SOLOPOS.COM - Kapolres Karanganyar, AKBP Jerrold Hendra Yosef Kumontoy. (Solopos.com/Indah Septiyaning Wardani)

Solopos.com, KARANGANYAR — Kepastian apa penyebab meninggalnya siswa SMP Negeri 5 Karanganyar, Wildan Ahmad, saat latihan silat akhirnya terungkap. Hasil autopsi tim forensi kepolisian di RSUD dr Moewardi Solo menyebutkan korban meninggal dunia akibat organ vitalnya mengalami trauma akibat pukulan berulang-ulang.

Dengan keluarnya hasil autopsu tersebut, Polres Karanganyar segera menggelar rekonstruksi kasus penganiayaan yang menggegerkan publik Bumi Intanpari itu.

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

“Dari hasil autopsi yang kami terima, penyebab kematian korban meninggal karena trauma dipukul yang mengakibatkan luka di organ vital seperti pankreas, ginjal, dan hati,” kata Kapolres Karanganyar, AKBP Jerrold Hendra Yosef Kumontoy, dijumpai di Mapolres Karanganyar pada Rabu (29/11/2023).

Ia mengatakan rekonstruksi akan digelar secepatnya untuk melihat lebih jelas kasus ini. Namun lantaran terdapat tiga pelaku masih di bawah umur, polisi mempertimbangkan akan menggunakan peran pengganti dalam rekonstruksi tersebut. Saat ini, polisi telah menahan lima tersangka dalam kasus meninggalnya Wildan Ahmad, 14, pada Minggu (26/11/2023).

Dari kelima tersangka itu, dua di antaranya dewasa dan tiga masih anak-anak. Mereka dijerat pasal pengeroyokan dan UU Perlindungan Anak dengah ancaman hukuman 15 tahun penjara.

Kelima tersangka merupakan senior korban. Mereka ditetapkan sebagai tersangka setelah penyidik menemukan cukup bukti mengenai aksi pengeroyokan hingga menyebabkan korban meninggal dunia. “Para pelaku menggunakan tangan kosong untuk memukul korban hingga meninggal dunia,” katanya.

Seperti diberitakan, kabar duka menyelimuti pasangan Suparno, 56, dan Giyarti, 47, pada Minggu (26/11/2023). Putra ketiganya, Wildan Ahmad, 14, meninggal dunia dengan cara yang tragis. Siswa Kelas IX D SMPN 5 Karanganyar itu meregang nyawa saat mengikuti latihan pencak silat Pagar Nusa pada Minggu sore.

Korban tergeletak jatuh tak sadarkan diri sambil mengorok setelah menerima tendangan dan pukulan para seniornya. Beberapa rekan korban sempat berupaya menolongnya dengan memberi minum. Kondisi korban malah tak membaik. Saat dipegang, tangan korban terasa dingin dan detak jantungnya tak lagi terasa.

Sempat dilarikan ke IGD RSUD Karanganyar, nahas, nyawa korban tak tertolong. Saat itu waktu menunjukkan pukul 19.45 WIB.

Beberapa jam sebelumnya, tepatnya sekitar pukul 15.00 WIB, korban mengikuti latihan pencak silat. Lokasi latihan tak jauh dari rumahnya yakni di halaman SDN 2 Cangakan, Kecamatan Karanganyar, Kabupaten Karanganyar. Anak bungsu itu merupakan siswa baru perguruan pencak silat tersebut.

Ada aturan bahwa siswa baru harus membawa empat siswa baru lain saat latihan. Rupanya korban tak bisa melaksanakannya sehingga mendapat hukuman.

Oleh seniornya korban diminta memasang posisi kuda-kuda sambil mengambil napas dan menahannya. Lalu di saat itu sejumlah seniornya melayangkan tendangan dan pukul ke arah korban.

Penganiayaan itu terjadi sekitar pukul 16.00 WIB. Tak kuat menerima sejumlah pukulan dan tendangan, korban pun jatuh tersungkur dan ngorok.

Kedua orang tua korban sempat mendatangi lokasi latihan begitu mendapat laporan Wildan tak sadar. Mereka lantas membawa korban ke RSUD Karanganyar. Namun nyawa korban akhirnya tak tertolong.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya