SOLOPOS.COM - Bupati Sragen, Kusdinar Untung Yuni Sukowati, memaparkan perkembangan penanganan kasus HIV/AIDS dalam seminar meperingati hari AIDS dunia 2023 di Pendopo Bupati Sragen, Rabu (6/12/2023). (Solopos.com/Dhima Wahyu Sejati)

Solopos.com, SRAGEN — Temuan kasus HIV/AID di wilayah Sragen pada 2023 sampai Oktober mencapai 169 kasus, dengan perincian 140 kasus HIV dan 29 kasus AIDS. 

Hal itu disampaikan oleh Sekretaris Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Sragen, Haryoto, dalam seminar memperingati hari AIDS sedunia 2023 di Pendopo Bupati Sragen, Rabu (6/12/2023).

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

“Ketika pandemi kemarin, kita dua tahun [2020-2021] agak turun temuan kasus di Kabupaten Sragen. Tetapi naik kembali 2022 dan 2023,” kata dia.

Haryoto memerinci pada 2021 jumlah temuan kasus baru HIV/AID yakni 161. Sedangkan pada 2022 sebanyak 191 kasus. Lalu seperti yang sudah disebut di awal, jumlah kasus pada 2023 yakni 169. 

Sedangkan dari data Dinas Kesehatan Sragen, total kasus HIV/AIDS yakni 1.933 yang tersebar di 20 kecamatan. Tahun ini terdapat temuan baru, yakni kasus HIV pada anak yang disebabkan oleh kecenderungan seks sesama jenis alias homoseksual.

Pada kesempatan yang sama, Bupati Sragen, Kusdinar Untung Yuni Sukowati mengatakan temuan kasus HIV/AIDS di Sragen selalu menjadi perhatian utama pemerintah daerah.  “Yang pertama adanya temuan dari hasil klasifikasi yang dilaporkan itu bisa menjadi perhatian kita semua, termasuk saya sebagai Bupati,” kata dia.

Dia memberikan perhatian khusus dengan adanya temuan baru penularan HIV lantaran hubungan seks sesama jenis. Yuni menyebut terdapat 9 kasus yang terindikasi tertular karena hubungan lelaki seks lelaki (LSL). 

“Yang mengejutkan adalah di antaranya 9 kasus tersebut adalah pelajar kita. Bahwa anak-anak kita dalam sepuluh tahun lalu, tidak pernah menduga, dengan kemajuan, teknologi dengan pergaulan, bahwa adanya [penularan HIV/AIDS] lelaki seks lelaki,” kata dia.

Selain itu, yang perlu menjadi catatan adalah pekerja seks komersial berada di peringkat keempat, masih di bawah ibu rumah tangga, petani, dan wiraswasta. Bupati juga memaparkan temuan kasus HIV/AIDS lebih banyak dengan jenis kelamin perempuan ketimbang laki-laki. 

Guna merespons hal tersebut, perlu ada program yang terukur dan lebih jelas. “Agar temuan ini bisa kita meminimalkan penambahan kasus baru,” kata dia.

Edukasi mengenai HIV/AID juga perlu terus digencarkan, salah satunya di sekolah-sekolah dengan menyasar langsung siswa dan guru. Menurut Bupati, edukasi perlu difokuskan pada anak usia SMP dan SMA.

Pada bagian lain, Bupati mengapresiasi kinerja KPA Sragen dalam mendeteksi sebaran HIV/AID yang dinilainya sudah sangat bagus. KPA Sragen berhasil menemukan total 1.933 kasus. Data tersebut digunakan untuk mencapai target zero kasus HIV/AIDS pada 2030.

“Kita punya tiga target tiga zero. Satu, zero infeksi baru HIV/AIDS, dua zero kematian akibat AIDS, dan yang ketiga zero diskriminasi. Tiga zero ini adalah target kita 2030 harus bisa mengakhiri epidemi AIDS,” kata Yuni.

Dia juga mengatakan orang dengan HIV/AIDS atau ODHA juga harus memiliki akses terhadap obat  Antiretroviral (ARV) dan perawatan yang tepat agar HIV/AIDS bisa tersupresi, yakni jumlah virus dalam tubuh sangat rendah. Hal itu menunjukkan pengobatan ARV berhasil mengendalikan virus HIV sehingga sudah tidak menularkan.

“Sehingga kualitas hidupnya meningkat, kualitas produktivitasnya meningkat, dan tentu saja kita harapkan zero kematian akibat virus HIV/AIDS. Itu target yang harus dicapai oleh Dinas Kesehatan [Sragen]. Dan saya yakin itu hanya bisa dilakukan kalau kita semua mau bergotong royong bersama,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya