SOLOPOS.COM - Pemaparan dan tanggapan hasil riset kolaborasi pemuda Desa Krasak dengan KRKP di Festival Pangan Desa Krasak di lapangan Desa Krasak, Teras, Boyolali, Sabtu (14/10/2023). (Solopos/Ni’matul Faizah)

Solopos.com, BOYOLALI — Festival Pangan di Desa Krasak, Kecamatan Teras, Boyolali, Sabtu (14/10/2023), turut dihadiri pejabat dari Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas).

Pada kesempatan diskusi di acara itu, seorang petani, Andrias Christian Yumiarto, menyampaikan situasi pertanian di desanya. Petani asal Dusun Kadisono, Desa Krasak, tersebut menyampaikan jumlah anak muda yang bergabung di dunia pertanian berkurang.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Selain itu, kualitas tanah juga diperkirakan menurun karena besarnya penggunaan pupuk kimia. Pemaparan tersebut langsung didengar oleh beberapa perwakilan instansi, termasuk dari Bappenas.

Dalam paparannya, Andrias mengatakan Desa Krasak kini krisis petani muda. Dengan adanya agenda Festival Pangan Desa Krasak, Teras, Boyolali, yang melibatkan banyak pemuda, ia berharap dapat menjadi embrio ketertarikan pemuda kepada dunia pertanian.

Selain itu, ia tak menampik masih ada petani muda di Krasak. Namun, mereka adalah petani muda yang mendapatkan warisan kebiasaan dari orang tua.

“Pola pemupukan juga mendapatkan warisan kebiasaan. Ketika petani sepuh menyampaikan lahan sekian, pupuknya kimia segini. Sehingga itu diwariskan menjadi kebiasaan, padahal sesungguhnya tanah ini mengalami krisis,” kata dia.

Terkait keresahan tersebut, Andrias mengaku belajar dari teman-temannya, literatur buku, dan media sosial untuk membuat pupuk organik cair dan pestisida nabati. Beberapa pupuk yang ia hasilkan seperti nitrobacter, EM4 aktif, dan berbagai pupuk cair lainnya.

Ia mengatakan usaha pembuatan pupuknya secara mandiri bertujuan menghasilkan tanaman penuh nutrisi dan minim akan kontaminasi. Selain itu, penggunaan pupuk organik buatannya juga berusaha meminimalkan penggunaan pupuk kimia.

87% Petani Krasak Berusia 40 Tahun ke Atas

Sementara itu, koordinator Koalisi Rakyat untuk Kedaulatan Pangan (KRKP) yang juga hadir dalam diskusi Festival Pangan Desa Krasak, Boyolali, Said Abdullah, menjelaskan berdasarkan riset pemuda Krasak didampingi KRKP, diperoleh data petani di Krasak masih didominasi usia di atas 40 tahun yakni mencapai 87 persen.

Sedangkan, 13 persen sisanya petani muda. Ia mengungkapkan untuk mendorong anak muda terlibat di dunia pertanian seperti unit pengolahan dan budi daya.

Said menyampaikan pada 2023, KRKP berfokus mengambil data-data, kemudian pada tahun selanjutnya akan melakukan aksi nyata untuk penguatan ketahanan pangan di Desa Krasak.

Said menilai lahan pertanian kering di Desa Krasak potensial untuk digarap bersama pemuda setempat. Pergerakan pemuda pada ketahanan pangan di Krasak nantinya dimulai dari kebutuhan masyarakat terlebih dulu.

Menurutnya, untuk menarik minat anak muda ke dunia pertanian dan peternakan tanpa insentif ekonomi akan berat. Sehingga, harus dipastikan usaha yang dilakukan anak muda memiliki pasar.

“Ambil contoh masyarakat di sini lebih banyak mengonsumsi ikan lele. Di sini produksi lele 0,9 ton, sedangkan kebutuhannya 11,32 ton. Lahan yang ada sebenarnya, itu bisa disulap menjadi budi daya lele dalam kolam kecil dan seterusnya,” kata dia.

Sementara itu, Direktur Pangan dan Pertanian Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), Jarot Indarto, mengapresiasi pemuda Krasak yang mengadakan riset terkait situasi pangan di desa setempat.

Apalagi hasil riset tersebut juga dipaparkan dalam agenda Festival Pangan Desa Krasak, Boyolali. “Pemuda-pemuda di sini sudah tertarik dengan pertanian, mungkin tidak langsung dengan aktivitas pertanian. Namun, terkait budaya yang terkait pertanian, atau nantinya ada aktivitas ekonomi yang bisa digerakkan dari pertanian,” kata dia.

Mengarah ke Pertanian Organik

Ia mengatakan ketika anak muda diminta langsung mencangkul, akan kesulitan. Namun, ketika ada jembatan berupa aktivitas ekonomi dan teknologi maka bisa menarik minat anak muda.

Kemudian, kebijakan pemerintah pusat terkait program yang menarik petani muda yakni memberikan fasilitasi teknologi seperti traktor, combined harvester, dan lain-lain.

“Masalah [kurangnya] petani muda ini tidak hanya di Desa Krasak, hampir di seluruh desa. Tidak hanya di Boyolali, tapi seluruh kabupaten. Tidak hanya di Indonesia, tapi juga di seluruh negara,” kata dia.

Ia menilai pemuda relatif lebih muda diberikan ilmu untuk mengubah perilaku pertanian lama. Sebagian pelaku pertanian organik justru para petani muda. Selain itu, penggunaan teknologi juga lebih kepada pemuda.

Ia menjelaskan ada sekumpulan pemuda di Wonogiri yang justru menjalankan pertanian padi organik. Kemudian, di Bali ada juga pemuda yang membudidayakan sayur organik.

Jarot mengatakan pemerintah pusat telah berusaha mengurangi proporsi bantuan yang dinilai berkontribusi terhadap polusi, termasuk pupuk kimia bersubsidi. Namun, ia mengatakan pengurangan tidak bisa secara merta langsung dihentikan.

“Jadi kami pelan-pelan untuk penggunaan pupuk [kimia], pestisida, herbisida, itu bagi bapak ibu yang ada di kelompok tani sudah merasakan pengurangan itu. Memang kami upayakan seperti itu, nanti pelan-pelan. Harapannya hal-hal baik bisa berkembang di tingkat masyarakat,” kata dia.

Sementara itu, dalam rangkaian Festival Desa Krasak terdapat beberapa agenda selain pemaparan hasil kajian situasi Desa Krasak, seperti lomba memasak, arak-arakan gunungan, dan kenduri.



Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya