, Sabtu (27/4/2024). Diskusi itu menghadirkan Pengageng Parentah Keraton Solo, KGPH Dipokusumo dan Pemerhati Budaya Kota Solo, Mufti Raharjo sebagai narasumber.

Tema yang diangkat yakni Menjaga Pluralisme Kota: Dengan tetap Menjunjung Nilai-Nilai Budaya dan Sejarah dalam Menapaki Kemajuan Industri Pariwisata Kota Solo.

 

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya