SOLOPOS.COM - Dua pendiri Komunita Hyphen yang juga pegiat Danarto dkk, Grace Samboh dan Ratna Mufida, membedah karya-karya sastrawan Danarto saat peresmian Taman Bacaan Danarto di Perpustakaan Daerah Sragen, Rabu (11/10/2023). (Solopos.com/Tri Rahayu)

Solopos.com, SRAGEN — Komunitas Seni Hyphen Yogyakarta menginisiasi pendirian Taman Bacaan Danarto di Perpustakaan Daerah Sragen yang diresmikan Rabu (11/10/2023). Danarto merupakan sastrawan Indonesia dan pelopor aliran sastra realisme magis kelahiran Sragen, 27 Juni 1941 dan meninggal pada 10 April 2018 lalu.

Nama Danarto diabadikan sebagai nama taman bacaan lantaran koleksi yang dikumpulkan pihak keluarga mendiang mencapai 1.129 buku. Buku-buku itu dihibahkan ke Perpustakaan Daerah Sragen.

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

Peresmian Taman Bacaan Danarto itu dihadiri perwakilan Arsip Nasional, para pegawai perpustaan dan arsip se-Indonesia, seniman, kurator, dan pihak lain.

Pendiri Komunitas Hyphen, Ratna Mufida, kepada Espos, Rabu, mengungkapkan pihaknya dulu yang melakukan riset arsip Danarto. Setelah arsip terkumpul, Hyphen mengajak sejumlah teman yang tertarik dengan praktik, pemikiran, serta karya Danarto untuk berkumpul.

“Kami berdiskusi setiap Rabu kemudian menamakan diri sebagai Danarto dan kawan-kawan atau Danarto dkk. Jadi posisi Hyphen sekarang bagian dari Danarto dkk,” ujar Ratna.

Ratna menerangkan ada dua Taman Bacaan Danarto yang didirikan, yakni Taman Bacaan Danarto di Perpustakaan Daerah Sragen yang tadi diresmikan dan Taman Bacaan Danarto di Fakultas Tarbiyah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

“Jadi buku koleksi Pak Danarto itu lebih dulu dihibahkan ke UIN Syarif Hidayatullah pada 2019 dan separuhnya dihibahkan ke Perpustakaan Daerah Sragen. Jadi 1.129 buku yang dihibahkan ke Perpustakaan Daerah Sragen itu separuh dari koleksi Pak Danarto dan separuhnya lagi oleh keluarga dihibahkan ke UIN,” jelasnya.

Peresmian Taman Bacaan Danarto di UIN baru direncanakan pada 21 Oktober 2023 besok. Dia mengatakan kegiatan ini merupakan Pekan Kebudayaan Nasional yang puncaknya 20-29 Oktober 2023 di Jakarta. “Di UIN dulu rutin menggelar apresiasi sastra setiap tahun. Mereka mengangkat perayaan sastra karya Pak Danarto,” ujarnya.

Anggota Danarto dkk, Ruhaeni Intan, menambahkan Komunitas nya beranggotakan para peneliti, seniman, kurator, penulis, yang tertarik dengan pemikiran an karya Danarto. Dia menyampaikan Danarto dkk berdiri pada 2020.

“Buku yang diserahkan ke Perpustakaan Daerah Sragen ini merupakan buku koleksi Pak Danarto sejak muda sampai wafat. Kenapa memilih di Sragen? Karena beliau lahir dan menghabiskan masa remajanya di Sragen,” ujarnya.

Keponakan almarhum Danarto, Wendi Herjuno, memanggil pamannya itu dengan sebutan Om Cuk karena panggilan Danarto saat kecil Kecuk. Dia mengatakan Danarto lahir di Mojosari, Sragen Kulon, Sragen, tepatnya di selatan PG Mojo Sragen. Saat pindah di Jakarta, Danarto memiliki tiga kamar yang semua berisi buku-buku koleksinya.

“Bahkan Om Cuk itu tidur di antara tumpukan buku-buku itu. Setelah beliau meninggal, buku-buku itu dikumpulkan keluarga di Jakarta dan dihibahkan untuk perkembangan sastra dan pendidikan yang berkaitan dengan Danarto. Taman Bacaan Danarto ini merupakan ide lama. Kami memilih di Perpustakaan Daerah Sragen dengan pertimbangan keberlangsungan jangka panjang,” ujarnya.

Tentang Danarto

Sekilas tentang Danarto, seperti dikutip dari wikipedia.com, ia adalah anak keempat dari lima bersaudara. Ayahnya bernama Djakio Hardjosoewarno yang bekerja sebagai seorang buruh di Pabrik Gula Modjo sementara ibunya bernama Siti Aminah, seorang pedagang pasar.

Danarto menempuh pendidikandi Akademi Seni Rupa Indonesia Yogyakarta. Selama kuliah, ia aktif dalam Sanggar Bambu yang saat itu dipimpin pelukis bernama Sunarto PR. Ia lantas memulai kariernya di bidang seni rupa.

Pada dekade 1950-an, ia bergabung dengan Sanggar Bambu di Yogyakarta. Danarto kemudian menjadi salah satu pendiri Sanggar Bambu Jakarta.

Sejak tahun 1973, Danarto menjadi dosen di Institut Kesenian Jakarta. Pada tahun yang sama, Danarto mengadakan pameran Kanvas Kosong. Danarto kemudian bergabung dengan Teater Sardono pada tahun 1974. Teater ini mengadakan lawatan ke Eropa Barat dan Asia.

Di antara karya-karyanya yang paling terkenal adalah Puisi Kotak Sembilan dan cerpen berjudul Godlob.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya