SOLOPOS.COM - Kapolres Wonogiri, AKBP Muhammad Indra Waspada Amirullah, menginterogasi tersangka pembunuhan terhadap dua warga asal Jatipurno, Wonogiri dan Klaten saat konferensi pers di Mapolres Wonogiri, Sabtu (9/12/2023). (Solopos/Muhammad Diky Praditia)

Solopos.com, WONOGIRI — Tersangka pembunuhan berantai di Dusun Ciman, Desa Semagar, Kecamatan Girimarto, Kabupaten Wonogiri, Sarmo, 35, mengaku membunuh dua rekannya karena kesal dan tertekan ditagih utang korban. Sarmo sempat menghancurkan dan membakar jenazah salah satu korban yang dibunuh untuk menghilangkan jejak.

Sarmo yang dihadirkan polisi dalam konferensi di Mapolres Wonogiri, Sabtu (9/12/2023) kepada wartawan mengatakan telah membunuh warga Klaten, Agung Santoso, pada November 2021. Sarmo dan Agung memiliki hubungan kerja di bidang penggergajian kayu. Agung menyertakan modal dalam usaha yang dikelola Sarmo.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Pembunuhan itu dilakukan Sarmo karena ia merasa tertekan atas tuntutan dari korban untuk memberikan uang hasil usaha itu. “Dia [Agung] tidak menerima kenyataan kalau saat itu usahanya memang lagi sepi. Saya dipojokkan terus. Kalau lagi ramai bagi hasilnya memang selalu penuh. Tetapi [saat itu] karena usahanya lagi sepi jadi tidak bisa bagi hasil banyak. Dia tidak bisa menerima, mintanya penuh terus,” kata Sarmo.

Selain menagih, lanjut Sarmo, korban menuduhnya tidak bekerja dengan baik bahkan disebut melakukan korupsi sehingga usaha tersebut tidak berjalan optimal. Di sisi lain, korban meminta usaha penggergajian itu dipindahkan ke Klaten. Tersangka mengaku kesal dengan perlakuan korban yang menunjuk-nunjuk kepala sembari mengumpat kepadanya.

Dalam keadaan tertekan itu, Sarmo kemudian pergi dari tempat penggergajian kayu menuju ke gubuk. Gubuk itu dekat dengan tempat usaha penggergajian kayu yang dia kelola. Setelah 10 menit kemudian Agung menyusul Sarmo. Di sana, Sarmo memberikan air mineral yang sudah ia masukkan racun potasium sianida kepada Agung yang saat itu tampak kelelahan.

“[Saya] tidak merencanakan sama sekali pembunuhan itu. Apotas itu sudah lama di jok saya, dulu saya pakai untuk racun serangga. Ketika sampai di gubuk, terus saya buka jok mau merokok, kebetulan di jok itu ada apotas. Dari situ saya baru kepikiran buat meracuni Pak Agung,” jelas dia.

Sarmo menceritakan beberapa setelah minum air beracun itu Agung meninggal dunia. Sarmo kemudian membawa jenazah agung ke tegalan yang berjarak sekitar 1 kilometer dari gubuk itu. Dia memanggul jenazah korban sampai ke ladang dan menguburnya di sana. Korban dikubur di lubang yang semula digunakan untuk tampungan air.

Sarmo juga mengaku telah membunuh warga Jatipurno, Sunaryo, karena kesal selalu ditagih uang gadai mobil. Sarmo menggadaikan mobil Daihatsu Granmax kepada Sunaryo senilai Rp48 juta. Sunaryo alias Kiyek menagih Sarmo untuk menebus mobil itu karena sudah melebihi jatuh tempo.

Pelaku kerap ditagih Sunaryo. Saat menagih, Sunaryo menuding korban sering menggunakan kata-kata yang menyakiti hatinya dan menuduh dia tidak bisa dipercaya.

Pada Rabu (27/4/2022), Sarmo meminta korban untuk datang menemuinya di rumah dengan mengendarai mobil yang digadai tersebut. Di rumah itu Sarmo memberikan uang tebusan mobil yang digadaikan kepada Sunaryo. Setelah itu, Sunaryo meminta kepada Sarmo untuk mengantarnya pulang di Jatipurno.

Sebelum diantar pulang, Sarmo mengajak korban mampir ke angkringan di Kecamatan Girimarto. Di sana, Sarmo memberikan racun potasium sianida pada es teh Sunaryo. Tidak berselang lama setelah minum es eth beracun Sunaryo mengaku pusing.

Dalam keadaan pusing itu, Sarmo meminta Sunaryo untuk masuk mobil dan diajak jalan-jalan di sekitar Kecamatan Girimarto. Setelah meninggal dunia, Sarmo kemudian mengubur jenazah korban tepat di bawah tempat tidurnya di usaha penggergajian di Dusun Ciman. Jenazah Sunaryo dikubur tidak menggunakan tanah melainkan serbuk kayu bekas penggergajian.

“Jenazah Kiyek saya kubur selama tiga bulan. Tetapi beberapa kali aparat polisi memeriksa ke atas [tempat penggergajian], saya jadi panik. Dari kepanikan itu, saya berinisiatif untuk menghilangkan jejak dengan cara membakarnya,” kata Sarmo.

Sebelum dibakar, Sarmo mengaku menumbuk bagian-bagian tubuh Sunaryo menggunakan kayu jati. Proses menumbuk dan membakar jenazah itu dilakukan selama lima jam. Ia membakar jenazah korban menggunakan kayu dan ban bekas.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya