SOLOPOS.COM - Komisi B DPRD Karanganyar melakukan sidak ke kandang ayam yang diprotes warga di Ngunut, Kecamatan Jumantono, Karanganyar pada Kamis (21/9/2023). (Solopos.com/Indah Septiyaning Wardani)

Solopos.com, KARANGANYAR — Keberadaan kandang ayam milik PT Sempulur Unggas Raya (SUR) di wilayah Ngunut, Kecamatan Jumantono, Kabupaten Karanganyar diprotes warga setempat. Warga memprotes dampak lingkungan dari keberadaan kandang ayam tersebut.

Selain dituding menimbulkan penyakit infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) hingga diare, kadang ayam itu juga membuat warga diserbu ribuan lalat setiap harinya.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Merespons keluhan warga, Komisi B DPRD Kabupaten Karanganyar melakukan inspeksi mendadak (sidak) ke lokasi pada Kamis (21/9/2023). Sidak dipimpin Ketua Komisi B, A.W. Mulyadi.

Didampingi warga, pegawai Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Perikanan (Dispertan PP), anggota Komisi B berkeliling mengecek  kandang ayam hingga instalasi pengolahan air limbah (IPAL) di sana. Dalam sidak tersebut, mereka menemukan adanya IPAL yang belum memadai.

Ketua RT 003/RW 004 Desa Ngunut, Nur Wahid, menyampaikan kandang ayam tersebut sebenarnya sudah berdampingan dengan permukiman warga sejak 1983. Awalnya masyarakat tak mempermasalahkan keberadaan kandang ayam tersebut. Masalah baru muncul sejak pemilik memperluas kandang ayam hingga mepet ke permukiman warga.

“Kami protes berkali-kali. Sampai menggelar demo dan dimediasi di DPRD pada 2018. Saat itu sudah ada sejumlah rekomendasi yang harus dilakukan perusahaan. Tapi sayangnya hingga kini rekomendasi itu tak dijalankan,” kata dia.

Kemarahan warga akhirnya memuncak belakangan ini karena banyaknya anak-anak yang terserang infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) dan diare. Anak-anak harus menjalani terapi uap di layanan kesehatan. Dampak lainnya, rumah warga diserbu ribuan lalat setiap harinya. Belum lagi ditambah bau menyengat dari kotoran ayam.

“Kita tidak minta kompensasi apa pun. Hanya mintanya dampak lingkungan ini diselesaikan,” kata Nur Hidayat.

Setidaknya ada 40 keluarga yang harus menerima dampak lingkungan dari keberadaan kandang ayam tersebut. Pihaknya menagih janji pemilik kandang untuk memperbaiki pengelolaan kandang di sana. Di antaranya mengurangi populasi ternak, menjauhkan jarak kandang dengan permukiman, penghijauan lingkungan, pembuatan IPAL memadai, saluran limbah dan air hujan, serta penyediaan bungker bangkai ayam.

Cari Solusi

Ketua Komisi B, Mulyadi, melihat ada puluhan dengan ribuan ekor ayam petelur dan ayam potong di sana. PT SUR baru meninggikan pagar sampai empat meter dengan bahan seng. Kemudian manajemen juga menggali parit hampir mengelilingi kompleks kandang.

Parit itu digunakan sebagai saluran pembuangan limbah kotoran. Selain itu, juga mulai dibangun bungker pembuangan bangkai ayam. Perusahaan tersebut dinilainya lebih serius mengurangi dampak lingkungan setelah intens diprotes.

“Saya minta harus segera diselesaikan. Pihak perusahaan beritikad baik menyelesaikan masalah. Segera seluruh kesepakatan di dalam forum mediasi akan dituangkan surat pernyataan bermaterai,” katanya.

Pejabat Humas dan HRD PT SUR, Pramudo, mengatakan populasi ternak di kandang barat sudah dipangkas sampai 15.000 ekor, dari semula diminta dikurangi 28.000 ekor. Langkah ini sebagai upaya mengurangi dampak aroma kotoran dan lalat.

“Kalau kandang barat dihilangkan, kami yang keberatan. Imbasnya akan merumahkan 25 karyawan yang kebanyakan warga Ngunut. Akhirnya dikurangi separuhnya saja,” kata dia.

Dia mengaku saat ini pihaknya sudah menggandeng konsultan guna pengelolaan kandang ayam lebih baik. Kotoran ayam diambil truk setiap hari.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya