SOLOPOS.COM - Ilustrasi menikah. (Freepik)

Solopos.com, SOLO–Data Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Pelindungan Anak serta Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) Solo 2023 menunjukkan keisutsertaan peserta program konsultasi pranikah calon pengantin (Sultanikah Capingan) menurun 36% atau 614 orang dari 2022 sebanyak 1.705 peserta.

Sementara jika dihitung secara global berdasarkan data dari Kementerian Agama (Kemenag) Solo 2023, total ada 3.051 pernikahan dan yang mengikuti Sultanikah Capingan hanya 1.091.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Artinya persentase keikutsertaan calon pengantin untuk berkonsultasi dengan DP3AP2KB melalui program Sultanikah Capingan hanya 35,8% saja dan sebanyak 64,2% atau 1.960 calon pengantin lainnya tidak mengikuti program ini.

Sultanikah Capingan merupakan program Pemkot Solo sejak tahun 2020 berupa pelayanan kepada calon pengantin yang akan melangsungkan pernikahan, dalam bentuk pemberian informasi, edukasi, dan komunikasi secara gratis.

Materi yang diberikan meliputi pembangunan keluarga, penanaman nilai-nilai fungsi keluarga, kesehatan reproduksi, dan keluarga berencana.

Berdasarkan data yang dihimpun Solopos.com, pada 2023 semua kecamatan di Solo mengalami penurunan peserta Sultanikah Capingan jika dibandingkan 2022. Kecamatan dengan penurunan peserta terbesar adalah Jebres, yakni turun 254 peserta dari yang sebelumnya 542 menjadi 288 peserta.

Salah satu petugas penyuluh keluarga berencana (KB) dan juga petugas penyuluh Sultanikah Capingan, Laili, mengatakan ada banyak faktor yang membuat program Sultanikah Capingan kurang diminati.

Mulai dari jam kerja penyuluh yang terbatas, anggapan negatif calon pengantin, adanya agenda yang sama dengan KUA, hingga belum adanya landasan hukum yang mengikat bagi calon pengantin untuk mengikuti Sultanikah Capingan.

“Kita kerja di KUA itu jamnya terbatas mulai jam 09.00-12.00 WIB saja, jadi kan kalo calon pengantin datangnya sebelum atau sesudah jam itu otomatis kan mereka tidak bisa ikut program konsultasi. Belum lagi calon pengantin yang menganggap program ini menambah ribet karena KUA juga sudah ada program Binwin [Bina Perkawinan]. Sama satu lagi belum ada dasar hukum yang mengikat, jadi para catin (calon pengantin) merasa bukan kewajiban ikut program ini,” ungkap Laili.

Laili menambahkan selain faktor di atas, beberapa gereja dan rumah ibadah lain sebetulnya sudah punya program binaan untuk calon pengantin. Sehingga ada beberapa gereja dan tempat ibadah lain yang tidak menjalankan program Sultanikah Capingan.

Padahal menurut Laili isi materi antara pembinaan dari Kantor Urusan Agama (KUA) atau tempat ibadah tertentu itu berbeda. Materi Sultanikah Capingan berisi pembangunan keluarga, penanaman nilai-nilai fungsi keluarga, kesehatan reproduksi, dan keluarga berencana sedangkan pembinaan dari KUA atau tempat ibadah lain condong ke materi agama.

Laili mengaku juga telah terus mengadvokasi pihak KUA agar calon pengantin yang datang diarahkan ke ruangan Sultanikah Capingan, namun sejauh ini belum maksimal.

“Sebenarnya kami juga terus mengadvokasi KUA-KUA agar mau mengarahkan calon pengantin yang sedang mengurus pernikahan ke ruangan konsultasi di dalam KUA. Namun sejauh ini belum maksimal. Soalnya kalau tidak begitu, banyak calon pengantin tidak tahu,” pungkasnya

Senada dengan Laili, Kepala Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Banjarsari, Arbain, mengatakan minimnya keikutsertaan calon pengantin pada program Sultanikah Capingan khususnya di Banjarsari dikarenakan jam kerja petugas yang terbatas.

Jam Kerja Lebih Panjang

Sedangkan program pembinaan perkawinan (Binwin) atau Jonggolan dari KUA bisa diikuti 100% calon pengantin karena jam kerja KUA lebih panjang mulai dari jam 08.00-16.00 WIB.

“Program itu (Sultanikah Capingan) sepi karena jam kerja petugasnya terbatas mas, hanya dari jam 09.00-12.00 WIB. Sementara kan calon pengantin kebanyakan datangnya pagi atau tidak ya siang habis luhur. Jadi banyak calon pengantin yang tidak terjaring atau tertangani program tersebut. Sedangkan kita karena kerjanya sampai sore, ya, 100% calon pengantin yang datang bisa ikut jonggolan,” kata Arbain.

Calon pengantin asal Solo, Lutfia, 24, menganggap program Sultanikah Capingan ini justru semakin menambah ribet persiapan pernikahannya. Sebab pembinaan pernikahan sudah dilakukan juga oleh KUA sehingga menurutnya malah tumpang tindih dari segi waktu dan program walaupun secara materi berbeda.

“Kalau aku ya menilainya Sultanikah Capingan ini jujur menambah ribet soalnya dari KUA udah ada program konsultasi pranikah. Jadi kesannya tumpang tindih meskipun secara materi berbeda. Soalnya kan waktu mau nikah banyak juga yang harus kita urus,” ungkap Lutfia saat dihubungi Solopos.com via WhatsApp, Jumat (15/3/2024).

Lutfia mengatakan akan memilih konsultasi nikah secara berbayar di pihak swasta atau lembaga tertentu. Karena menurutnya itu jauh lebih fleksibel dari segi waktu, dan kurikulumnya lebih jelas.

Sementara itu, Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Pelindungan Anak serta Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) Solo, Purwanti, tidak menampik ada penurunan keikutsertaan calon pengantin pada program Sultanikah Capingan.

Terkait kendala jam kerja, menurutnya DP3AP2KB Solo telah menyediakan layanan konsultasi secara daring jadi calon pengantin tidak harus bertemu petugas di KUA.

“Kalau dari segi angka keikutsertaan memang turun. Tapi kalau faktornya jam kerja seharusnya tidak soalnya kami sudah ada layanan konsultasi online. Hanya mungkin tidak semua calon pengantin tahu,” ungkapnya

Selanjutnya untuk permasalahan belum adanya dasar hukum yang mengikat, Purwanti belum ada rencana untuk dinaikkan menjadi peraturan daerah. Namun, dia akan mengoptimalkan tim pendamping keluarga di tiap kelurahan selama tiga bulan terutama memastikan status kesehatannya.

Purwanti menambahkan pihaknya akan terus menjalin kerja sama dengan gereja-gereja atau tempat beribadatan di Solo. Agar nantinya Sultanikah Capingan bisa dilaksanakan secara menyeluruh walaupun tiap tempat ibadah sudah punya program konsultasi atau pembinaan masing-masing.



Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya