SOLOPOS.COM - Para pedagang Pasar Purwo Raharjo yang sebelumnya bernama Pasar Babadan, Desa Teloyo, Kecamatan Wonosari, Klaten, menggelar tumpengan dan doa bersama sebelum pindahan, Senin (19/2/2024). (Solopos.com/Taufiq Sidik Prakoso)

Solopos.com, KLATEN — Pedagang Pasar Babadan, Desa Teloyo, Kecamatan Wonosari, Klaten, yang nantinya berubah nama jadi Pasar Purwo Raharjo menggelar tumpengan, Senin (19/2/2024). Acara itu mengawali rangkaian pindahan pedagang dari pasar darurat ke pasar yang dibangun Pemkab Klaten pada tahun lalu.

Rangkaian acara tumpengan dan doa bersama itu diawali dengan kirab. Mereka mengirab tujuh tumpeng gudangan dari pasar darurat menuju pasar baru. Iring-iringan kirab yang diiringi reog itu mengitari kompleks bangunan pasar yang baru.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Para pedagang bersama pemerintah desa serta tokoh masyarakat menggelar doa bersama. Kegiatan pagi menjelang siang itu juga dihadiri perwakilan dari Kecamatan Wonosari. Seusai doa bersama, warga bancakan menikmati sajian menu nasi gudangan dari tumpeng yang sebelumnya dikirab.

“Kegiatan hari ini pada intinya doa bersama dengan harapan supaya aman, tenteram tidak ada kendala di kemudian hari,” kata Kepala Desa (Kades) Teloyo, Purwanto, saat ditemui Solopos.com di sela acara.

Para pedagang eks Pasar Babadan, Teloyo, Klaten, itu baru mulai pindahan pada awal Maret 2023 mendatang. Rencananya, ada pembagian kios dan los tempat masing-masing pedagang berjualan pada Kamis (22/2/2024).

Sebelum pedagang pindah ke pasar yang baru, pedagang menggelar pentas wayang dakwah pada Senin (26/2/2024) malam. “Setelah itu pedagang tata-tata [persiapan pindah],” kata Purwanto.

Berdasarkan data sementara ada 172 pedagang los dan 17 pedagang kios yang akan menempati pasar tersebut. “Mereka merupakan pedagang lama. Kalau total ada 250 pedagang. Kekurangannya sudah dibuatkan los-los baru,” jelas dia.

Dia berharap dengan bangunan baru pasar yang sebelumnya bernama Pasar Babadan itu bakal semakin menyejahterakan pedagang dan masyarakat. Tak hanya itu, dia berharap pasar tersebut bisa menambah pendapatan asli desa (PAD) Teloyo, Wonosari, Klaten.

Sekretaris Kecamatan Wonosari, Guntur Sri Wijanarko, mengajak seluruh pedagang bersama-sama ikut menjaga dan merawat bangunan pasar mulai dari kebersihan, keamanan, dan lain-lain. Dia meyakini pasar tradisional tetap eksis di tengah kemajuan teknologi.

Sebagai informasi, Pasar Purwo Raharjo dibangun Pemkab Klaten dengan pagu anggaran Rp2,5 miliar dari APBD Klaten. Pasar yang sebelumnya bernama Pasar Babadan dibangun setelah proses hukum sengketa lahan pasar itu rampung dan dimenangi Pemerintah Desa (Pemdes) Teloyo.

Proses sengketa sempat membuat pedagang kesulitan berjualan karena pasar sempat dipagari pada 2018 lalu. Alhasil, pedagang dibuatkan pasar darurat di Subterminal Wonosari, Desa Teloyo, Kecamatan Wonosari. Lokasinya berada di seberang Pasar Babadan.

Salah satu pedagang, Madiyono, 61, mengatakan bangunan pasar saat ini jauh lebih bagus. Dia berharap pedagang bisa lebih nyaman dan tenang menempati pasar baru. “Tempatnya lebih bagus. Insyaallah ke depannya lebih maju lagi,” kata pedagang kuliner tersebut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya