SOLOPOS.COM - Peserta karnaval menyemburkan api saat mengikuti karnaval budaya Sangiran, Kalijambe, Sragen, Sabtu (4/11/2023). (Solopos.com/Tri Rahayu)

Solopos.com, SRAGEN — Ratusan warga dari belasan desa di kawasan Sangiran, Kalijambe, Sragen, mengikuti karnaval budaya dengan mengangkat kearifan lokal dan potensi desa pada Sabtu (4/11/2023). Karnaval itu menempuh rute sejauh 3 km dari Kantor Kecamatan Kalijambe ke Terminal Sangiran, Kalijambe.

Karnaval budaya itu berlangsung selama tiga jam, dari pukul 13.00 WIB dan memasuki finis pada pukul 16.00 WIB. Setiap desa menampilkan kesenian dan kostum tradisional yang unik. Atraksi peserta menjadi daya tarik warga yang menonton.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Di barisan paling depan ada dua orang bertubuh kecil menari dengan kostum unik dan masker wajah yang lucu. Jogetannya membawa gelak tawa penonton yang memadati di pintu masuk Terminal Sangiran.

Setelah itu, ada rombongan yang tampil ala sekelompok suku primitif. Tubuhnya diberi warna serba hitam. Mereka membawa peralatan yang biasa dipakai manusia purba. Tingkahnya juga aneh seperti orang yang tinggal di hutan.

Kemudian ada replika tikus purba berukuran jumbo, gajah besar, dan buaya. Ada pula rombongan yang membawakan kesenian rodat dengan tetabuhan yang unik menggunakan jedor. Para anggotanya memamerkan semburan api dan sabetan cemeti.

Direktur Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan Ditjen Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), Irini Dewi Wanti, mengatakan 15 dari 25 desa di kawasan Sangiran ikut karnaval budaya ini. Pihaknya sudah melakukan pendampingan di 25 desa tersebut namun bisa ikut dalam karnaval hanya 15 desa.

“Karnaval ini bertujuan untuk memgangkat segala potensi yang dimiliki desa. Masyarakat desa berkreasi dalam seni, ada kreasi jerami menjadi replika gajah dan buaya. Itu simbol dari kehidupan manusia purba. Kami sudah pernah karnaval budaya seperti ini, seperti tahun lalu di Kawasan Borobudur,” ujarnya saat ditemui wartawan, Sabtu.

karnaval Budaya sangiran
Replika gajah purba yang terbuat dari jerami diikutkan dalam karnaval budaya sangiran, Kalijambe, Sragen, Sabtu (4/11/2023). (Solopos.com/Tri Rahayu)

Irini berharap karnaval ini bisa menumbuhkan kreativitas warga di Kawasan Sangiran dengan penguatan ekosistem kebudayaan. Kebudayaan itu, menurutnya, tidak hanya seni, tetapi apa pun yang ada di lingkungan masyarakat.

“Hal yang menunjukkan kreativitas, benda seni, suvenir seperti jerami, bahan bambu, dan lainnya [itu budaya]. Semua itu punya manfaat ke depannya. Kami memotivasi untuk membuat suatu terobosan dan punya ide gagasan yang bisa diwujudkan,” ujarnya.

Dia menerangkan karnaval budaya dan Sangirun Night Trail 2023 ini juga untuk mendukung keberadaan Museum dan Cagar Budaya (MCB) Sangiran supaya dikenal di kancah nasional dan internasional. Untuk memulai itu harus diawali dari yang kecil-kecil dan masyarakatnya harus iku bergerak. Tidak hanya pemerintah kabupaten.

Wakil Bupati Sragen, Suroto, ikut menyaksikan karnaval budaya bersama sejumlah kepala dinas. Menurut dia, waktu dua hari untuk karnaval budaya terlalu singkat. Ia menilai seharusnya bisa sampai empat hari dan promosinya lebih di gencarkan supaya gaungnya sampai ke pelosok Sragen dan Karanganyar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya